KENANGAN PAHIT DI MASA SD(SEKOLAH
DASAR)
Di suatu pagi nan indah dan permai, tiba-tiba dikejutkan
suatu hal yang aneh. Kok aneh? Ya aneh aja, dan disitu lah cerita mulai
berjalan.
“Perkenalkan nama saya Mestika Sijabat, pindahan dari sekolah
x,”kata Mestika ketika masuk kelas baru.
Mestika adalah murid pindahan dari sekolah x, pindah ke
sekolah 0344779, Sidiangkat, SUMUT. Dia orang nya manis, cantik (ada darah
jawanya), pintar dan ceria. Banyak lah yang suka dengan perawakannya yang
seperti itu. Baik kakak kelas nya, teman-temannya, ito nya(kondisi belum tahu
apa itu ito. Ito = saudara) maklum lah,waktu itu suasananya masih Sekolah
Dasar. Dan palingan semua itu cinta monyet, tapi tetap saja jadi sebuah
kenangan yang manis.
Lanjut ke awal, kenapa terkejut dengan hal yang aneh? Ya, itu
Haryono. Haryono adalah murid biasa-biasa saja di sekolah itu. Orangnya rapi,
baik. Hal yang aneh tadi adalah, seorang perempuan mengejar laki-laki, dan
larinya juga kencang, dan dia adalah idola sekolah, Mestika.
“Hey, mau kemana kau?” teriak mestika, ketika ada yang
mengganggunya, lalu mengejarnya.
“Kejar kalau bisa” balas si cowok iseng, Lerianto, sering
kami panggil si kancil. Nggak tahu kenapa dipanggil gitu, udah gitu
panggilannya.
“Awaslah kalau dapat kau ya,” sahut Mestika. Dan akhirnya
memang dapat juga, dan si kancil dapat hukumannya. Haryono masih salut saja
dengan sosok perempuan itu. Udah pintar, baik, manis, ceria, jago lari juga
rupanya. Setiap perlombaan lari di sekolah
itu, perempuan jagoannya, Mestika dan Dame. Itu berlarut, dan berlarut,
hingga terjadi suatu masalah.
Ada surat atau kertas kecil, yang berisikan aneh, yang
membuat perempuan yang disangkutpautkan di dalamnya menangis (Mestika dan
Astuti), dan pastinya guru tidak tinggal diam dengan hal tersebut. Isinya
seperti pelecehan, yang gak mungkin dibuat anak SD, tapi kenyataannya ada
dibuat anak SD, itu lah suratnya. Mereka dibuat kayak pelacur saja dalam
isinya, yang dipasangkan dengan cowok keren di kelas itu. David (juara kelas sebelum
mestika datang), dan Arpando (anak kepala sekolah kami). Wali kelas kami pun
marah, Ibu Tumangger.
“Siapa yang membuat surat ini?” kata wali kelas dengan nada
marah.
Semua murid terdiam, dan tidak ada mengaku.
“ Jangan sampe ketahuan ya. Jempet do pat ni gabus (dekat nya
langkah kebohongan). Bawa catatan kalian kesini.”perintah bu Tumangger. Maksud
ibu itu, dari catatan kami yang berisi pasti dengan tulisan kami, dapat
dicocokkan dengan tulisan yang ada dalam kertas tadi. Merupakan logika yang
bijaksana, tapi mendapatkan kenyataan yang berbeda. Kebetulan tulisan yang ada
di kertas itu bagus, dan yang punya tulisan jelek nyaman saja diperiksa, karena
tidak akan pernah mirip, dan tidak mungkin dicurigai.
Setelah semua diperiksa, ada beberapa buku yang tertahan.
Diantanya ada buku orang polos nan lugu, catatannya Haryono. Sial nasib
Haryono, punya tulisan bagus dan jadi tersangka. Tapi dia santai-santai saja.
Karena dia tak pernah membuat surat yang begituan, ngerti saja tentang tulisan
yang begituan gak sama sekali. Dan setelah diperiksa, tulisan paling cocok
adalah…….
“Haryono, maju kau ke depan,” perintah Bu guru. Semua terdiam
dan bingung, karena mereka tidak pernah berpikir yang buat tulisan itu haryono,
dan yang membuat tulisan pasti tersenyum, tapi tidak ada yang tahu siapa
orangnya.
“Iya bu,” jawab Haryono. Dia biasa saja, karena tidak pernah
merasa melakukan itu. Dan dia cukup yakin akan hal itu.
“Ini tulisanmu kan?” kata bu guru, sambil menunjukkan
catatannya. Dengan cepat tanpa berpikir apa-apa, dengan polosnya haryono bilang
iya.
“coba lihat tulisan ini, miripkan?” kata bu guru sambil
menunjukkan tulisan di secarik kertas tadi.
Haryono kebingungan, sambil membandingkan tulisan itu,
benar-benar mirip. Tapi siapa yang benar-benar tega untuk melakukan hal seperti
itu dengan anal sepolos Haryono. Belum sempat selesai Haryono berpikir,
tiba-tiba, plokk!!!! Suara pukulan di kepala haryono yang gak tau apa-apa.
“Kenapa tidak ngaku tadi kau? Kenapa berbohong kau? Apa
maksud tulisan mu ini?” bentak bu guru, sambil mendaratkan tangan lagi di
kepala Haryono. Dia sangat sedih, yang tidak tahu apa-apa. Gak pernah
bermasalah dengan guru. Jadi kambing hitam buat suatu kejahatan yang kejam buat
anak SD.
“Saya tidak ada membuat itu bu, saya juga tidak tahu siapa yang
menulis ini bu. Saya tidak mengerti dengan hal ini semua bu.”belanya sambil
mulai menangis.
“Jangan menangis kau. Kau pikir dengan menangis kau, selesai
masalah ini. Udah jelas- jelas ini tulisanmu.”bentak bu guru, sambil
mendaratkan tangan di kepala beberapa kali.
“sumpah bu, saya tidak pernah menulis itu, memang mirip, tapi
itu bukan tulisan saya bu, itu mung…” belum selesai Haryono bicara, mendarat
lagi tangan itu di kepala haryono.
“kau pikir orang bodoh aku. Udah jelas kali tulisanmu itu.”
Bentak bu guru, lagi-lagi mendarat lagi tangan itu di kepala Haryono.
Haryono tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Tidak ada lagi kata
yang terucap dari mulutnya, yang ada hanya isakan tangis. Dia yang diajar
dengan keras di rumah supaya disiplin, tidak pernah menyangka akan mengalami
hal seperti ini di sekolah. Dia berpikir, bagaimana lah nanti kalau sampai
berita ini ke orang rumah. Dia melihat teman-temannya, sedikit terdengar, siapa
nya yang melakukan itu, tega kali sama si haryono itu. Maklum, dia anak baik,
pendiam, jarang nonton, mereka berpikir, gak mungkin lah seorang Haryono
melalkukan suatu hal seperti itu.
“Diam kau, jangan lagi menangis kau. Minta maaf kau sama
orang ini” perintah bu Guru.
Dengan perasaan malu, sakit, mau menghajar semua rasanya.
Haryono berjalan ke arah mereka, dan meminta maaf.
“maaf ya mes, maaf ya tuti, maaf ya vid” pinta Haryono sambil
masih menangis.
Dia tidak tahu apalagi yang mau dikatakannya. Dia tidak dapat
lagi mendengar apa yang dikatakan mereka. Dia hanya berpikir cepat lah ini
berakhir dan berkata, biarlah ini jadi kenangan pahitku di masa SD.
PESANNYA: buat kamu-kamu yang sudah merasa sudah dewasa atau sudah tua,,jangan sembarangan mengambil keputusan, karena kasihan anak-anak yang menjadi korban, menjadi mendapat beban mental buat dia dalam menjalani hidupnya
Dari kisah nyata.
By: HarjoshRian
No comments:
Post a Comment