Saturday, October 22, 2016

Semua bisa dicari alasannya...


Siapa diantara kalian yang sekarang punya pacar atau sedang pacaran. Eh, lebih tepatnya yang sedang pendekatan, istilah kerennya PDKT... Pasti ada kan? Apa hal yang kalian perbincangkan? Cinta? Pertemuan? Kenapa bisa suka? Sejak kapan suka? Pasti kalian membahas itu kan? Aku beri contoh...

Ketika seorang pria mendekati wanita dan dia mengatakan suka kepada perempuan, si perempuan pasti bertanya kenapa kau bisa suka kepadaku? Sejak kapan kau suka padaku? Apa yang kau ingat tentang diriku?

Lelaki yang sudah biasa tidak akan kesulitan menghadapi hal ini, karena dia sudah punya tameng kuat untuk ini. Dia akan mencari persamaan diantara mereka berdua. Dia akan sangat mudah mengarang sejak kapan dia mulai suka. Peretemuan seperti apa yang pertama kali pasti dia juga sudah mempersiapkan hal itu. Apa tujuannya, yang penting dia bisa menarik perhatian si perempuan itu di awal, tidak perlu dipikirkan benar atau tidaknya. Yang penting perhatian perempuan itu terpancing, dan dia masuk perangkap itu... mengatakan kejujurannya nanti gampang, kalau sudah jatuh cinta nanti si cewe, gak mau lepas, gak bisa mikir lagi yang benar yang harus dilakukan, si lelaki akan jujur tentang kebohongannya di awal. Si cewe marah? Iya pasti marah, tapi toleransi lebih besar disini. Dia tidak peduli lagi hubungan yang diawali dengan kebohongan itu, yang dia pikirkan cintanya yang menggebu-gebu kepada si lelaki. Dan dia pun kalah dalam pertarungan itu... banyak perempuan yang terkena dalam tahap ini. “nasihat yang ajaib,”jangan pernah menasihati orang yang jatuh cinta, karena semua itu ibarat omong kosong didengarnya”.

Bagaimana dengan lelaki yang belum pernah sama sekali, tapi dia sudah dangat bergumul untuk ini, dia tidak pernah mempersiapkan seperti yang berpengalaman. Dia hanya menebak-nebak apa yang akan ditanya si perempuan, dan mempersiapkan yang menurut dia perlu. Tapi ketika berhadapan dengan si perempuan, hal itu buyar, dia tidak tau apa yang sudah dipersiapkannya. Persiapan itu ibarat angin lalu, tidak bisa ditangkapnya lagi. Biasanya dia akan gelagapan, atau bahasanya tidak teratur, atau dia sangat gugup. Percayalah kalian, dia sudah sangat berlatih keras untuk saat ini, tapi latihan itu sering gagal. Si perempuan tertarik? Mungkin iya, mungkin tidak. Tapi kalau ditanya pertanyaan yang sama, dia akan agak lama menjawab, bukan karena mau mengarang cerita, tapi karena gugupnya. Dia tau sejak kapan itu, kenapa bisa, pertemuan gimana. Tapi dia sangat kesulitan mengatakan itu. Dan si perempuan biasanya agak kecewa dengan sikap ini, merasa dibodohi. Awalnya. Tapi cobalah bicara selama setengah jam korek dan korek, dia akan terbiasa, mungkin tidak gugup lagi. Perempuan mungkin kurang tertarik, tapi bagi yang jatuh cinta, itu adalah proses, tidak boleh menyerah. Perempuan itu pun akan memperhatikannya, jatuh cinta padanya. Dia akan berpikir sendiri. Kenapa tidak dengan dia? Dia baik, jujur, kadang konyol, tapi dia jujur buatku. Apa yang dia katakan memang fakta. Jatuh cinta? Iya jatuh cinta. Toleransi? Oh nanti dulu, apa yang mau ditoleransi? Kebodohannya yang gugup yang merusak suasana di awal? Kurasa itu tidak perlu ditoleransi, itu memang dia, gugup hal biasa. Kebohongan? Cerita lain, sekali berbohong, pasti punya anak cucu kebohongan lainnya. Dan biasanya semua yang diawali dengan kebohongan pasti akan hancur, pasti....

Kita kembali ke topik. Mencari alasan, semua punya alasan untuk sesuatu hal. Tapi apakah alasannya itu benar atau tidak? Itu cerita lain.

Biasanya orang yang sedang jatuh cinta suka mencari persamaan. Aku kayak gini, eh dia juga ternyata. Tapi bagaimana kalau tidak suka? Akan berusaha mencari perbedaan dan kesalahan.

Sering dengar pernyataan semua lelaki sama saja? Iyap, itu biasanya dari perempuan yang dikhianati pacarnya atau kekasihnya. Apakah benar begitu? Kenapa kau memilih lelaki itu? Karena dia kaya, pintar, tampan, jago olahraga, bisa musik. Apakah karena itu, kalau seperti itu, wajar aja kau akan ditinggalkan, karena dasarmu Cuma dari luarny saja. Bagaimana dengan yang di dalamnya? Mungkin kau kenal sebagian, tapi bagaimana yang lainnya? Ketika kau ditinggalkan, wajar, banyak pilihannya di luar sana yang lebih darimu. Apakah tidak ada orang disampingmu? Mugnkin yang selalu memperhatikanmu, mendengar kesedihanmu. Seperti klise dalam sinetron iya kan? Tapi aku yakin pasti ada orang yang punya posisi ssseperti ini.

Ketika kau suka dengan seseorang, kau akan semakin banyak mentolerir keburukan dan kesalahannya, makanya kau perlu seseorang yang bisa menilai. Tapi biasanya kau pun akan menolak tanggapan itu, karena tidak sesuai dengan yang kau inginkan. Yang kau inginkan temanmu itu mengatakan kalau apa yang kau lakukan benar, tapi ketika kawanmu tegas mengatakan bahwa itu salah, kau tidak terima dan marah kepada kawanmu. Hal itu wajar. Sudah ku bilang di awal, tidak ada gunanya menasihati orang yang jatuh cinta, keputusan ada ditangannya...

Ketika kita suka kepada seseorang, kita akan mencari sebanyak mungkin alasan untuk mencintai dia, dan sesedikit mungkin untuk membenci dia. Ketika rasa itu sudah mulai pudar, kita akan mencari kesalahan kesalahannya dan membandingkannya dengan yang lain, yang lebih baik di luar sana. Banyak orang seperti itu, merasa semua bisa dia dapatkan. Ketika dihambat batu terjal sedikit, dia jatuh dan berpaling. Tapi banyak juga yang berhasil mendaki terjalnya masalah itu, dan berjalan bersama...
Toleransi dan kebenaran. Mungkin seperti baik keduanya. Tapi tidak ada yang lebih baik dari kebenaran. Mungkin rasanya sakit, menyinggung diri kita. Tapi yakinlah, itu yang terbaik buat kita tau kebenaran dan bisa melangkah lebih baik ke depannya...

Semua bisa dicari alasannya? Ya bisa dicari. Berilah alasan yang benar...

Salam Harjoshrian....

Friday, October 14, 2016

Sahabat? Teman?

Teman satu kos ku sering bilang "kau kalau nyanyi main gitar, lagu yang seharusnya senang dan ceria, tapi kau buat jadi lagu sedih". "Kalau kau ikut x-factor, kau pasti menang,bukan karena suaramu tapi karena keadaanmi sekarang". Akupun hanya tersenyum,karena menurutku mereka pasti bercanda.

Tapi setelah waktu terlewati,aku pun berkaca dan berpikir. Kayaknya apa yang mereka katakan benar,aku selalu sedih.

Tidak jarang adek sat pelayanan mengatakan "gak pernah ku lihat abanh senyum"  atau "jarang-jarang abangku lihat sennyum".

Aku menanggapi kepada temanku, senyum itumahal bro, hahahaha. Sebenarnya aku pun sadar itu. Tak jarang aku di tengah keramaian merasa sendiri, merasa aku entah ngapai berada disitu.sampai di waktu keakraban voulunteer dan panitia KMKRSU, mc memandu kami membuat puisi empat baris yang menggambarkan diri sendiri. Wah agak senang aku, karena puisi dan pasti aku sulit ditebak, gitu pikirku. Tapi ternyata tidak. 

Puisiku yang dibaca pertama kali, dan si pembaca dengan mudah menebak, kalau isi puisi itu adalah diriku. Akupun semakin yakin, kalau memang seperti itulah diriku. Kadang terpaksa tersenyum dan tertawa padahal tidak ingin, bahkan gak tau untuk apa.. Aku sering sedih, aku sering murung, semua tampak menyedihkan. Kadang aku bisa sedikit cerita yang ku anggap berbeda dan bakal mengerti aku. Tapi aku kembali ke tahap itu, hanya dicari bila perlu. Sahabat? Teman? Aku tidak tau seperti apa itu, dan aku berpikir itu hanya ada dalam dongeng, klise, atau cerita fiksi yang tidak akan ku temukan di dunia nyata. Aku sering berpikir seperti itu... 

Bisakah kau jadi sahabatku?

Monday, October 10, 2016

The moment

 
Medan gudangnya masalah?
Mungkin
Listrik padam hal biasa
Banjir juga sudah melanda
Panas yang membuat gerah
Sungai yang sudah ternoda cukup parah
Siapa yang mau diperah?
Siapa yang mau disesah?
Pemerintah kambinghitam terbaik
Iya memang tugas mereka
Tapi....
Masyarakat harus turut andil...
Pemerintah tidak menjaga kebersihan medan
Tanya diri sendiri dulu
Aku buang sampah dimana?
Pernah Melawan arus ketika berkendara kah?
Pekarangan sekitarku bagaimana?
Tidak mungkin pemerintah yang membuat itu kotor kan?
Pasti diri kita sendiri
Ada musibah, pemerintah sasaran utama
Ahok?
Sekalipun ahok membereskan medan
Tidak akan terealisasi kalau kesadaran kita seperti ini
Siapa punya sampah di tasnya? 
Aku salut karena tidak membuangnya sembarangan
Tapi jangan disimpang terus ya...
Siapa kayak orang bodoh berkendara?
Ketika kalau melawan arah jaraknya cuma 10 meter
Tapi malah turut arah sejauh 200 meter
Aku juga salut, karena kita harus bodoh di dunia ini
Itu kan mata manusia yang bilang bodoh
Kesadaran itu sangat sulit kita dapatkan
Daerah sumber di USU?
Tidak akan menyangka kalau yang lewat itu mahasiswa
Agent of change?
Itu hanya omong kosong
Semua bisa kita lihat disini...
Melawan arah, tidak mau antri
Diingatkan untuk antri, malah marah ingin berkelahi
Siapa yang disalahkan?
Pemerintah? 
Seharusnya itu ditutuplah biar gak macet pikir seseorang
Itu hanya dalih penyelamatan diri
Untuk menutupi ketidakmampuan
Kalau kalian taat peraturan, gak bakal macet kok
Kesadaran itu mahal harganya
Tidak aneh kita selalu tertinggal...
Pemerintah korupsi...
Kampus juga
Masa mahasiswanya ikutan juga?
Janganlah...

itu hanya pembuka
aku hanya rindu moment terik matahari
ketika ada mengatakan padaku
"panas kali di angkot ini bah"
itu tidak akan pernah ku dengar lagi...
semangat buat kita...

Salam harjoshrian....

Sunday, October 9, 2016

Ketaatan (Belajar dari kisah Yunus)

 
Ketaatan. Kalau kita ditanya apa itu ketaatan? Apa jawab kita? Mungkin kita bilang taat mengerjakan bagian kita.
Tadi kami belajar dari satu tokoh yang sangat terkenal,bahkan di sekolah mnggu dulu,YUNUS di perut ikan. Hehehe. Nabi yang bandal,disuruh bicara ke niniwe malah lari dr tugasnya...
Tapi akhirnya dia taat stelah 3 hari di perut ikan,dia sadar akan pelanggarannya. Maka dsuruh lagi dia memberitakan kabar ke niniwe,dan dia pun pergi.

Knapaa Yunus gak mau pergi dulu? Krn itu istilahnya kayak pnjajah mereka lah, patut binasa krn dosa2 mreka. Kalaau memang begitu,knp gak mau mengatakanny? Toh perintahnya niniwe akan ditunggangbalikkan dalam 40 hari. Ya,Yunus tau Allah itu maha kasih dan panjang sabar, kalau dia prgi,kmungkinan mereka ada brtobat,gak jd deh dibinasakan. Makanya Yunus lari...
Dan hal itu benar2 terjadi,niniwe bertobat. Dan tidak jadi dihancurkan...
Yunus marah? Jelas. Kenapaa?
 Alasannya: 1. Niniwe gak jd binasa,seperti dugaanny.
2. Kenabiannya dipertaruhkan. Biaasanya kan apa yang dikatakan nabi pasti terjadi,tapi yang disampaikanny kali ini tidak terjadi. Malaah mereka semua bertobat.

Padahal kalaau kita pikir2,mreka di surga para nabi kalaau bertemu pasti berkata,hebat kali kau Yunus,sekali ngomong 1 niniwe bertobat. Aku aja gak ada satupun bertobat. Ecek2nya.
Kalau kita lihat bagaimana kondisi niniwe,sangat mustahil untuk bertobbat dan percaya kepada ALLAH. Tapi itu lah yang terjadi... Israel? Yaela,kyk kita lah bandal. Haahaaha

Yunus marah karena gak sesuai dgn harapannya dan yang disampaikannya. Jadu dia diajari apaa itu kaasih oleh Allah melalui pohon jarak. Yunus senang ketika pohon jarak ada sehingga menaunginya dr paanas,dan marah lagi ketika pohon jarak itu mati seketika juga. Hmmm,senang marah trgantung dirinya sndiri,ukurannya dirinya sndiri.

Jadi Allah bertanya,layakkah kau marah krn pohon jarak itu? Yunus mengatakan selayakny dia mau mati. Dia mencintai pohon jarak itu.
Allah membalas. Untuk apa yang tidak kaau tanam aj kau mengasihiny,apalagi Aku kepada bangsa yang tidak tau tangan kanan kiri itu. Aku sangaat mengasihi mereka...

Gtu lah kira2 yg ku dapaat tadi...

Kembali ke ketaatan. Apakah ketaatan hanya melakukannya saja dgn baik dan benar? Ku rasa tidak, kyk yunus, dia melakukan perintah itu tapi marah ketika tidak terjadi.

Seringkali kita sepeerti Yunus. Mengerjakan bagian kita dengan benar serius,tapi ketika hasilnya tidak sesuai dgn yang kita harapkan kita kesal marah protes kpd Tuhan. Apakah itu namanya taat? Menurutku tidak...
Menurutku,ketaatan itu kita mngerjakan bagian kita dengan benar dan apapun haasilnya baik ataupun buruk,kita tetap puas dgn ucapan syukur,krn pasti itu yang terbaik...

Dan satu hal,melakukan seperti itu sangaat susah. Sanngaat sangaat susah. Tapi susah aja,bukan berarti gak bisa dikerjakan. Hehehe. Semangat buat kita...
Salam harjoshrian...

Saturday, October 8, 2016

Sepatu Baru

Pagi terasa beda
Malam juga begitu tak terduga
Cahaya mentari oktober
Tidak meninggalkan hujan september
Badai menggelegar tetap terjadi
Rencana gagal
Rencana futsal
Tapi aku mau beli sepatu nanti
Tolonglah reda

Badai makin deras
Lapangan banjir
Sepatu dibereskan
Bersiap untuk pulang
Dengan keyakinan ini akan segera reda
Terang saja
Badai pun berlalu
Aku pergi melihat sepatu

Tipe mode tidak muluk-muluk
Tapi ada yang menarik hati
Aku coba
Aku test
Muat,tapi 40
Kakiku kan 41,tapi ini pas
Tawar menawar pun terjadi

Harga dapat
Sepatu baru pun ada

Tidurpun tidak tenang
Ingin rasanya memakai sepatuku
Walau murah
Aku suka

Pagipun datang
Tepat juga ada ngajak ketemu
Pas aku juga mau nanya
Mau nunjukin sepatu baruku
Tengah 8 aku sudah cabut dari kosan
Menunggu dan menunggu
Ternyata gak jadi
Lagi gak jadi

Hm yasudahlah
Nanti juga ketemu kan ada pertemuan tim
Ultah anggota termuda
Semua diluar dugaan
Pertengkaran terjadi lagi
Emosi tak terkontrol lagi.
Aku pun melihat sepatuku
Aku cuma mau blg aku sepatu baru lho
Coba lihat
Bagusnya?

Heheehe. Sepatu baru
Sepatu baru...

Salam harjoshrian...

Thursday, October 6, 2016

Mengasihi atau Menghakimi (Belajar dari Yesus)


 
Mengasihi atau Menghakimi (Belajar dari Yesus)

Apakah kalian sering melanggar lalu lintas? Lampu merah misalnya, atau melawan arah. Mungkin sangat sering iya kan? Apalagi Indonesia khususnya Medan, hal yang wajar. Kalau memang seperti itu, kalian tidak bisa mengomentari cerita ku ini dengan sinis, atau kalau kalian mengumpat orang-orang yang akan ku ceritakan ini, kalian memang tidak punya otak. Hahahaha…

Belakangan ini entah kenapa, di Medan ini sering kali macet, khususnya padang bulan. Karena aku tinggal di padang bulan sudah lebih dari lima bulan, jadi aku menyadari itu. Banyak alasannya terjadi macet, orang-orang yang melawan arah, tukang parker yang suka hatinya membuat parker kendaraan, angkot yang suka ngetem gak jelas.

Aku tidak pernah lagi melawan arah, dan ketika melihat itu, aku wajar marah kan? Jelas dong aku marah melihat gitu, yang melanggar lampu merah. Bisakah memaki, ya pasti bisa. Sedangkan kalian yang melawan arah aja masih bisa memaki, apalagi aku lah yak an. Sangat wajar aku mengumpat, karena aku pengendara yang baik taat rambu lalu lintas. Tapi apakah memang seperti itu?

Karena aku tidak melakukan itu, jadi siapa yang melakukan itu bisa ku maki? Istilahnya, kalau gak mau dimaki jangan memaki. Kalau gak suka melihat melawan arah, jangan melawan arah, kalau ada melawan arah, tabok aja kepalanya. Bisakah begitu? Bisa, kata dunia. Sangat bisa, kau melakukan yang benar, tidak ada salahnya kau menghajar yang salah itu. Tapi apa kata teladan kita Yesus Kristus? Apakah seperti itu?

Tentu jawabannya tidak, Yesus tidak pernah mengajarkan itu. Dia tidak pernah mengajari kita untuk menghakimi, karena kita pantas juga dihakimi. Kita ambil contoh cerita di dalam Alkitab, Yohanes 8:1-11, bagaimana Yesus diperhadapkan dengan seorang perempuan yang melakukan dosa (zinah), dan pada saat itu sudah sepatutnya dia dihukum mati berdasarkan hukum tradisi yang ada pada saat itu. Ketika Yesus melihat itu, apakah Dia menyelamatkan perempuan itu? Tidak, jawabannya tidak. Dia menyelamatkan kita semua, Dia menyelamatkan kita untuk tidak menghakimi dengan cara yang fantastis. Coba kita perhatikan lagi perikop itu.

“Siapa yang merasa tidak berdosa, tidak pernah melakukan kesalahan dosa, baiklah dia melempar perempuan ini dengan batu pertama. Bagi orang yang tidak berdosa, lemparlah dia”. Kira-kira gitu lah bahasa sederhananya. Dan semua tidak ada yang melempar perempuan itu, mereka pergi satu-satu dari yang paling tua sampai yang paling muda. Semakin banyak makan garam, semakin banyak juga dosanya. Dan tinggallah Yesus sendiri.

Hal ini lah yang perlu kita pelajari, karena cara ini sangat fantastis dan luar biasa. Siapa yang menolak Yesus tidak berdosa? Tidak ada yang menolak, kita semua tahu Dia tidak berdosa. Seperti yang dikatakannya kepada orang banyak tadi, seharusnya Dial ah yang melempar perempuan itu, karena Yesus tidak berdosa. Seharusnya Dia bisa mengatakan,” Kaupun gak ada otakmu, perempuan kayak mananya kau?” Sambil melempar perempuan itu. Tapi apakah Dia melakukan seperti itu, jawabannya lagi-lagi TIDAK. Dia malah mengasihi perempuan itu. Dan itu lah pelajaran yang sangat berharga.

Seringkali kita merasa benar, sehingga merasa bisa mengatakan atau menghakimi orang lain. Padahal kita orang-orang yang dipenuhi dengan dosa-dosa, yang layak mati, tapi Dia menyelamatkan kita. Mau menghakimi? Coba pikirkan lagi. Mungkin kau benar, tapi apakah untuk menghakimi. Ku rasa tidak. Mungkin sangat susah mempraktikkannya, tapi Yesus mau kita melakukannya seperti yang dilakukannya. Mengasihi bukan menghakimi.

Salam Harjoshrian…

Wednesday, October 5, 2016

Gengsi atau Pergi...

 
Aku masih ingat kisahkku waktu masa-masa SMA. Aku ada akrab sekali dengan perempuan. Sangking akrabnya bercandaannya pun kadang jadi aneh-aneh. Tapi pernah suatu kali kami lagi fokus belajar, dan pulpennya habis tinta, dan dia langsung mengambil punyaku. Mungkin karena sudah biasa jadi biasa saja baginya, tapi lain dengan aku, disitu aku marah samanya, dan tidak mengomongi dia, dan akhirnya tidak cakapan selama setahun, padahal dia dudut pas di depanku. Aku pun bingung, ingin rasanya segera ngomong lagi, tapi sudah terlambat. (sekarang sudah temenan lagi sih).

Sekarang aku juga punya teman yang sangat akrab, kadang kemana-mana bareng mulu, sampe banyak orang berpikir kami pacaran, padahal bukan seperti itu. Banyak rahasia yang sudah tersingkap di antara kami berdua. Tapi belakangan ini jadi lebih sering berantem sih, gak tau entah kenapa jadi begitu. dan yang membuat itu bisa bertahan, karena menghilangkan gengsi yang ada, beda dengan teman ku yang waktu SMA, karena gengsi jadi musuhan. Tapi ini tidak, gak segan dia yang minta maaf duluan. Kalau aku mah, kalau udah minta maaf udah siapnya. 

Tapi ya semalam terjadi lagi, dan berimbas ke kelompok kami HIT ME. rencananya merayakan ulangtahun, karena kami berdua yang menunggu yang lain, jadi berdua menunggu di BIREK. Sesampainya disana, Dia bilang krik berdua di LINE, yaudah aku pergi duduk-duduk supaya jangan berdua. Sampailah aku tinggal, dan dia pun pergi. Dia gak mau datang, aku mencari gak dapat, yaudah aku pergi juga. kesal marah sudah bercampur, sempatnya ditahan, tapi anak ini gak ngegubris, ya terpangganglah daging itu sampai gosong. Sudah terlambat aku pun pergi...

Mereka nyuruh aku daatang lagi? Memang salah juga sih jadi kena kawan yang lain, tapi aku sudah gak enak melihat mukaku sendiri kalau sudah marah gitu. Ingin datang lagi, tapi gengsi, dan akhirnya pergi...

Akupun jadi berpikir-pikir kenapa aku seperti itu, kenapa gengsi ku untuk minta maaf masih tinggi. Aku ingin dimengerti, tapi kadang aku tidak mau mengerti kepada orang lain. Satu sih yang pasti, ketika aku masih berkutat dan bertahan dengan rasa gengsi ku ini, semua yang sudah terjalin selama ini pasti akan PERGI....

Gengsi taruhannya semua pergi...
aku pun bingung, sekarang grup sudah dingin. Si kawan juga seperti itu. Menunggu waktu lagi lah menjadi dingin lagi...
mudah-mudahan gak gitu...

Gengsi harus berubah, yang terjalin jangan dibiarkan PERGI...


Salam Harjoshrian.....

Monday, October 3, 2016

Mati dan Bangkit


Sebuah sekolah minggu akhirnya segera mengakhiri pertemuan mereka dan pembimbingnya menutup dalam doa...
"Kita berdoa. Bapa kami yang bertahta di dalam Sorga...... melalui PutraMu Tuhan Yesus Kristus yang telah mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kami, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin".
sontak para anak-anak menyahut dengan "AMIN".
Beda denga Rian, dia masih terdiam dan bertanya-tanya dalam dirinya. Melihat itu pembimbing sekolah minggunya menghampiri dia, dan bertanya," Kenapa Rian?".
Rian dengan ragu menjawab,"Kak, apakah Yesus mati? kalau Dia mati, kenapa kita percaya padaNya?".
Kakak pembimbingnya pun kaget dan bertanya,"Kenapa Rian bilang gitu?".
"Doa kakak tadi bilang Yesus mati, kalau dia mati, kita gak ada gunanya dong percaya Yesus", balas Rian...
si kakak pun menjelaskan supaya Rian jangan salah.
*****
Setelah mereka semua pergi, kakak pembimbingnya pun termenung dan mengingat-ingat apa doanya tadi, mengapa adik tadi bisa sampai bertanya seperti itu. Melihat sang pembimbing termenung begitu, pak Pendeta menghampirinya," Mengapa kamu termenung seperti bingung gitu dek?".
"Tadi rian, peserta sekolah minggu  mengatakan hampir tidak mau percaya Yesus, karena Dia mati", balas pembimbing.
"kenapa bisa seperti itu dik?", tanya pendeta penasaran.
"Tadi dari doa ku katanya, jadi dia menyimpulkan seperti itu pak. Di akhir doaku tadi aku mengatakan 'Yesus yang telah mati untuk menebus dosa-dosa kami'," jelas si pembimbing...
"Owh gitu. Seperti ini dik. Apakah Tuhan Yesus cuma mati saja?"tanya pendeta.
"Tidak, Dia bangkit dan naik ke surga", jawab pembimbing.
"itu dia poin pentingnya. Jangan tanggung dalam menjelaskannya. Yesus tidak hannya mati, tapi bangkit mengalahkan maut itu. kalau hanya mati saja, siapapun bisa mati. Tapi Yesus mengatakan dirinya akan mati di kayu salib, dan bangkit pada hari yang ketiga. Kalau dari doamu tadi, wajar adek tadi bertanya seperti itu, apalagi dia masih polos gitu. ibaratnya, kurang sedikit lagi mengalahkan maut itu. contohnya, kau punya pistol berisi banyak peluru dan akan menembang singa yang akan menyerangmu, kau akan kalah kalau tidak menarik pelatuknya meski kau menodongkan pistolnya. begitulah kira-kira, kalau Hanya untuk mati, Yesus tidak ada gunanya, tapi lebih dari itu, Dia bangkit untuk mengalahkan maut itu dan menyelamatkan dari belenggu dosa selama ini". jelas pendeta.
si pembimbingpun angguk angguk...

Salam Harjoshrian,,,

LIRIK LAGU TERBARU ROHAKKU - JUN MUNTHE