Pulang Kampung adalah Suatu Hal yang tidak ku suka belakangan ini. BUkan karena aku tidak merindukan suasana disana tapi karena study belum selelsai jadi malu untuk pulang kampung. Jadi aku memilih pulang kalau kalender libur panjang aja...
Dan ini adalah salah satunya. Libur Natal dan Tahun baru. Tidak ada sih bedanya buatku. Bagiku setiap hari itu sama. Hanya dalam anganku berbeda, aku ingin segera lulus dan wisuda, tapi kenyataan berkata lain...
Libur natal dan tahun baru ini adalah libur yang paling mengerikan, karena semua keluarga akan pulang. Dan aku harus menjawab setiap pertanyaan itu, dengan senyum kepura-puraan. Berpura-pura santai, padahal sangat tertekan dengan pertanyaan-pertanyaan itu...
Dan mengawali tahun adalah hari saling mengakui kesalahan dan meminta maaf. Tapi apa dikata, dalam acara tidak ada untuk tahun ini. Seperti suatu hal terskip begitu saja. Padahal kondisi keluarga ini sedang tidak baik...
Kembali ke judul.
Bapakku baru kecelakaan sekitar bulan 10 kemarin, aku tidak pulang sih, kerena tidak apa-apa juga. Ternyata ada berbagai cerita disana. Opuungku tidak ada sekalipun menjenguknya, dan meskipun dilanjut kaki bapa luka kena knalpot kereta yang ku lihat lumayan parah sih...
Sudah beberapa bulan bapak gak pergi kerja hingga saat ini. Dia juga tidak berani minta gajinya,. Ya, bapakku seorang PNS. Entah sejak kapan bapak jadi tidak semangat kerja begini. Aapakah bapak terperosok dalam suatu hal. Dan semenjak itu juga, keuangan kami sangat sulit, dengan hanya mengandalkan hasil panen dari ladang yang tidak seberapa.
Untunglah abang dan adikku sudah bekerja, jadi bisa membantu kami yang masih study. Aku tidak pernah lihat bapak gak punya uang, tapi pulang kali ini, dia benar-benar gak punya uang. Ada suatu yang salah disini...
Tanggal 1/2 januari, aku kurang ingat.. Aku di rumah opungku. dan kebetulan ada juga beberapa keluarga datang malam itu. aku duduk di kursi, abangku yang gabung dengan mereka. Mereka bercerita tentang bapakku, semula serius, dan kadang bercanda. Tapi disitu tahu lah kami kenapa opung gak menjenguk bapakku, opung berharap bapakku disitu mati sekalian. Padahal dia gak tau gimana kronologisnya bapak ditabrak. Dengan santainya dia berkata seperti itu, di depan kami. Ingin aku memaki mereka semua yang tidak berani membantah perkataan itu. Tapi tak bisa, sedih kali rasanya. Jam sudah menunjukkan malam banget disitu, aku ambil jaketku. Gak tahan kali aku mendengar semua itu. Ingin ku hancurka semua. Dekat pintu keluar aku meninju dinding sekeras2nya. Suaranya sangat sangat kuat, sangking emosi nnya aku, tapi bertepatan dengan suara petasan tetangga yang menggelegar.
Ketika aku sudah mulai tenang, aku beruntung karena suara petasan tadi, pikirku...
Gimana aku tidak kesal, kami berharap bapak cepat sembuh, tapi ada yang mendoakan seperti itu, mamaknya sendiri? Aku gak habis pikir dengan apa yang terjadi...
Tapi apa yang terjadi, biarlah terjadi...
Salam Harjoshrian...