PENENTUAN KELAS KEKUATAN DAN KEAWETAN KAYU
YANG DIPERDAGANGKAN,
Di jalan Karya, Medan.
Penentuan Kelas Kekuatan Dan Keawetan Kayu
Yang Diperdagangkan
Sifat-sifat kayu yang penting
sehubungan dengan penggunaannya meliputi sifat fisik, sifat mekanik, sifat
kimia dan keawetan alami. Sifat kayu yang erat kaitannya dengan kekuatan kayu
adalah sifat mekanik kayu. Kekuatan dan ketahanan terhadap perubahan bentuk
suatu bahan disebut sebagai sifat-sifat mekaniknya (Haygreen dan Bowyer, 1993).
Ketahanan terhadap perubahan bentuk
menentukan banyaknya bahan yang dimanfaatkan, terpuntir atau terlengkungkan
oleh sesuatu beban yang mengenainya. Perubahan-perubahan bentuk yang terjadi
segera sesudah beban dikenakan dan dapat dipulihkan jika beban dihilangkan
disebut peubahan bentuk elastis. Sebaliknya jika perubahan bentuk berkembang
perlahan-lahan sesudah dikenakan, disebut reologis atau tergantung waktu.
Istilah kekuatan sering digunakan
dalam arti umum untuk menyatakan semua sifat mekanik. Hal ini dapat menyebabkan
kekacauan karena banyak terdapat tipe-tipe kekuatan dan sifat elastik yang
berbeda-beda. Kayu yang relatif kuat sehubungan dengan satu kekuatan mungkin
tingkatnya lebih rendah pada sifat yang lain apabilam dibandingkan dengan
spesies yang lain.
Menurut Damanik (2005), kayu sebagai
bahan bangunan mempunyai kekuatan tertentu, terutama mengenai sifat
fisik/mekanik. Dengan diketahui kekuatan untuk jenis kayu tertentu, maka
konsumen akan memilih jenis kayu yang tepat sesuai penggunaan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kekuatan kayu diantaranya adalah faktor biologis
(mikroorganisme yang menyerang kayu), kadar air, dan berat jenis. Menurut
Vademecum Kehutanan Indonesia, kelas kekuatan kayu didasarkan pada berat jenis,
keteguhan lengkung mutlak (klm) dan keteguhan tekan mutlak (ktm) (Tabel 2).
Sebagai bahan struktur kayu
mempunyai berbagai kekuatan, khususnya dalam :
1.
Menahan Tarikan. Kekuatan terbesar yang dapat ditahan oleh kayu adalah sejajar
arah serat, sedangkan kekuatan tarikan tegak lurus arah serat lebih kecil dari
pada sejajar serat.
2.
Menahan Tekanan (Desak). Kayu juga dapat menahan beban desak, baik tekanan
sejajar serat maupun tegak lurus serat, misalnya sebagai bantalan kereta api.
Daya tahan desak tegak lurus serat lebih kecil bila dibandingkan dengan sejajar
serat.
3.
Menahan Lenturan. Besarnya daya tahan kayu terhadap lenturan tergantung pada
jenis kayu, besarnya peampang kayu, berat badan, lebar bentangan, sehingga
dengan dapatnya kayu menaan lenturan maka dapat menahan beban tetap meupun
beban kejut/pukulan.
Kelas keawetan kayu adalah tingkat
keawetan suatu jenis kayu terhadap organisme perusak seperti jamur serangga dan
penggerek di laut. Keawetan kayu dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
karakteristik kayu dan lingkungan. Faktor karakteristik kayu yaitu: kandungan
zat ekstraktif, umur pohon, bagian kayu dalam batang (gubal dan teras), dan
kecepatan tumbuh. Faktor lingkungan yaitu: tempat di mana kayu dipakai, jenis
organisme penyerang, keadaan suhu, kelembaban udara dan lain-lainnya. Suatu
jenis kayu yang awet terhadap serangan jamur belum tentu akan tahan terhadap
rayap atau penggerek kayu di laut, demikian pula sebaliknya (Muslich,2011).
Keawetan kayu menjadi faktor utama
penentu penggunaan kayu dalam konstruksi. Bagaimanapun kuatnya suatu jenis
kayu, penggunaannya tidak akan berarti bila keawetannya rendah. Suatu jenis
kayu yang memiliki bentuk dan
Universitas Sumatera Utarakekuatan yang baik untuk konstruksi bangunan
tidak akan bisa dipakai bila kontruksi terebut akan berumur beberapa bulan
saja, kecuali bila kayu tersebut diawetkan terlebih dahulu dengan baik. Karena
itulah dikenal apa yang disebut dengan
kelas pakai, yaitu komposisi antara kelas awet dan kelas kuat, dengan kelas awet dipakai sebagai penentu kelas
pakai. Jadi, meskipun suatu jenis kayu
memiliki kelas kuat yang tinggi, kelas pakainya akan tetap rendah jika
kelas awetnya rendah (Tim Elsppat, 1997).
Suranto (2002), memaparkan bahwa
tiap-tiap kelas keawetan itu memberi gambaran tentang umur kayu dalam
pemakaian. Secara utuh klasifikasi keawetan kayu dapat dilihat pada Tabel 1.
dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap umur pakai kayu pada setiap kelas
keawetan kayu dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan SK-SNI 03-3233-1998,
tentang Tata Cara Pengawetan Kayu Untuk Bangunan Rumah dan Gedung sebagai
berikut :
Pengawetan adalah suatu proses
memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk memperpanjang masa
pakai kayu. Kayu yang harus diawetkan untuk bangunan rumah dan gedung adalah
kayu yang mempunyai keawetan alami rendah (kelas awet III, IV, V dan kayu gubal
kelas I dan II), dan semua kayu yang tidak jelas jenisnya. Bahan kayu yang akan
diawetkan harus melalui proses vakum tekan, proses rendaman, permukaan kayu
harus bersih dan siap pakai.
Peralatan yang digunakan dalam pengawetan
dengan proses vakum tekan adalah tangki pengawet, tangki pengukus, tangki
persediaan, tangki pencampur, pompa vacum, pompa tekan hidrolik,bejana vakum,
pompa pemindah larutan, kompresor, manometer, termometer, hidrometer, gelas
ukur 100 mL dan timbangan. Untuk proses, rendaman diperlukan peralatan yaitu
bak pencampur, tangki persediaan, bak pengawet, pompa pemindah larutan, geas
ukur, hidrometer termometer, timbangan, dan manometer. Sedangkan untuk rendaman
panas dingin digunakan peralatan yang sama seperti rendaman dingin tanpa
timbangan dan ditambah tungku panas. Cara pengawetan sebagai berikut :
Pembuatan bahan larutan, dan persiapan kayu yang akan diawetkan. Pelaksanaan
pengawetan dengan cara vacum tekan, rendaman dingin atau rendaman panas-dingin.
Setelah kayu diawetkan maka kayu disusun secara teratur dengan menggunakan
ganjal yang seragam (1,5 - 2,0) x (2,5 - 3,0) cm, dan lindungi kayu dari
pengaruh hujan dan matahari secara langsung sampai kering udara
Judul :
Penentuan Kelas Kekuatan Dan Keawetan Kayu Yang Diperdagangkan
Kelompok
:
Kelas :
HUT 6D
Hasil yang diperoleh dari praktikum
yang berjudul “Penggolongan Kelas Kekuatan dan Keawetan Kayu” ini adalah sebagi
berikut.
Tabel 11. Kelas Kekuatan dan
keawetan kayu yang diperdagangkan di kota Medan
No
|
Jenis Kayu
|
Nama Ilmiah
|
Kelas Awet
|
BJ
|
Kelas Kuat
|
Nilai MOE dan MOR
|
Penggunaan
|
1
|
Jati
|
Tectona
grandis
|
II
|
0,70
|
I
|
MOE=53253,32 kg/cm2
MOR= 558,30 kg/cm2
|
Bangunan (Konstruksi), Veneer mewah,
Perkakas (mebel), Lantai (parket),
|
2
|
Damar Laut
|
Agathis
sp
|
IV
|
0,49
|
III
|
MOE = 7592,3 kg/cm2
MOR=336,2
kg/cm2
|
Bangunan, kayu lapis, mebel, rangka pintu
dan jendela, bahan pembungkus, alat olahraga dan music, korek api, pulp.
|
3
|
Meranti
|
Shorea
sp
|
III,IV
|
0,55
|
II,IV
|
MOE= 11200-13900 N/mm2
MOR=74-92 N/mm2
KTS= 38,80-52,90 N/mm2
KPT= 2,97-5,03 N/mm2
KS=8-11,40 N/mm2
|
Bangunan, kayu lapis, mebel, lantai, papan
dinding, bahan pembungkus, pulp
|
4
|
Durian
|
D.
zhibentinus
|
IV,V
|
0,64
|
II,III
|
MOE= 9500-15800 N/mm2
MOR=65-95 N/mm2
KTR= 1,3-2,4 kg/m3
KTP=1,6-4 kg/m3
|
Bangunan, Kayu lapis, bahan pembungkus
|
5
|
Mahoni
|
S,
mahagoni
|
III
|
0,64
|
II,III
|
MOE= 968 kg/cm2
MOR= 77496 kg/cm2
KR=125,85 kg/cm2
|
Bangunan, kayu lapis, mebel, lantai, papan
dinding, rangka pintu dan dinding, perkapalan
|
6
|
Mangga
|
Mangifera indica
|
IV
|
0,67
|
II, III
|
MOE=561.80 cm/kg2
MOR=854.01 kg/cm2
KTS= 357.84 kg/cm2
KTT= 293.19 kg/cm2
|
Keterangan
KTS =
Keteguhan tekan sejajar
KPT =
Keteguhan pukul tangensial
KS =
Kekuatan serat
KPR =
Keteguhan pukul radial
KGS = Keteguhan geser
sejajar
KTT = Keteguhan tekan
tegak lurus serat
KG = Kekuatan geser
KR = Keteguhan rekat
Salam Harjoshrian
No comments:
Post a Comment