Ilmu ekonomi
adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan
kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara
kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang
jumlahnya terbatas. Permasalahan tersebut kemudian menyebabkan timbulnya
kelangkaan (Ingg: scarcity).
Adam Smith diakui sebagai bapak dari ilmu ekonomi
Kata "ekonomi"
sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti
"keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos), atau
"peraturan, aturan, hukum," dan secara garis besar diartikan
sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah
tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah
orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.
Secara umum, subyek dalam
ekonomi dapat dibagi dengan beberapa cara, yang paling terkenal adalah mikroekonomi
vs makroekonomi. Selain itu, subyek ekonomi juga bisa dibagi menjadi
positif (deskriptif) vs normatif, mainstream vs heterodox, dan
lainnya. Ekonomi juga difungsikan sebagai ilmu terapan dalam manajemen
keluarga, bisnis, dan pemerintah. Teori ekonomi juga dapat digunakan dalam
bidang-bidang selain bidang moneter, seperti misalnya penelitian perilaku
kriminal, penelitian ilmiah, kematian, politik, kesehatan, pendidikan, keluarga dan lainnya. Hal ini dimungkinkan
karena pada dasarnya ekonomi — seperti yang telah disebutkan di atas — adalah
ilmu yang mempelajari pilihan manusia. Banyak teori yang dipelajari
dalam ilmu ekonomi diantaranya adalah teori pasar bebas, teori lingkaran ekonomi, invisble hand,
informatic
economy, daya tahan
ekonomi, merkantilisme, briton woods,
dan sebagainya.
Ada sebuah peningkatan
trend untuk mengaplikasikan ide dan metode ekonomi dalam konteks yang lebih
luas. Fokus analisis ekonomi adalah "pembuatan keputusan" dalam
berbagai bidang dimana orang dihadapi pada pilihan-pilihan. misalnya bidang pendidikan, pernikahan, kesehatan, hukum, kriminal, perang, dan agama.
Gary Becker dari University of Chicago
adalah seorang perintis trend ini. Dalam artikel-artikelnya ia menerangkan
bahwa ekonomi seharusnya tidak ditegaskan melalui pokok persoalannya, tetapi
sebaiknya ditegaskan sebagai pendekatan untuk menerangkan perilaku manusia.
Pendapatnya ini kadang-kadang digambarkan sebagai ekonomi imperialis oleh
beberapa kritikus.
Banyak ahli ekonomi mainstream
merasa bahwa kombinasi antara teori dengan data yang ada sudah cukup untuk
membuat kita mengerti fenomena yang ada di dunia. Ilmu ekonomi akan mengalami
perubahan besar dalam ide, konsep, dan metodenya; walaupun menurut pendapat
kritikus, kadang-kadang perubahan tersebut malah merusak konsep yang benar
sehingga tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Hal ini menimbulkan pertanyaan
"apa seharusnya dilakukan para ahli ekonomi?" The traditional Chicago
School, with its emphasis on economics being an empirical science aimed at
explaining real-world phenomena, has insisted on the powerfulness of price
theory as the tool of analysis. On the other hand, some economic theorists have
formed the view that a consistent economic theory may be useful even if at
present no real world economy bears out its prediction.
Sejarah perkembangan ilmu
ekonomi
Adam Smith sering disebut sebagai yang pertama mengembangkan
ilmu ekonomi pada abad 18 sebagai satu cabang tersendiri dalam ilmu pengetahuan.
Melalui karya besarnya Wealth of Nations, Smith mencoba mencari tahu sejarah
perkembangan negara-negara di Eropa. Sebagai seorang ekonom, Smith tidak
melupakan akar moralitasnya terutama yang tertuang dalam The Theory of Moral Sentiments. Perkembangan sejarah
pemikiran ekonomi kemudian berlanjut dengan menghasilkan tokoh-tokoh seperti Alfred Marshall, J.M. Keynes, Karl Marx, hingga peraih hadiah Nobel bidang Ekonomi tahun 2006, Edmund Phelps.
Secara garis besar, perkembangan aliran
pemikiran dalam ilmu ekonomi diawali oleh apa yang disebut sebagai aliran
klasik. Aliran yang terutama dipelopori oleh Adam Smith ini menekankan
adanya invisible hand dalam mengatur pembagian sumber daya, dan oleh
karenanya peran pemerintah menjadi sangat dibatasi karena
akan mengganggu proses ini. Konsep invisble hand ini kemudian
direpresentasikan sebagai mekanisme pasar melalui harga sebagai instrumen
utamanya.
Aliran klasik mengalami kegagalannya setelah
terjadi Depresi Besar tahun 1930-an
yang menunjukkan bahwa pasar tidak mampu bereaksi terhadap gejolak di pasar
saham. Sebagai penanding aliran klasik, Keynes mengajukan teori
dalam bukunya General Theory of Employment, Interest, and Money yang
menyatakan bahwa pasar tidak selalu mampu menciptakan keseimbangan, dan karena
itu intervensi pemerintah harus dilakukan agar distribusi sumber daya mencapai
sasarannya. Dua aliran ini kemudian saling "bertarung" dalam dunia
ilmu ekonomi dan menghasilkan banyak varian dari keduanya seperti: new
classical, neo klasik,
new keynesian, monetarist, dan lain sebagainya.
Namun perkembangan dalam pemikiran ini juga
berkembang ke arah lain, seperti teori pertentangan kelas dari Karl Marx dan Friedrich Engels, serta aliran institusional
yang pertama dikembangkan oleh Thorstein Veblen
dkk dan kemudian oleh peraih nobel Douglass C. North.
SEJARAH LAHIRNYA ILMU EKONOMI
A. Ilmu Ekonomi Masa Silam
Ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang sudah cukup lama berkembang. Perkembangannya bermula sejak
tahun 1776, yaitu setelah Adam Smith (seorang pemikir dan ahli ekonomi Inggris)
menerbitkan bukunya yang berjudul “An
Inquiry into the Nature and causes of the Wealth of Nations”. Beberapa
pemikiran hingga kini masih mendapat perhatian dalam pemikiran ahli-ahli
ekonomi. Sehingga Adam Smith dianggap sebagai “Bapak Ilmu Ekonomi.”
Sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan
yang besar dan luas, ilmu ekonomi diberi gelar sebagai the oldest art, and the newses science, yang jika diterjemahkan,
ekonomi merupakan seni yang tertua dan ilmu pengetahuan yang termuda.
Masalah-masalah ekonomi lahir serentak dengan terbitnya matahari kemanusian
puluhan ribu tahun silam. Tidak ada satu cabang ilmu pun yang lebih tua atau
lebih dahulu daripadanya. Mungkin saja ada orang yang beranggapan bahwa ilmu
kedokteran yang lebih tua, itu kurang benar sebab ilmu (atau lebih baik disebut
dengan “seni” saja dan bukan ilmu, sebab di zaman yang paling awal dari sejarah
kemanusiaan itu belum ada ilmu yang memiliki sistematika, disiplin, serta
keharusan-keharusan ilmiah yang lain) kedokteran timbul sesudah orang merasa
sakit dan ingin sembuh dari sakitnya itu. Lain halnya dengan ekonomi, yang
dirasakan perlunya sejak Nabi Adam AS diturunkan ke bumi bersama Hawa.
Kebutuhan mereka akan makanan, pakaian dan tempat tinggal, telah memaksa mereka
untuk bergumul dan bergaul dengan masalah-masalah ekonomi.
Hal ini akan tampak kian jelas jika kita
ikuti pendapat Georg Friedrich List (1789-1846), seorang ahli ekonomi bangsa
Jerman, yang membagi tahap-tahap kehidupan ekonomi manusia diantaranya:
1. Perburuan
dan perikanan
2. Peternakan
3. Pertanian
4. Pertanian
dan kerajinan setempat
5. Pertanian, industri,
perniagaan internasional.
Pembagian List ini memberikan kesan kepada kita bahwa masalah-masalah
ekonomi telah dilakukan oleh orang-orang penghuni pertama di bumi, dalam bentuk
perburuan dan perikanan.
Pada saat awal-awal kehidupan manusia, istilah ekonomi tentu saja belum
ada. Akan tetapi masalah-masalah yang dihadapi manusia-manusia penghuni bumi
yang pertama adalah masalah-masalah yang di zaman modern disebut sebagai
masalah ekonomi.
Ekonomi sebagaimana kedokteran dan lain-lain, saat itu belum berfungsi
sebagai ilmu. Yang ada barulah “seni” ekonomi, yaitu seni mencukupi kebutuhan,
seni melengkapi alat-alat berburu dan menangkap ikan (yang saat ini dikenal
sebagai melengkapi alat-alat modal), seni penyisihan sebagian makanan untuk
dimakan di lain saat nanti (yang saat ini disebut sebagai kegiatan menabung
atau saving) dan lain-lain.
Peristiwa pertama yang menandai akan lahirnya ilmu baru yang bernama
ilmu ekonomi adalah munculnya istilah ekonomi itu sendiri. Itu terjadi ribuan
tahun yang lalu, beratus-ratus tahun sebelum kelahiran Nabi Isa AS. Entah pada
zaman apa, masa pemerintahan raja siapa serta oleh siapakah istilah ekonomi itu
untuk pertama kalinya dilontarkan, tidak ada orang yang mengetahuinya secara pasti.
Yang jelas, istilah ekonomi itu lahir di Yunani, dan dengan sendirinya istilah
ekonomi itupun berasal dari kata-kata Yunani pula. Asal katanya adalah Oikos Nomos. Betapa sulitnya mencari
terjemahan yang tepat untuk kata-kata itu, tetapi orang-orang barat
menerjemahkannya dengan management of
household or estate (tata laksana rumah tangga atau pemilikan).
Pada saat itu, Yunani adalah negara yang besar dan memiliki kebudayaan
yang tinggi. Hampir setiap generasi Yunani kuno berhasil mencetak dan memiliki
berpuluh-puluh filosof besar, yang semuanya menjadi penyumbang bagi
terbentuknya bangunan Ilmu Pengetahuan kita saat ini.
Diantara nama filosof besar tersebut terdapatlah nama Aristoteles
(384-322 SM), yang merupakan murid dari Plato dan cucu murid Socrates.
Aristoteles adalah ahli matematika, ilmu pasti dan alam, sekaligus seorang
sosiolog dan psikolog, bahkan lebih dari semua itu, ia adalah seorang ulama
yang paham benar akan agama, moral dan etika. Ia adalah guru bagi Iskandar
Zulkarnain yang agung dan Macedonia.
Selama hidupnya, Aristoteles telah menulis banyak sekali buku tentang
segala yang dirasa, dilihat dan dipikirkannya. Berkat ia juga, Oikos Nomos tidak berhenti berkembang.
Diantara buku-bukunya yang paling banyak memuat uraian tentang ekonomi adalah
buku yang berjudul Politika dan Etika Nicomachea. Diantara topik-topik
yang diuraikannya di dalam kedua buku itu, terdapatlah dasar-dasar teori nilai
dan pertukaran, pembagian kerja, serta teori tentang uang, suku bunga dan riba.
Namun, karena ia hanyalah hasil didikan sebuah desa kecil serta berhubungan
hanya dengan masalah-masalah ekonomi yang dilihat di sekitarnya saja, maka
sering kali ia membuat penyerdanaan yang berlebih-lebihan dan generalisasi.
Walaupun demikian, ia memahami benar akan lika-liku serta pentingya arti
perdagangan, perniagaan, serta diperlukannya uang sebagai salah satu jenis
perantara atau alat tukar-menukar, dan suatu standar (untuk ukuran dan nilai) yang disepakati dunia.
Satu di antara sumbangan terbesar Aristoteles adalah uraiannya tentang
teori nilai. “Pada setiap barang yang kita miliki”, tulisnya, “terdapat dua
manfaat atau dua penggunaan, yang keduanya dimiliki oleh barang itu sekalipun
tidak dalam bentuk yang sama, yang satu adalah penggunaan yang sesuai (proper) sedang yang lainnya adalah
penggunaan yang kurang sesuai (improper) atau
penggunaan kedua (secondary) bagi
barang itu. Misalnya Sepatu, dapat dipergunakan untuk dipakai maupun
dipertukarkan dengan barang lain. Keduany merupakan penggunaan sepatu itu”.
Berdasarkan tulisan itu, Aristoteles menyatakan bahwa setiap barang tertentu
mempunyai nilai pakai dan nilai tukar, atau nilai subyektif dan nilai obyektif
seperti yang kita sebut sekarang. “Adapun nilai pakai (ulility value) biasa disebut dengan sebutan guna (utility) saja, sedangkan nilai tukar (exchange value) itu disebut dengan
sebutan nilai (value) saja. Para ahli
ekonomi zaman sekarang memberi gelar Aristoteles sebagai The “First” Economist, Ahli Ekonomi
“Pertama”.
Sejak zaman Aristoteles itu, ekonomi masih harus melewati masa yang amat
panjamg untuk sampai kepada bebtuknya sekarang. Pada zaman di sekitar abad
pertengahan, sebelum zaman Renaissance (kebangkitan), kaum pedagang pernah dianggap pedagang
dan pencuri, hanya karena mereka mengambil laba dari usahanya. Di saat itu,
tidak sedikit peraturan dibuat orang untuk mengecam pembungahan uang. Alasan
pokok untuk keperluan itu adalah ayat-ayat Bibel keluaran 22:25, Imanat Orang
Lewi 25:36, Ulangan 23: 19-20, Mazmur 15:5, Yehezkiel sebagai tokoh ekonomi,
St. Thomas Aquinas (1225-1274), pernah menyatakan bahwa waktu adalah milik
Tuhan sehingga tidak boleh atau jangan dijual dengan uang.
Larangan pembungaan uang dan sistem bunga menjadi salah satu pilar
ekonomi dalam pandangan agama. Beberapa ayat bibel yang menyatakan haramnya
bunga seperti tersebut dapat dibaca oleh siapapun juga hingga hari ini.
Selanjutnta nabi yang menjadi penerus Nabi Isa AS, yakni Nabi Muhammad SAW.,
memperbaharui semangat anti riba itu dengan larangan dan ancaman yang tegas.
Al-Quran menyatakan haramnya riba itu secara tegas antara lain di Surah
Al-Baqarah ayat 275. Bagian akhir dari ayat itu menyatakan: Barangsiapa yang kembali mengambil riba
sesudah ini, maka mereka itu adalah penghuni neraka; mreka kekal di dalamnya. Nabi
Muhammad SAW. menyatakan bahwa ada empat orang yang mendapat dosa karena riba,
yakni pemakannya, pemberinya, penulis (kontrak)-nya, dan saksinya. Di lain
kesempatan, beliau bersabda bahwa riba itu memiliki tujuh puluh tiga pintu
(dosa); yang paling ringan diantaranya adalah sama dengan (dosa) seorang lelaki
menyetubuhi ibu kandungnya sendiri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semua agama samawi (Yahudi,
Kristen, dan Islam) ternyata sepakat mengharamkan bunga dan memandang
pembungaaan uang sebagai perbuatan haram yang dikutuk sekeras-kerasnya.
Sesudah itu, ekonomi masih terus menghadapi badai dan gelombang yang
timbul sebagai akibat pertentangan pendapat diantara para pemikir ekonomi. Hal
ini diterangkan secara gamblang di dalam mata pelajaran sejarah perekonomian.
Lalu sampailah ekonomi pada bentuknya yang sekarang ini. Sekalipun masih
terdapat perselisihan pendapat serta perselisihan faham. Dalam pandangan
diantara para ahli maupun diantara bangsa-bangsa. Namun terdapat perbedaan,
dahulu semua perselisihan itu bersifat “mencari bentuk” ekonomi yang
sesungguhnya. Sedangkan sekarang perbedaan pendapat lebih berbentuk “bagaimana
melayarkan bahtera perekonomian menuju tujuan, baik tujuan perorangan maupun
bangsa”. Dahulu, benturan-benturan yang terjadi di antara para ahli ekonomi
adalah benturan-benturan paham, sedangkan sekarang benturan-benturan itu justru
lebih merupakan benturan-benturan kepentingan.
B. Aliran Pemikir
Ekonomi
1. Aliran
Merkantilis/Madzab Merkantilis.
Merkantilisme berasal dari bahasa latin mercece yang berarti jual beli, atau bahasa Inggris merchant yang artinya adalah saudagar.
Paham ini tumbuh subur di zaman kekuasaan raja-raja abad pertengahan. Tokoh
utama madzab ini adalah Jean Baptiste Colbert, yang juga merupakan menteri
keuangan raja Lodewijk XIV.
Pemikiran kaum merkantilis adalah: untuk meningkatkan kekayaan negara,
maka negara harus menjual (mengekspor) lebih banyak daripada membeli
(mengimpor), serta banyak mendatangkan logam mulia seperti emas dan perak ke
dalam negeri. Seorang merkantilis adalah seorang penganut paham bahwa suatu
sistem perekonomian yang terbaik adalah suatu sistem dimana negara harus
melakukan campur tangan seluas-luasnya terhadap dunia usaha dan perdagangan
luar negeri. Terhadap pertanyaan, “apakah sumber kekayaan negara itu ?” kaum
merkantilis menjawab: commerce (perdagangan).
2. Aliran
Fisiokrat.
Fisiokrat berakar dari kata-kata Yunani fisos yang berarti alam, dan kratos
yang memiliki arti kekuasaan. Sehingga fisiokratisme berpendirian bahwa
alamlah penguasa kekayaan atau dari alam bersumber kekayaan. Pemuka aliran ini
adalah Francois Quesnay, dokter pribadi Lodewijk XIV. Ia menolak anggapan kaum
merkantilis bahwa kekayaan negara berpusat pada industri dan perdagangan.
Quesnay sendiri meletakkan dasar ajarannya pada dua hal pokok. Pertama, kontrol atau pengendalian atas
perdagangan luar negeri dan industri (seperti pada zaman merkantilisme) justru
akan menghambat perkembangan ekonomi. Kedua,
semua pajak harus ditanggung oleh pemilik tanah (Quesnay membedakan antara
pemilik tanah dengan petani), sebab kehidupan mereka yang mewah telah menjadi
salah satu sebab terhambatnya arus pendapatan di kalangan rakyat. Pendapat
Quesnay secara keseluruhan berpangkal atas dua anggapan pokok. Pertama, ia percaya semua kekayaan
datangnya dari proses yang memberikan kehidupan yang telah diciptakan oleh
Tuhan. Kedua, kebebasan ekonomi akan
menciptakan masyarakat yang makmur dan teratur. Kaum fisiokrat sepakat pada
suatu ide dasar, bahwa kekayaan datang dari tanah. Hanya tanahlah yang
mempunyai kekuatan pemberi kehidupan yang berasal dari Tuhan.
3. Aliran
Klasik.
Tokoh dari aliran ini adalah Adam Smith. Menurut Adam Smith, kekayaan
datang bukan dari perdagangan dan tanah seperti kata orang-orang merkantilis
dan fisiokrat, tetapi dari kerja manusia, dan karena kerja manusialah terdapat
perdagangan dan pertanian. Setiap individu berusaha untuk menggunakan modalnya
sehingga diperoleh hasil yang setinggi-tingginya. Dia pada umumnya tidaklah
bermaksud untuk menunjang kepentingan umum dengan perbuatannya itu, dan tidak
pula ia tahu sampai seberapa jauhkah penunjangnya itu. Ia berbuat itu hanya
untuk kepentingannya sendiri, hanya untuk keberuntungannya sendiri. Dan dalam
hal ini ia dibimbing oleh suatu “tangan gaib” untuk mencapai sesuatu yang
menjadi tujuan utamanya. Dengan mengejar kepentingan pribadinya seperti itu, ia
akan mendorong kemajuan masyarakat dengan dorongan yang seringkali bahkan lebih
efektif daripada kalau ia memang sengaja melakukannya.
Dahulu, di zaman pemerintahan Lodewijk XIV, Colbert pernah bertanya
kepada seorang industriawan yang bernama Legendre: “apakah yang sebaiknya
dilakukan oleh pemerintah bagi kebaikan dunia usaha (business) ?”, Legendre menjawab singkat, “laizzes nous faire (tinggalkan kami sendiri−leave us alone)”. Akan
tetapi, Colbert hanya mencibir bibir saja mendengarkan jawaban Legendre itu.
Hanya Adam Smith yang mendengarkan jawaban itu, sesudah berlalu puluhan tahun.
Istilah itu yang kemudian disingkat menjadi laizzes
faire lalu menjadi pedoman pokok kaum liberal (pengikut faham Adam Smith),
serta menjdi motto kaum kapitalis.
Selain The Theory of Invisible
Hand, topik lain yang dibahas Smith dalam bukunya The Wealth of Nations antara lain tentang kerja sebagai sumber
kekayaan; nilai dan penetapan harga; teori pembagian pendapatan yang mencakup
sewa, upah dan laba; akumulasi modal dan dasar-dasar ilmu negara.
Selain Smith, tokoh-tokoh madzab klasik antara lain: Thomas Robert
Malthus (1766-1834) yang digelari bapak ilmu penduduk, Jean Baptiste Say
(1767-1832) yang terkenal karena hukum pasarnya, David Richardo (1772-1823)
yang terkenal karena hukum hasil yang semakin menurun (law of diminishing of return), dan lain-lain.
Dalam pandangan David Richardo, dalam usaha membangun ekonomi itu
kepentingan rakyat banyak harus dinomorsatukan sebab mereka itulah yang akan
menikmati hasil kemajuan pembangunan ekonomi itu. Di lain pihak, Malthus
berpandangan bahwa kaum pemilik modal adalah tokoh sentral dalam pembangunan
ekonomi itu. Jika para pemodal (kaum kapitalis) ini dibebaskan berusaha, usaha
itu akan dengan sendirinya memberi manfaat kepada masyarakatdi sekitarnya.
Misalnya, ika sebuah pabrik didirikan, demikian jalan berfikir Malthus, pabrik
itu akan mengambil penduduk sekitarnya sebagai tenaga kerja, akan dibangun pula
jalan, didirikannya sekolah, masjid, rumah sakit, dan sebagainya. Semakin besar
pabrik atau perusahaan itu, maka semakin makmur pula penduduk sekitarnya. Jika
semua perusahaan dibiarkan maju, maka secara keseluruhan penduduk akan
mendapatkan manfaatnya. Dan makmurlah seluruh negeri.
Akan tetapi, ekonomi liberal yang diperkenalkan Smith ini ternyata
membawa bencana. Setelah dijalankan di Amerika Serikat, perekononian jatuh ke
tingkat serendah-rendahnya karena para kapitalis yang telah demikian makmurnya
masih juga ingin bertambah makmur, dan inilah yang dikenal sebagai zaman malaise atau depresi besar. Dan pada
kenyataannya, aliran liberalisme amat memanjakan kaum kapitalis.
4. Aliran
Keynesian
Hal penting yang diperkenalkan Keynes dalam bukunya yang berjudul The General Theory of Employment, Interest,
and Money (1936) adalah tentang kebijakan ekonomi pemerintah yang dikenal
dengan kebijakan fiskal. Kata Keynes, untuk mendorong ekonomi yang ambruk,
pemerintah harus turun tangan dengan cara melakukan pengeluaran besar-besaran
guna membuka usaha sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru. Menurut
Keynes, hanya dengan cara ini perekonomian yang dilanda depresi bisa
dipulihkan. Para ahli ekonomi zaman sekarang menyebut aliran ini adalah aliran
kapitalisme.
5. Aliran
Marxisme/Komunisme
Tokoh-tokoh dari aliran ini adalah Karl Heinrich Marx, seorang pendeta
Nasrani dari Jerman dan Frederick Engels. Marx sangat merasa rihatin dengan penderitaan
rakyat akibat keganasan kaum kapitalis.
Pemikiran Marx, karena semakin banyaknya kekacauan yang disebabkan
merajalelanya kaum borjuis (kapitalis), alangkah baiknya jika bisa dibangun
sebuah masyarakat tanpa kelas, di mana semua orang adalah proletar (masyarakat
kebanyakan), dan seluruh kekuasaan ekonomi ada di tangan mereka.
Ide Marx dituangkan dalam buku yang berjudul Das Kapital (Modal) yang terbit tahun 1917. Dalam buku ini
dinyatakan bahwa negara harus diperintah oleh rakyat dan berbentuk diktator
ploretariat. Pemerintahan oleh rakyat inilah yang memegang seluruh kekuasaan.
Pemerintah hanya melaksanakan pemerintahan atas nama kaum proletar.
6. Aliran
Neoklasik
Aliran ini berpendapat bahwa jika terjadi masalah dalam perekonomian,
biar perekonomian itu sendiri yang memperbaikinya. Dengan kata lain, kebijakan
fiskal yang diperkenalkan oleh Keynes itu tetap mereka nyatakan haram karena
mengizinkan campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Sebagai gantinya,
mereka mengusulkan dipakainya kebijakan moneter. Dengan kebijakan moneter ini,
mereka mengusulkan agar jika timbul masalah ekonomi maka cukuplah diadakan
penyesuaian-penyesuaian di bidang moneter saja. Seperti, seperti menyesuaikan
jumlah uang yang beredar dan menetapkan suku bunga. Paham neoklasik ini sering
disebut sebagai paham moneterisme.
tugas pengantar ilmu ekonomi
Salam Harjoshrian...
No comments:
Post a Comment