Suscept/host (kerentanan dan inang)
Fungi karat ini hanya memerlukan
satu inang saja yaitu tanaman sengon sehingga fungi ini daur hidupnya pendek (mycrocyclus).Penularan
penyakit dapat terjadi melalui penyebaran teliospora dengan bantuan air
(embun), angin, serangga dan manusia. Untuk perkecambahan teliospora diperlukan
air, dan lamanya waktu
berkecambah sangat tergantung pada suhu dan kondisi berkabut/gelap juga mempercepat perkecambahan teliospora. Teliospora sendiri tidak dapat menginfeksi inang. Teliospora harus berkecambah membentuk basidiospora, yang terbentuk kurang lebih 10 jam setelah inokulasi. Basidiospora inilah yang dapat secara langsung melakukan penetrasi menembus epidermis dan membentuk hifa di dalam ataupun di antara sel-sel epidermis, xilem dan floem. Setelah tujuh hari inokulasi, hifa vegetatif karat tumor ini berkembang menjadi piknia sebagai pustul coklat yang memecah epidermis.
berkecambah sangat tergantung pada suhu dan kondisi berkabut/gelap juga mempercepat perkecambahan teliospora. Teliospora sendiri tidak dapat menginfeksi inang. Teliospora harus berkecambah membentuk basidiospora, yang terbentuk kurang lebih 10 jam setelah inokulasi. Basidiospora inilah yang dapat secara langsung melakukan penetrasi menembus epidermis dan membentuk hifa di dalam ataupun di antara sel-sel epidermis, xilem dan floem. Setelah tujuh hari inokulasi, hifa vegetatif karat tumor ini berkembang menjadi piknia sebagai pustul coklat yang memecah epidermis.
Infeksi dapat terjadi pada biji,
semai maupun tanaman dewasa di lapangan. Semua bagian tanaman meliputi pucuk
daun, daun, tangkai daun, cabang, batang, bunga dan biji dapat terinfeksi oleh
fungi patogen tersebut. Pada semai sengon, batanglah yang merupakan bagian
tanaman yang paling rentan terhadap serangan fungi karat. Fungi karat masih
bisa tetap hidup di musim kemarau/kering pada bagian tanaman yang terserang.
Pada waktu mulai musim hujan serangan akan bertambah dan terus tersebar selama
musim hujan.
Pada umumnya, semai maupun tanaman
dewasa di lapangan yang tidak terserang karat tumor adalah tanaman yang memiliki
kenampakan kokoh dan kuat.Walaupun demikian, tidak semua tanaman sengon yang
memiliki kenampakan kuat tidak terserang oleh jamur U. tepperianum. Serangan
karattumor pada tanaman yang kokoh akan berdampak lebih kecil dibanding
serangan pada tanaman yang mempunyai kenampakan lemah. Respon tanaman sengon
terhadap penyakit karat tumor dipengaruhi oleh faktor genetik dari tanaman itu sendiri dan faktor lingkungan disekitar pertanaman. Benih yang
berasal dari induk superior dengan karakteristik yang jelas, akan menghasilkan
tanaman yang relatif kuat dan lebih toleran terhadap karat tumor. Sedangkan
benih yang berasal dari sumber yang tidak jelas kualitasnya, cenderung akan
memiliki respon yang buruk terhadap penyakit. Bibit sengon yang di tanam di
hutan rakyat, pada umumnya diusahakan sendiri oleh petani dengan menggunakan
biji yang tidak jelas asal-usul induk dan kualitasnya. Pada saat di pindahkan ke
lapangan, semai akan berinteraksi dengan faktor lingkungan yang ekstrim dan
beragam termasuk adanya infeksi jamur karat U. tepperianum. Hal ini akan
berakibat fatal pada tanaman yang tidak memiliki kualitas baik. Di sisi lain,
pada hutan tanaman yang diusahakan oleh pemerintah atau pengusaha, benih yang
digunakan umumnya berasal dari sumber yang lebih jelas, meskipun belum
seluruhnya menggunakan benih yang bersertifikat. Hal tersebut menjadi salah
satu sebab serangan karat tumor di hutan rakyat lebih parah dan lebih
bervariasi dibanding serangannya pada hutan tanaman. Namun, di sisi lain,
adanya stratifikasi tajuk yang cenderung seumur dan seragam pada skala luas,
menyebabkan penyebaran penyakit karat tumor di hutan tanaman menjadi lebih
cepat dibanding penyebarannya di hutan rakyat.
Distribusi (penyebaran)
Di
Indonesia penyakit karat puru diketahui sudah menyerang pohon sejak tahun 1996
di pulau Seram, Maluku. Di Pulau Jawa penyakit ini semakin terkenal sejak tahun
2003 karena menyerang pohon sengon di sebagian besar wilayah Provinsi Jawa
Timur. Namum, informasi tersebut kurang mendapat perhatian dan tidak
ditanggapi secara serius sehingga penyakit karat puru tersebut menyebar di
beberapa daerah di Jawa Timur seperti Banyuwangi, Bondowoso, Pasuruan,
Malang, Probolinggo, Jember dan Kediri (Rahayu, 2008).
Penyakit
Karat Puru mulai menyebar ke Provinsi Jawa Tengah mulai Tahun 2005. Hal ini
diketahui berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Rahayu, Dosen
Patologi Hutan UGM pada Tahun 2006 di daerah-daerah seperti di Purworejo,
Purwokerto, Banjarnegara, Magelang, Temanggung dan Wonosobo yang
mengindikasikan tersebarnya gall rust penyakit karat puru yang muali menyerang
persemaian di Kutoarjo bahkan pada ketinggian 78 mdpl.
Penyakit
karat puru saat ini telah sampai di Jawa Barat. Di wilayah Majalengka,
penyakit ini mulai menyerang tanaman sengon hutan rakyat pada umur 1-2
tahun. Gall rust penyakit karat puru ini menyerang batang, dahan hingga daun
tanaman sengon, sehingga petani hutan rakyat mengalami kesulitan dalam
mengendalikan penyakit ini.
Sumber:
http://bp2sdmk.dephut.go.id/emagazine/index.php/teknis/25-teknik-pengendalian-penyakit-karat-puru-pada-pohon-sengon.html
Causal genetic (penyebab)
Penyebab penyakit karat puru yang
menyerang tegakan sengon adalah jamur Uromycladium tepperianum. Jamur ini
dikenal sebagai jamur karat yang menyerang lebih dari seratus spesies Acacia,
jenis-jenis Paraserianthes/Albizia spp., Racosperma spp. (ketiganya merupakan
anggota famili Fabaceae {= Leguminosae}), menyebabkan pembengkakan (gall) yang
menyolok pada dedaunan dan ranting pohon.
Setiap gall karat puru dapat
melepaskan ratusan sampai ribuan spora yang dapat menularkan ke pohon-pohon
sekitarnya dengan cepat melalui bantuan angin. Ukuran, bentuk, dan warna
gall bervariasi tergantung bagian tanaman yang terserang dan umur gall.
Warna gall pada awalnya hijau kemudian berubah menjadi coklat. Warna coklat
indikasi bahwa spora-spora yang melimpah siap dilepaskan.
Sebaran geografi penyakit ini adalah
di Australia, New Caledonia, Papua New Guinea (1984), Maluku (1988/1989),
Afrika Selatan (1992), Sabah (1993), Philiphina (1997), Timor-Timur (mulai
tahun 1998), dan Jawa (mulai 2003). Di Jawa, beberapa sentra sengon yang
diketahui telah terserang penyakit karat puru antara lain : Lumajang, Jember,
Banyuwangi, Probolinggo, Malang, Wonosobo, Boyolali, Salatiga, dan Wonogiri.
Biology
Penyebab penyakit karat tumor pada
sengon ialah jenis fungi Uromycladium tepperianum (Sacc.) McAlpine. Jenis fungi
karat umumnya masuk dalam divisi Basidiomycotina, kelas Urediniomycetes, ordo
Uredinales, famili Pileolariaceae. Seperti patogen karat yang lain maka
Uromycladium juga bersifat parasit obligat yang hanya dapat hidup apabila
memarasit jaringan hidup. Pada U. tepperianum, spora yang memegang peran
penting dalam pembiakan dan pemencarannya adalah teliospora yang dibentuk dalam
jumlah besar. Teliospora mempunyai bentuk spesifik yaitu mempunyai struktur
yang berjalur (berabung-rabung seperti payung), bergerigi dan setiap satu tangkai
terdiri dari tiga teliospora. Ukuran Teliospora yaitu lebar berkisar antara
13-18 µm dan panjang 17-26 µm.
Epidemiology (perkembangan
penyakit)
Serangan
penyakit karat puru pada pohon sengon menyebabkan kerugian yang berakibat pada
penurunan kualitas kayu dan volume produksinya. Pulau Jawa yang diketahui
sebagai penghasil kayu sengon terbesar di Indonesia saat ini mengalami hambatan
produksi karena terkendala dengan adanya penyakit karat puru.
Diagnosis
Serangan karat puru pada sengon ditandai dengan terjadinya
pembengkakan (galls) pada ranting/cabang, pucuk-pucuk ranting, tangkai daun dan
helaian daun. Gall ini merupakan tubuh buah dari jamur. Lama kelamaan
pembengkakkan berubah menjadi benjolan-benjolan yang kemudian menjadi
bintil-bintil kecil atau disebut tumor.
Tumor
yang masih muda berwarna hijau kecoklat-coklatan muda yang diselimuti oleh
lapisan seperti tepung berwarna agak kemerah-merahan yang merupakan kumpulan
dari sporanya, sedangkan tumor yang tua berwarna coklat kemerah-merahan sampai
hitam dan biasanya tumor sudah keropos berlubang serta digunakan
sebagai sarang semut/serangga.
Jika tanaman mengalami serangan yang parah, maka seluruh
bagian tanaman dipenuhi oleh tumor, kemudian daun mongering mengalami
kerontokan, Diikuti oleh batang dan cabang tanaman
dan akhirnya tanaman
mati.
a. Gejala pada Semai
Gejala pada semai sangat bervariasi,
dan kadang tidak terlihat secara jelas. Infeksi jamur karat pada semai umur 2-3
minggu menyebabkan daun mengeriting, melengkung dan tidak dapat berkembang dengan
normal. Apabila di sentuh, daun terasa kaku dan mudah rontok. Semai menunjukkan
pertumbuhan meninggi yang sangat lambat, kering dan mudah rontok. Pada semai
yang lebih tua (umur 6 minggu), gejala nampak berupa pucuk yang melengkung,
bila di raba terasa agak kaku. Batang semai yang terinfeksi, kadang menunjukkan
adanya garis putih yang memanjang, jelas atau samar-samar. Di lapangan, gejala
ini nantinya akan dengan cepat berkembang membentuk gall di sepanjang batang
tersebut. Bentuk gejala yang lain dapat berupa pembengkokan batang, disertai
bercak warna coklat pada bagian tersebut (Gambar 2a). Dilapangan, semai semacam
ini akan menghasilkan tanaman yang bentuknya tidak lurus, dan pada pembengkokan
tersebut akan muncul gall, sehingga batang mudah patah bila tertiup angin. Pada
semai yang lebih tua, gejala tampak lebih jelas dan mudah dikenali karena gall
telah mulai terbentuk (Gambar 2b). Gambar 2. a. Pembengkokan batang serta
bercak warna coklat pada semai sengon umur 6 minggu yang terinfeksi jamur U. tepperianum,
b. gall pada semai umur 11 minggu
Pada semai umur 3 bulan atau lebih
yang belum di tanam di lapangan, kadang gall berkembang membesar dan jamur
memproduksi ratusan juta spora berwarna coklat yang relatif masih aktif di
permukaan gall (Gambar 8A). Spora tersebut siap diterbangkan angin dan berperan
sebagai sumber inokulum bagi semai ataupun tanaman muda sehat lain
disekitarnya. Gall yang telah tua dan masak, serta memiliki jaringan yang masih
baik, kadang digunakan oleh serangga type penggerek batang untuk meletakkan
telur, yang kemudian akan berkembang
menjadi larva. Kadang, orang
terkeliru karena menyangka serangga tersebutlah yang menyebabkan gall.
Padahal larva tersebut hanya sebagai
sekunder atau menumpang pada gall saja.
b. Gejala di Lapangan
Di lapangan, semai yang telah
terinfeksi jamur U. tepperianum sejak di pesemaian, akan cepat menunjukkan
gejala. Namun, kecepatan pembentukan gejala akan sangat bergantung pada lokasi
penanamannya. Pada tanaman muda sebelum umur 2 tahun, gejala umumnya berupa
tumor yang terbentuk pada batang atau cabang, atau pada ruas-ruas cabang.
Bentuk gall sangat bervariasi. Permukaan gall yang masih baru atau segar tampak
dilapisi milyaran teliospora aktif berwarna coklat kemerahan, yang siap
disebarkan melalui angin ke tanaman di sekitarnya. Pada dasarnya jamur U.
tepperianum hanya mampu menginfeksi jaringan-jaringan tanaman yang muda. Dengan
demikian kemungkinan terjadinya infeksi baru pada jaringan tanaman dewasa di
lapangan adalah sangat kecil.
Gejala pada tanaman dewasa pada
dasarnya berasal dari infeksi yang terjadi pada tanaman muda atau bahkan dari
semai. Hanya saja, karena respon setiap tanaman berbeda, dan lingkungan mikro
di sekitar tanaman juga berbeda, maka gejala yang muncul saatnya juga
berbeda-beda. Pada tanaman dewasa atau tua, gall sering nampak pada tajuk
tanaman, terutama pada ujung ranting muda ataupun pada tangkai daun. Gall
tersebut tidak merugikan pertumbuhan tanaman inangnya, namun secara aestetika
nampak kurang menyenangkan hati. Terlebih, spora aktif pada gall tersebut
nantinya dapat menjadi sumber inokulum potensial bagi tanaman muda atau pada
semai disekitarnya.
Control stategi
Pencegahan
dan Pengendalian :
1. Untuk
serangan penyakit karat puru di persemaian, maka semai yang menunjukkan gejala
serangan harus segera dicabut dan dimusnahkan (dibakar).
2. Untuk
mencegah perluasan sebaran penyakit karat puru, perlu pengawasan yang ketat
tentang transportasi benih, bibit, dan kayu tebangan dari daerah yang diketahui
telah terserang ke daerah yang belum terserang.
3. Pemeliharaan
tanaman yang sudah ada (pemupukan dan penjarangan).
4. Untuk
tanaman yang telah terserang, maka upaya yang perlu dilakukan adalah
menghilangkan gall dan bagian tanaman yang terserang sedini mungkin, sebelum
gall membesar dan berwarna coklat. Langkah selanjutnya adalah mematikan sel-sel
penyakit karat puru di bagian yang terserang agar tidak tumbuh gall lagi.
5. Untuk
mematikan sel-sel penyakit di bekas gall di atas dapat digunakan spiritus,
kapur, garam, dan belerang. Caranya adalah sebagai berikut :
Spiritus : Bagian tanaman yang terserang dibersihkan dengan cara mengelupas gall tersebut dari batang/cabang/pucuk. Kemudian bagian tersebut disemprot/ dioles dengan spirtus. Kapur + garam (5 kg kapur + 0,5 kg garam) dicampur dalam 5 – 10 liter air. Bagian tanaman yang terserang dibersihkan dari gallnya, kemudian disemprot/dioles dengan campuran kapur garam. Belerang 1 kg + kapur 1 kg (1 : 1) + air 10/20 liter, diaduk hingga rata. Bagian tanaman yang terserang dibersihkan dari gallnya, kemudian bagian tersebut disemprot/dioles larutan belerang kapur.
Spiritus : Bagian tanaman yang terserang dibersihkan dengan cara mengelupas gall tersebut dari batang/cabang/pucuk. Kemudian bagian tersebut disemprot/ dioles dengan spirtus. Kapur + garam (5 kg kapur + 0,5 kg garam) dicampur dalam 5 – 10 liter air. Bagian tanaman yang terserang dibersihkan dari gallnya, kemudian disemprot/dioles dengan campuran kapur garam. Belerang 1 kg + kapur 1 kg (1 : 1) + air 10/20 liter, diaduk hingga rata. Bagian tanaman yang terserang dibersihkan dari gallnya, kemudian bagian tersebut disemprot/dioles larutan belerang kapur.
6. Menghindari
penanaman sengon untuk sementara, terutama di dataran tinggi yang berkabut.
7. Untuk
pengendalian jangka menengah dan jangka panjang dilakukan dengan cara rotasi
tanaman dan pemuliaan tanaman sengon.
a. Rotasi
tanaman : penggantian sengon sebagai tanaman pokok, diganti dengan jenis-jenis
FGS yang potensial dan tidak menjadi inang jamur Uromicladium sp. Selama ini
yang menjadi inang penyakit karat puru adalah dari jenis-jenis famili
Fabaceae/Leguminosae, seperti jenis-jenis Acacia spp, Paraserianthes/Albizzia
spp. dan Racosperma spp.
b. Pemuliaan
tanaman sengon : dicari individu-individu pohon sengon yang tahan terhadap
penyakit karat puru.
No comments:
Post a Comment