Sunday, December 21, 2014

Penyakit Karat Puru (UroMycladium teperrianum) pada Sengon.





Suscept/host (kerentanan dan inang)
Fungi karat ini hanya memerlukan satu inang saja yaitu tanaman sengon sehingga fungi ini daur hidupnya pendek (mycrocyclus).Penularan penyakit dapat terjadi melalui penyebaran teliospora dengan bantuan air (embun), angin, serangga dan manusia. Untuk perkecambahan teliospora diperlukan air, dan lamanya waktu
berkecambah sangat tergantung pada suhu dan kondisi berkabut/gelap juga mempercepat perkecambahan teliospora. Teliospora sendiri tidak dapat menginfeksi inang. Teliospora harus berkecambah membentuk basidiospora, yang terbentuk kurang lebih 10 jam setelah inokulasi. Basidiospora inilah yang dapat secara langsung melakukan penetrasi menembus epidermis dan membentuk hifa di dalam ataupun di antara sel-sel epidermis, xilem dan floem. Setelah tujuh hari inokulasi, hifa vegetatif karat tumor ini berkembang menjadi piknia sebagai pustul coklat yang memecah epidermis.
Infeksi dapat terjadi pada biji, semai maupun tanaman dewasa di lapangan. Semua bagian tanaman meliputi pucuk daun, daun, tangkai daun, cabang, batang, bunga dan biji dapat terinfeksi oleh fungi patogen tersebut. Pada semai sengon, batanglah yang merupakan bagian tanaman yang paling rentan terhadap serangan fungi karat. Fungi karat masih bisa tetap hidup di musim kemarau/kering pada bagian tanaman yang terserang. Pada waktu mulai musim hujan serangan akan bertambah dan terus tersebar selama musim hujan.
Pada umumnya, semai maupun tanaman dewasa di lapangan yang tidak terserang karat tumor adalah tanaman yang memiliki kenampakan kokoh dan kuat.Walaupun demikian, tidak semua tanaman sengon yang memiliki kenampakan kuat tidak terserang oleh jamur U. tepperianum. Serangan karattumor pada tanaman yang kokoh akan berdampak lebih kecil dibanding serangan pada tanaman yang mempunyai kenampakan lemah. Respon tanaman sengon terhadap penyakit karat tumor dipengaruhi oleh faktor genetik dari tanaman itu sendiri dan faktor lingkungan disekitar pertanaman. Benih yang berasal dari induk superior dengan karakteristik yang jelas, akan menghasilkan tanaman yang relatif kuat dan lebih toleran terhadap karat tumor. Sedangkan benih yang berasal dari sumber yang tidak jelas kualitasnya, cenderung akan memiliki respon yang buruk terhadap penyakit. Bibit sengon yang di tanam di hutan rakyat, pada umumnya diusahakan sendiri oleh petani dengan menggunakan biji yang tidak jelas asal-usul induk dan kualitasnya. Pada saat di pindahkan ke lapangan, semai akan berinteraksi dengan faktor lingkungan yang ekstrim dan beragam termasuk adanya infeksi jamur karat U. tepperianum. Hal ini akan berakibat fatal pada tanaman yang tidak memiliki kualitas baik. Di sisi lain, pada hutan tanaman yang diusahakan oleh pemerintah atau pengusaha, benih yang digunakan umumnya berasal dari sumber yang lebih jelas, meskipun belum seluruhnya menggunakan benih yang bersertifikat. Hal tersebut menjadi salah satu sebab serangan karat tumor di hutan rakyat lebih parah dan lebih bervariasi dibanding serangannya pada hutan tanaman. Namun, di sisi lain, adanya stratifikasi tajuk yang cenderung seumur dan seragam pada skala luas, menyebabkan penyebaran penyakit karat tumor di hutan tanaman menjadi lebih cepat dibanding penyebarannya di hutan rakyat.
Distribusi (penyebaran)
Di Indonesia penyakit karat puru diketahui sudah menyerang pohon sejak tahun 1996 di pulau Seram, Maluku. Di Pulau Jawa penyakit ini semakin terkenal sejak tahun 2003 karena menyerang pohon sengon di sebagian besar wilayah Provinsi Jawa Timur.  Namum, informasi tersebut kurang mendapat perhatian dan tidak ditanggapi secara serius sehingga penyakit karat puru tersebut menyebar di beberapa daerah di Jawa Timur seperti Banyuwangi,  Bondowoso, Pasuruan, Malang, Probolinggo, Jember dan Kediri (Rahayu, 2008).
Penyakit Karat Puru mulai menyebar ke Provinsi Jawa Tengah mulai Tahun 2005. Hal ini diketahui berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Rahayu, Dosen Patologi Hutan UGM pada Tahun 2006 di daerah-daerah seperti di Purworejo, Purwokerto, Banjarnegara, Magelang, Temanggung dan Wonosobo yang mengindikasikan tersebarnya gall rust penyakit karat puru yang muali menyerang persemaian di Kutoarjo bahkan pada ketinggian 78 mdpl.
Penyakit karat puru saat ini telah sampai di  Jawa Barat. Di wilayah Majalengka, penyakit ini mulai menyerang tanaman sengon  hutan rakyat pada umur 1-2 tahun. Gall rust penyakit karat puru ini menyerang batang, dahan hingga daun tanaman sengon, sehingga petani hutan rakyat mengalami kesulitan dalam mengendalikan penyakit ini.
Sumber: http://bp2sdmk.dephut.go.id/emagazine/index.php/teknis/25-teknik-pengendalian-penyakit-karat-puru-pada-pohon-sengon.html
Causal genetic (penyebab)
Penyebab penyakit karat puru yang menyerang tegakan sengon adalah jamur Uromycladium tepperianum. Jamur ini dikenal sebagai jamur karat yang menyerang lebih dari seratus spesies Acacia, jenis-jenis Paraserianthes/Albizia spp., Racosperma spp. (ketiganya merupakan anggota famili Fabaceae {= Leguminosae}), menyebabkan pembengkakan (gall) yang menyolok pada dedaunan dan ranting pohon.
Setiap gall karat puru dapat melepaskan ratusan sampai ribuan spora yang dapat menularkan ke pohon-pohon sekitarnya dengan cepat melalui bantuan angin.  Ukuran, bentuk, dan warna gall bervariasi tergantung bagian tanaman yang terserang dan umur gall.  Warna gall pada awalnya hijau kemudian berubah menjadi coklat. Warna coklat indikasi bahwa spora-spora yang melimpah siap dilepaskan.
Sebaran geografi penyakit ini adalah di Australia, New Caledonia, Papua New Guinea (1984), Maluku (1988/1989), Afrika Selatan (1992), Sabah (1993), Philiphina (1997), Timor-Timur (mulai tahun 1998), dan Jawa (mulai 2003). Di Jawa, beberapa sentra sengon yang diketahui telah terserang penyakit karat puru antara lain : Lumajang, Jember, Banyuwangi, Probolinggo, Malang, Wonosobo, Boyolali, Salatiga, dan Wonogiri.
Biology
Penyebab penyakit karat tumor pada sengon ialah jenis fungi Uromycladium tepperianum (Sacc.) McAlpine. Jenis fungi karat umumnya masuk dalam divisi Basidiomycotina, kelas Urediniomycetes, ordo Uredinales, famili Pileolariaceae. Seperti patogen karat yang lain maka Uromycladium juga bersifat parasit obligat yang hanya dapat hidup apabila memarasit jaringan hidup. Pada U. tepperianum, spora yang memegang peran penting dalam pembiakan dan pemencarannya adalah teliospora yang dibentuk dalam jumlah besar. Teliospora mempunyai bentuk spesifik yaitu mempunyai struktur yang berjalur (berabung-rabung seperti payung), bergerigi dan setiap satu tangkai terdiri dari tiga teliospora. Ukuran Teliospora yaitu lebar berkisar antara 13-18 µm dan panjang 17-26 µm.
Epidemiology (perkembangan penyakit)
Serangan penyakit karat puru pada pohon sengon menyebabkan kerugian yang berakibat pada penurunan kualitas kayu dan volume produksinya. Pulau Jawa yang diketahui sebagai penghasil kayu sengon terbesar di Indonesia saat ini mengalami hambatan produksi karena terkendala dengan adanya penyakit karat puru.
Diagnosis
Serangan karat puru pada sengon ditandai dengan terjadinya pembengkakan (galls) pada ranting/cabang, pucuk-pucuk ranting, tangkai daun dan helaian daun. Gall ini merupakan tubuh buah dari jamur. Lama kelamaan pembengkakkan berubah menjadi benjolan-benjolan yang kemudian menjadi bintil-bintil kecil atau disebut tumor.
Tumor yang masih muda berwarna hijau kecoklat-coklatan muda yang diselimuti oleh lapisan seperti tepung berwarna agak kemerah-merahan yang merupakan kumpulan dari sporanya, sedangkan tumor yang tua berwarna coklat kemerah-merahan sampai hitam dan biasanya tumor sudah keropos berlubang serta digunakan sebagai sarang semut/serangga.
Jika tanaman mengalami serangan yang parah, maka seluruh bagian tanaman dipenuhi oleh tumor, kemudian daun mongering mengalami kerontokan, Diikuti oleh batang dan cabang tanaman dan akhirnya tanaman mati.
a. Gejala pada Semai
Gejala pada semai sangat bervariasi, dan kadang tidak terlihat secara jelas. Infeksi jamur karat pada semai umur 2-3 minggu menyebabkan daun mengeriting, melengkung dan tidak dapat berkembang dengan normal. Apabila di sentuh, daun terasa kaku dan mudah rontok. Semai menunjukkan pertumbuhan meninggi yang sangat lambat, kering dan mudah rontok. Pada semai yang lebih tua (umur 6 minggu), gejala nampak berupa pucuk yang melengkung, bila di raba terasa agak kaku. Batang semai yang terinfeksi, kadang menunjukkan adanya garis putih yang memanjang, jelas atau samar-samar. Di lapangan, gejala ini nantinya akan dengan cepat berkembang membentuk gall di sepanjang batang tersebut. Bentuk gejala yang lain dapat berupa pembengkokan batang, disertai bercak warna coklat pada bagian tersebut (Gambar 2a). Dilapangan, semai semacam ini akan menghasilkan tanaman yang bentuknya tidak lurus, dan pada pembengkokan tersebut akan muncul gall, sehingga batang mudah patah bila tertiup angin. Pada semai yang lebih tua, gejala tampak lebih jelas dan mudah dikenali karena gall telah mulai terbentuk (Gambar 2b). Gambar 2. a. Pembengkokan batang serta bercak warna coklat pada semai sengon umur 6 minggu yang terinfeksi jamur U. tepperianum, b. gall pada semai umur 11 minggu
Pada semai umur 3 bulan atau lebih yang belum di tanam di lapangan, kadang gall berkembang membesar dan jamur memproduksi ratusan juta spora berwarna coklat yang relatif masih aktif di permukaan gall (Gambar 8A). Spora tersebut siap diterbangkan angin dan berperan sebagai sumber inokulum bagi semai ataupun tanaman muda sehat lain disekitarnya. Gall yang telah tua dan masak, serta memiliki jaringan yang masih baik, kadang digunakan oleh serangga type penggerek batang untuk meletakkan telur, yang kemudian akan berkembang
menjadi larva. Kadang, orang terkeliru karena menyangka serangga tersebutlah yang menyebabkan gall.
Padahal larva tersebut hanya sebagai sekunder atau menumpang pada gall saja.
b. Gejala di Lapangan
Di lapangan, semai yang telah terinfeksi jamur U. tepperianum sejak di pesemaian, akan cepat menunjukkan gejala. Namun, kecepatan pembentukan gejala akan sangat bergantung pada lokasi penanamannya. Pada tanaman muda sebelum umur 2 tahun, gejala umumnya berupa tumor yang terbentuk pada batang atau cabang, atau pada ruas-ruas cabang. Bentuk gall sangat bervariasi. Permukaan gall yang masih baru atau segar tampak dilapisi milyaran teliospora aktif berwarna coklat kemerahan, yang siap disebarkan melalui angin ke tanaman di sekitarnya. Pada dasarnya jamur U. tepperianum hanya mampu menginfeksi jaringan-jaringan tanaman yang muda. Dengan demikian kemungkinan terjadinya infeksi baru pada jaringan tanaman dewasa di lapangan adalah sangat kecil.
Gejala pada tanaman dewasa pada dasarnya berasal dari infeksi yang terjadi pada tanaman muda atau bahkan dari semai. Hanya saja, karena respon setiap tanaman berbeda, dan lingkungan mikro di sekitar tanaman juga berbeda, maka gejala yang muncul saatnya juga berbeda-beda. Pada tanaman dewasa atau tua, gall sering nampak pada tajuk tanaman, terutama pada ujung ranting muda ataupun pada tangkai daun. Gall tersebut tidak merugikan pertumbuhan tanaman inangnya, namun secara aestetika nampak kurang menyenangkan hati. Terlebih, spora aktif pada gall tersebut nantinya dapat menjadi sumber inokulum potensial bagi tanaman muda atau pada semai disekitarnya.

Control stategi
Pencegahan dan Pengendalian :
1.    Untuk serangan penyakit karat puru di persemaian, maka semai yang menunjukkan gejala serangan harus segera dicabut dan dimusnahkan (dibakar).
2.    Untuk mencegah perluasan sebaran penyakit karat puru, perlu pengawasan yang ketat tentang transportasi benih, bibit, dan kayu tebangan dari daerah yang diketahui telah terserang ke daerah yang belum terserang.
3.    Pemeliharaan tanaman yang sudah ada (pemupukan dan penjarangan).
4.    Untuk tanaman yang telah terserang, maka upaya yang perlu dilakukan adalah menghilangkan gall dan bagian tanaman yang terserang sedini mungkin, sebelum gall membesar dan berwarna coklat. Langkah selanjutnya adalah mematikan sel-sel penyakit karat puru di bagian yang terserang agar tidak tumbuh gall lagi.
5.    Untuk mematikan sel-sel penyakit di bekas gall di atas dapat digunakan spiritus, kapur, garam, dan belerang. Caranya adalah sebagai berikut :
Spiritus :  Bagian tanaman yang terserang dibersihkan dengan cara mengelupas gall tersebut dari batang/cabang/pucuk. Kemudian bagian tersebut disemprot/ dioles dengan spirtus. Kapur + garam (5 kg kapur + 0,5 kg garam) dicampur dalam   5 – 10 liter air. Bagian tanaman yang terserang dibersihkan dari gallnya, kemudian  disemprot/dioles dengan campuran kapur garam. Belerang 1 kg + kapur 1 kg (1 : 1) + air 10/20 liter, diaduk hingga rata. Bagian tanaman yang terserang dibersihkan dari gallnya, kemudian bagian tersebut disemprot/dioles larutan belerang kapur.
6.    Menghindari penanaman sengon untuk sementara, terutama di dataran tinggi yang berkabut.
7.    Untuk pengendalian jangka menengah dan jangka panjang dilakukan dengan cara rotasi tanaman dan pemuliaan tanaman sengon.
a.  Rotasi tanaman : penggantian sengon sebagai tanaman pokok, diganti dengan jenis-jenis FGS yang potensial dan tidak menjadi inang jamur Uromicladium sp. Selama ini yang menjadi inang penyakit karat puru adalah dari jenis-jenis famili Fabaceae/Leguminosae, seperti jenis-jenis Acacia spp, Paraserianthes/Albizzia spp. dan Racosperma spp.
b. Pemuliaan tanaman sengon : dicari individu-individu pohon sengon yang tahan terhadap penyakit karat puru.

No comments:

LIRIK LAGU TERBARU ROHAKKU - JUN MUNTHE