TRAUMA itu adalah kenyamanan yang terganggu, bahkan berulang kali
Pernahkah kamu merasa nyaman, bahkan sangat nyaman?
Pasti pernah, dari finansial yang stabil, keluarga yang harmonis, kehidupan bertetangga yang tentram, bahkan tak pernah sekalipun terkena bencana...
Tapi bagaiman kalau salah satu kenyamanan itu terganggu?
Apa yang kamu rasakan?
Iya, pasti bakal wanti-wanti ketika ciri-ciri awal terjadi perusak kenyamanan itu datang. Yang dulunya ketika hal itu tidak mengganggu, sekarang jadi sangat mengganggu, bahkan membuat was-was. Jangan-jangan nanti terjadi lagi ini, bla bla bla...
Aku ambil contoh yang lagi terjadi, bencana banjir bandang di Sumatera. Gak tanggung-tanggung, tiga provinsi terkena dampak. Khusus di menteng raya, Aspol disini. kedua kalinya mengalami banjir besar, karena air meluap akibat curah hujan tiga hari tiga malam yang tidak kunjung berhenti. Semua Medan hampir semua rata terkena imbasnya. Satu hari itu, tiba-tiba jalanan macet, tidak bisa melaju ke depan lagi. Bahkan ada yang terjebak di tengah-tengah...
Kejadian banjir itu telah selesai. Rumah sudah dibersihkan. buatlah seminggu atau dua minggu lagi hujan turun, yang sangat deras. Apa yang dirakan para korban terdampak banjir tersebut? Ya, pasti wa-was, yang tidak heran mereka menjadi trauma. yang dulunya mau hujan sederas apapum, bisa tidur nyenyak. Tapi setelah kejadian itu, semua jadi terjaga dari tidurnya.
Begitu juga yang aku rasakan dulu, ketika hujan pelan saja, udah wanti-wanti karena pasti banjir. air 1 gang mengarah ke gang sempit kecil rumah kontrakan. Jadi tidak pernah tenang ketika Hujan turun...
Berjaga-ja itu perlu, tapi bukan karena was-was, tapi bukan karena was-was, melainkan karena bersiap, kapanpun harus siap. Makanya tetap berjaga-jaga. Bukan karena trauma yang mengakibatkan was-was. Bukankah Tuhan menyertai kita? apa yang kamu takutkan? Tugas kita mengerjakan bagian kita sebaik mungkin, dan menyerahkan teknis dan hasilnya kepada penyertaan Tuhan. Markus 13-33 bilang kita harus berjaga-jaga, karena tidak tahu kapan waktunya.
Kenyamanan jangan pernah ditaruh pada dunia, karena semua itu bisa hilang sekejap saja. Tapi kenyamanan itu harus kita taruh pada Tuhan. jadi kita tidak was-was, karena semua kita serahkan pada penyertaan Tuhan. Berjaga-jagalah dengan tugas dan bagian kita, karena itu lah kita ada di dunia ini, sebagai alat untuk kemuliaanNya.
Dan apabila tiba waktunya, kita bisa bilang, sudah mengakhiri pertandingan dengan baik. Tuhan menyertai kita.



Comments