Tuesday, September 16, 2014

SEJARAH ILMU EKONOMI



Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan tersebut kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan (Ingg: scarcity).
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0a/AdamSmith.jpg/220px-AdamSmith.jpg
Adam Smith diakui sebagai bapak dari ilmu ekonomi
Kata "ekonomi" sendiri berasal dari kata Yunani οκος (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos), atau "peraturan, aturan, hukum," dan secara garis besar diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.
Secara umum, subyek dalam ekonomi dapat dibagi dengan beberapa cara, yang paling terkenal adalah mikroekonomi vs makroekonomi. Selain itu, subyek ekonomi juga bisa dibagi menjadi positif (deskriptif) vs normatif, mainstream vs heterodox, dan lainnya. Ekonomi juga difungsikan sebagai ilmu terapan dalam manajemen keluarga, bisnis, dan pemerintah. Teori ekonomi juga dapat digunakan dalam bidang-bidang selain bidang moneter, seperti misalnya penelitian perilaku kriminal, penelitian ilmiah, kematian, politik, kesehatan, pendidikan, keluarga dan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena pada dasarnya ekonomi — seperti yang telah disebutkan di atas — adalah ilmu yang mempelajari pilihan manusia. Banyak teori yang dipelajari dalam ilmu ekonomi diantaranya adalah teori pasar bebas, teori lingkaran ekonomi, invisble hand, informatic economy, daya tahan ekonomi, merkantilisme, briton woods, dan sebagainya.
Ada sebuah peningkatan trend untuk mengaplikasikan ide dan metode ekonomi dalam konteks yang lebih luas. Fokus analisis ekonomi adalah "pembuatan keputusan" dalam berbagai bidang dimana orang dihadapi pada pilihan-pilihan. misalnya bidang pendidikan, pernikahan, kesehatan, hukum, kriminal, perang, dan agama. Gary Becker dari University of Chicago adalah seorang perintis trend ini. Dalam artikel-artikelnya ia menerangkan bahwa ekonomi seharusnya tidak ditegaskan melalui pokok persoalannya, tetapi sebaiknya ditegaskan sebagai pendekatan untuk menerangkan perilaku manusia. Pendapatnya ini kadang-kadang digambarkan sebagai ekonomi imperialis oleh beberapa kritikus.
Banyak ahli ekonomi mainstream merasa bahwa kombinasi antara teori dengan data yang ada sudah cukup untuk membuat kita mengerti fenomena yang ada di dunia. Ilmu ekonomi akan mengalami perubahan besar dalam ide, konsep, dan metodenya; walaupun menurut pendapat kritikus, kadang-kadang perubahan tersebut malah merusak konsep yang benar sehingga tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Hal ini menimbulkan pertanyaan "apa seharusnya dilakukan para ahli ekonomi?" The traditional Chicago School, with its emphasis on economics being an empirical science aimed at explaining real-world phenomena, has insisted on the powerfulness of price theory as the tool of analysis. On the other hand, some economic theorists have formed the view that a consistent economic theory may be useful even if at present no real world economy bears out its prediction.
Sejarah perkembangan ilmu ekonomi
Adam Smith sering disebut sebagai yang pertama mengembangkan ilmu ekonomi pada abad 18 sebagai satu cabang tersendiri dalam ilmu pengetahuan. Melalui karya besarnya Wealth of Nations, Smith mencoba mencari tahu sejarah perkembangan negara-negara di Eropa. Sebagai seorang ekonom, Smith tidak melupakan akar moralitasnya terutama yang tertuang dalam The Theory of Moral Sentiments. Perkembangan sejarah pemikiran ekonomi kemudian berlanjut dengan menghasilkan tokoh-tokoh seperti Alfred Marshall, J.M. Keynes, Karl Marx, hingga peraih hadiah Nobel bidang Ekonomi tahun 2006, Edmund Phelps.
Secara garis besar, perkembangan aliran pemikiran dalam ilmu ekonomi diawali oleh apa yang disebut sebagai aliran klasik. Aliran yang terutama dipelopori oleh Adam Smith ini menekankan adanya invisible hand dalam mengatur pembagian sumber daya, dan oleh karenanya peran pemerintah menjadi sangat dibatasi karena akan mengganggu proses ini. Konsep invisble hand ini kemudian direpresentasikan sebagai mekanisme pasar melalui harga sebagai instrumen utamanya.
Aliran klasik mengalami kegagalannya setelah terjadi Depresi Besar tahun 1930-an yang menunjukkan bahwa pasar tidak mampu bereaksi terhadap gejolak di pasar saham. Sebagai penanding aliran klasik, Keynes mengajukan teori dalam bukunya General Theory of Employment, Interest, and Money yang menyatakan bahwa pasar tidak selalu mampu menciptakan keseimbangan, dan karena itu intervensi pemerintah harus dilakukan agar distribusi sumber daya mencapai sasarannya. Dua aliran ini kemudian saling "bertarung" dalam dunia ilmu ekonomi dan menghasilkan banyak varian dari keduanya seperti: new classical, neo klasik, new keynesian, monetarist, dan lain sebagainya.
Namun perkembangan dalam pemikiran ini juga berkembang ke arah lain, seperti teori pertentangan kelas dari Karl Marx dan Friedrich Engels, serta aliran institusional yang pertama dikembangkan oleh Thorstein Veblen dkk dan kemudian oleh peraih nobel Douglass C. North.

SEJARAH LAHIRNYA ILMU EKONOMI


A.    Ilmu Ekonomi Masa Silam
Ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sudah cukup lama berkembang. Perkembangannya bermula sejak tahun 1776, yaitu setelah Adam Smith (seorang pemikir dan ahli ekonomi Inggris) menerbitkan bukunya yang berjudul “An Inquiry into the Nature and causes of the Wealth of Nations”. Beberapa pemikiran hingga kini masih mendapat perhatian dalam pemikiran ahli-ahli ekonomi. Sehingga Adam Smith dianggap sebagai “Bapak Ilmu Ekonomi.”
Sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang besar dan luas, ilmu ekonomi diberi gelar sebagai the oldest art, and the newses science, yang jika diterjemahkan, ekonomi merupakan seni yang tertua dan ilmu pengetahuan yang termuda. Masalah-masalah ekonomi lahir serentak dengan terbitnya matahari kemanusian puluhan ribu tahun silam. Tidak ada satu cabang ilmu pun yang lebih tua atau lebih dahulu daripadanya. Mungkin saja ada orang yang beranggapan bahwa ilmu kedokteran yang lebih tua, itu kurang benar sebab ilmu (atau lebih baik disebut dengan “seni” saja dan bukan ilmu, sebab di zaman yang paling awal dari sejarah kemanusiaan itu belum ada ilmu yang memiliki sistematika, disiplin, serta keharusan-keharusan ilmiah yang lain) kedokteran timbul sesudah orang merasa sakit dan ingin sembuh dari sakitnya itu. Lain halnya dengan ekonomi, yang dirasakan perlunya sejak Nabi Adam AS diturunkan ke bumi bersama Hawa. Kebutuhan mereka akan makanan, pakaian dan tempat tinggal, telah memaksa mereka untuk bergumul dan bergaul dengan masalah-masalah ekonomi.
Hal ini akan tampak kian jelas jika kita ikuti pendapat Georg Friedrich List (1789-1846), seorang ahli ekonomi bangsa Jerman, yang membagi tahap-tahap kehidupan ekonomi manusia diantaranya:
1.      Perburuan dan perikanan
2.      Peternakan
3.      Pertanian
4.      Pertanian dan kerajinan setempat
5.      Pertanian, industri, perniagaan internasional.
Pembagian List ini memberikan kesan kepada kita bahwa masalah-masalah ekonomi telah dilakukan oleh orang-orang penghuni pertama di bumi, dalam bentuk perburuan dan perikanan.
Pada saat awal-awal kehidupan manusia, istilah ekonomi tentu saja belum ada. Akan tetapi masalah-masalah yang dihadapi manusia-manusia penghuni bumi yang pertama adalah masalah-masalah yang di zaman modern disebut sebagai masalah ekonomi.
Ekonomi sebagaimana kedokteran dan lain-lain, saat itu belum berfungsi sebagai ilmu. Yang ada barulah “seni” ekonomi, yaitu seni mencukupi kebutuhan, seni melengkapi alat-alat berburu dan menangkap ikan (yang saat ini dikenal sebagai melengkapi alat-alat modal), seni penyisihan sebagian makanan untuk dimakan di lain saat nanti (yang saat ini disebut sebagai kegiatan menabung atau saving) dan lain-lain.
Peristiwa pertama yang menandai akan lahirnya ilmu baru yang bernama ilmu ekonomi adalah munculnya istilah ekonomi itu sendiri. Itu terjadi ribuan tahun yang lalu, beratus-ratus tahun sebelum kelahiran Nabi Isa AS. Entah pada zaman apa, masa pemerintahan raja siapa serta oleh siapakah istilah ekonomi itu untuk pertama kalinya dilontarkan, tidak ada orang yang mengetahuinya secara pasti. Yang jelas, istilah ekonomi itu lahir di Yunani, dan dengan sendirinya istilah ekonomi itupun berasal dari kata-kata Yunani pula. Asal katanya adalah Oikos Nomos. Betapa sulitnya mencari terjemahan yang tepat untuk kata-kata itu, tetapi orang-orang barat menerjemahkannya dengan management of household or estate (tata laksana rumah tangga atau pemilikan).
Pada saat itu, Yunani adalah negara yang besar dan memiliki kebudayaan yang tinggi. Hampir setiap generasi Yunani kuno berhasil mencetak dan memiliki berpuluh-puluh filosof besar, yang semuanya menjadi penyumbang bagi terbentuknya bangunan Ilmu Pengetahuan kita saat ini.
Diantara nama filosof besar tersebut terdapatlah nama Aristoteles (384-322 SM), yang merupakan murid dari Plato dan cucu murid Socrates. Aristoteles adalah ahli matematika, ilmu pasti dan alam, sekaligus seorang sosiolog dan psikolog, bahkan lebih dari semua itu, ia adalah seorang ulama yang paham benar akan agama, moral dan etika. Ia adalah guru bagi Iskandar Zulkarnain yang agung dan Macedonia.
Selama hidupnya, Aristoteles telah menulis banyak sekali buku tentang segala yang dirasa, dilihat dan dipikirkannya. Berkat ia juga, Oikos Nomos tidak berhenti berkembang. Diantara buku-bukunya yang paling banyak memuat uraian tentang ekonomi adalah buku yang berjudul Politika dan Etika Nicomachea. Diantara topik-topik yang diuraikannya di dalam kedua buku itu, terdapatlah dasar-dasar teori nilai dan pertukaran, pembagian kerja, serta teori tentang uang, suku bunga dan riba. Namun, karena ia hanyalah hasil didikan sebuah desa kecil serta berhubungan hanya dengan masalah-masalah ekonomi yang dilihat di sekitarnya saja, maka sering kali ia membuat penyerdanaan yang berlebih-lebihan dan generalisasi. Walaupun demikian, ia memahami benar akan lika-liku serta pentingya arti perdagangan, perniagaan, serta diperlukannya uang sebagai salah satu jenis perantara atau alat tukar-menukar, dan suatu standar (untuk ukuran dan nilai) yang disepakati dunia.
Satu di antara sumbangan terbesar Aristoteles adalah uraiannya tentang teori nilai. “Pada setiap barang yang kita miliki”, tulisnya, “terdapat dua manfaat atau dua penggunaan, yang keduanya dimiliki oleh barang itu sekalipun tidak dalam bentuk yang sama, yang satu adalah penggunaan yang sesuai (proper) sedang yang lainnya adalah penggunaan yang kurang sesuai (improper) atau penggunaan kedua (secondary) bagi barang itu. Misalnya Sepatu, dapat dipergunakan untuk dipakai maupun dipertukarkan dengan barang lain. Keduany merupakan penggunaan sepatu itu”. Berdasarkan tulisan itu, Aristoteles menyatakan bahwa setiap barang tertentu mempunyai nilai pakai dan nilai tukar, atau nilai subyektif dan nilai obyektif seperti yang kita sebut sekarang. “Adapun nilai pakai (ulility value) biasa disebut dengan sebutan guna (utility) saja, sedangkan nilai tukar (exchange value) itu disebut dengan sebutan nilai (value) saja. Para ahli ekonomi zaman sekarang memberi gelar Aristoteles sebagai The “First” Economist, Ahli Ekonomi “Pertama”.
Sejak zaman Aristoteles itu, ekonomi masih harus melewati masa yang amat panjamg untuk sampai kepada bebtuknya sekarang. Pada zaman di sekitar abad pertengahan, sebelum zaman Renaissance (kebangkitan), kaum pedagang pernah dianggap pedagang dan pencuri, hanya karena mereka mengambil laba dari usahanya. Di saat itu, tidak sedikit peraturan dibuat orang untuk mengecam pembungahan uang. Alasan pokok untuk keperluan itu adalah ayat-ayat Bibel keluaran 22:25, Imanat Orang Lewi 25:36, Ulangan 23: 19-20, Mazmur 15:5, Yehezkiel sebagai tokoh ekonomi, St. Thomas Aquinas (1225-1274), pernah menyatakan bahwa waktu adalah milik Tuhan sehingga tidak boleh atau jangan dijual dengan uang.
Larangan pembungaan uang dan sistem bunga menjadi salah satu pilar ekonomi dalam pandangan agama. Beberapa ayat bibel yang menyatakan haramnya bunga seperti tersebut dapat dibaca oleh siapapun juga hingga hari ini. Selanjutnta nabi yang menjadi penerus Nabi Isa AS, yakni Nabi Muhammad SAW., memperbaharui semangat anti riba itu dengan larangan dan ancaman yang tegas. Al-Quran menyatakan haramnya riba itu secara tegas antara lain di Surah Al-Baqarah ayat 275. Bagian akhir dari ayat itu menyatakan: Barangsiapa yang kembali mengambil riba sesudah ini, maka mereka itu adalah penghuni neraka; mreka kekal di dalamnya. Nabi Muhammad SAW. menyatakan bahwa ada empat orang yang mendapat dosa karena riba, yakni pemakannya, pemberinya, penulis (kontrak)-nya, dan saksinya. Di lain kesempatan, beliau bersabda bahwa riba itu memiliki tujuh puluh tiga pintu (dosa); yang paling ringan diantaranya adalah sama dengan (dosa) seorang lelaki menyetubuhi ibu kandungnya sendiri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semua agama samawi (Yahudi, Kristen, dan Islam) ternyata sepakat mengharamkan bunga dan memandang pembungaaan uang sebagai perbuatan haram yang dikutuk sekeras-kerasnya.
Sesudah itu, ekonomi masih terus menghadapi badai dan gelombang yang timbul sebagai akibat pertentangan pendapat diantara para pemikir ekonomi. Hal ini diterangkan secara gamblang di dalam mata pelajaran sejarah perekonomian.
Lalu sampailah ekonomi pada bentuknya yang sekarang ini. Sekalipun masih terdapat perselisihan pendapat serta perselisihan faham. Dalam pandangan diantara para ahli maupun diantara bangsa-bangsa. Namun terdapat perbedaan, dahulu semua perselisihan itu bersifat “mencari bentuk” ekonomi yang sesungguhnya. Sedangkan sekarang perbedaan pendapat lebih berbentuk “bagaimana melayarkan bahtera perekonomian menuju tujuan, baik tujuan perorangan maupun bangsa”. Dahulu, benturan-benturan yang terjadi di antara para ahli ekonomi adalah benturan-benturan paham, sedangkan sekarang benturan-benturan itu justru lebih merupakan benturan-benturan kepentingan.

B.     Aliran Pemikir Ekonomi
1.      Aliran Merkantilis/Madzab Merkantilis.
Merkantilisme berasal dari bahasa latin mercece yang berarti jual beli, atau bahasa Inggris merchant yang artinya adalah saudagar. Paham ini tumbuh subur di zaman kekuasaan raja-raja abad pertengahan. Tokoh utama madzab ini adalah Jean Baptiste Colbert, yang juga merupakan menteri keuangan raja Lodewijk XIV.
Pemikiran kaum merkantilis adalah: untuk meningkatkan kekayaan negara, maka negara harus menjual (mengekspor) lebih banyak daripada membeli (mengimpor), serta banyak mendatangkan logam mulia seperti emas dan perak ke dalam negeri. Seorang merkantilis adalah seorang penganut paham bahwa suatu sistem perekonomian yang terbaik adalah suatu sistem dimana negara harus melakukan campur tangan seluas-luasnya terhadap dunia usaha dan perdagangan luar negeri. Terhadap pertanyaan, “apakah sumber kekayaan negara itu ?” kaum merkantilis menjawab: commerce (perdagangan).
2.      Aliran Fisiokrat.
Fisiokrat berakar dari kata-kata Yunani fisos yang berarti alam, dan kratos yang memiliki arti kekuasaan. Sehingga fisiokratisme berpendirian bahwa alamlah penguasa kekayaan atau dari alam bersumber kekayaan. Pemuka aliran ini adalah Francois Quesnay, dokter pribadi Lodewijk XIV. Ia menolak anggapan kaum merkantilis bahwa kekayaan negara berpusat pada industri dan perdagangan.
Quesnay sendiri meletakkan dasar ajarannya pada dua hal pokok. Pertama, kontrol atau pengendalian atas perdagangan luar negeri dan industri (seperti pada zaman merkantilisme) justru akan menghambat perkembangan ekonomi. Kedua, semua pajak harus ditanggung oleh pemilik tanah (Quesnay membedakan antara pemilik tanah dengan petani), sebab kehidupan mereka yang mewah telah menjadi salah satu sebab terhambatnya arus pendapatan di kalangan rakyat. Pendapat Quesnay secara keseluruhan berpangkal atas dua anggapan pokok. Pertama, ia percaya semua kekayaan datangnya dari proses yang memberikan kehidupan yang telah diciptakan oleh Tuhan. Kedua, kebebasan ekonomi akan menciptakan masyarakat yang makmur dan teratur. Kaum fisiokrat sepakat pada suatu ide dasar, bahwa kekayaan datang dari tanah. Hanya tanahlah yang mempunyai kekuatan pemberi kehidupan yang berasal dari Tuhan.
3.      Aliran Klasik.
Tokoh dari aliran ini adalah Adam Smith. Menurut Adam Smith, kekayaan datang bukan dari perdagangan dan tanah seperti kata orang-orang merkantilis dan fisiokrat, tetapi dari kerja manusia, dan karena kerja manusialah terdapat perdagangan dan pertanian. Setiap individu berusaha untuk menggunakan modalnya sehingga diperoleh hasil yang setinggi-tingginya. Dia pada umumnya tidaklah bermaksud untuk menunjang kepentingan umum dengan perbuatannya itu, dan tidak pula ia tahu sampai seberapa jauhkah penunjangnya itu. Ia berbuat itu hanya untuk kepentingannya sendiri, hanya untuk keberuntungannya sendiri. Dan dalam hal ini ia dibimbing oleh suatu “tangan gaib” untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuan utamanya. Dengan mengejar kepentingan pribadinya seperti itu, ia akan mendorong kemajuan masyarakat dengan dorongan yang seringkali bahkan lebih efektif daripada kalau ia memang sengaja melakukannya.
Dahulu, di zaman pemerintahan Lodewijk XIV, Colbert pernah bertanya kepada seorang industriawan yang bernama Legendre: “apakah yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah bagi kebaikan dunia usaha (business) ?”, Legendre menjawab singkat, “laizzes nous faire (tinggalkan kami sendiri−leave us alone)”. Akan tetapi, Colbert hanya mencibir bibir saja mendengarkan jawaban Legendre itu. Hanya Adam Smith yang mendengarkan jawaban itu, sesudah berlalu puluhan tahun. Istilah itu yang kemudian disingkat menjadi laizzes faire lalu menjadi pedoman pokok kaum liberal (pengikut faham Adam Smith), serta menjdi motto kaum kapitalis.
Selain The Theory of Invisible Hand, topik lain yang dibahas Smith dalam bukunya The Wealth of Nations antara lain tentang kerja sebagai sumber kekayaan; nilai dan penetapan harga; teori pembagian pendapatan yang mencakup sewa, upah dan laba; akumulasi modal dan dasar-dasar ilmu negara.
Selain Smith, tokoh-tokoh madzab klasik antara lain: Thomas Robert Malthus (1766-1834) yang digelari bapak ilmu penduduk, Jean Baptiste Say (1767-1832) yang terkenal karena hukum pasarnya, David Richardo (1772-1823) yang terkenal karena hukum hasil yang semakin menurun (law of diminishing of return), dan lain-lain.
Dalam pandangan David Richardo, dalam usaha membangun ekonomi itu kepentingan rakyat banyak harus dinomorsatukan sebab mereka itulah yang akan menikmati hasil kemajuan pembangunan ekonomi itu. Di lain pihak, Malthus berpandangan bahwa kaum pemilik modal adalah tokoh sentral dalam pembangunan ekonomi itu. Jika para pemodal (kaum kapitalis) ini dibebaskan berusaha, usaha itu akan dengan sendirinya memberi manfaat kepada masyarakatdi sekitarnya. Misalnya, ika sebuah pabrik didirikan, demikian jalan berfikir Malthus, pabrik itu akan mengambil penduduk sekitarnya sebagai tenaga kerja, akan dibangun pula jalan, didirikannya sekolah, masjid, rumah sakit, dan sebagainya. Semakin besar pabrik atau perusahaan itu, maka semakin makmur pula penduduk sekitarnya. Jika semua perusahaan dibiarkan maju, maka secara keseluruhan penduduk akan mendapatkan manfaatnya. Dan makmurlah seluruh negeri.
Akan tetapi, ekonomi liberal yang diperkenalkan Smith ini ternyata membawa bencana. Setelah dijalankan di Amerika Serikat, perekononian jatuh ke tingkat serendah-rendahnya karena para kapitalis yang telah demikian makmurnya masih juga ingin bertambah makmur, dan inilah yang dikenal sebagai zaman malaise atau depresi besar. Dan pada kenyataannya, aliran liberalisme amat memanjakan kaum kapitalis.
4.      Aliran Keynesian
Hal penting yang diperkenalkan Keynes dalam bukunya yang berjudul The General Theory of Employment, Interest, and Money (1936) adalah tentang kebijakan ekonomi pemerintah yang dikenal dengan kebijakan fiskal. Kata Keynes, untuk mendorong ekonomi yang ambruk, pemerintah harus turun tangan dengan cara melakukan pengeluaran besar-besaran guna membuka usaha sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru. Menurut Keynes, hanya dengan cara ini perekonomian yang dilanda depresi bisa dipulihkan. Para ahli ekonomi zaman sekarang menyebut aliran ini adalah aliran kapitalisme.
5.      Aliran Marxisme/Komunisme
Tokoh-tokoh dari aliran ini adalah Karl Heinrich Marx, seorang pendeta Nasrani dari Jerman dan Frederick Engels. Marx sangat merasa rihatin dengan penderitaan rakyat akibat keganasan  kaum kapitalis. Pemikiran Marx, karena semakin banyaknya kekacauan yang disebabkan merajalelanya kaum borjuis (kapitalis), alangkah baiknya jika bisa dibangun sebuah masyarakat tanpa kelas, di mana semua orang adalah proletar (masyarakat kebanyakan), dan seluruh kekuasaan ekonomi ada di tangan mereka.
Ide Marx dituangkan dalam buku yang berjudul Das Kapital (Modal) yang terbit tahun 1917. Dalam buku ini dinyatakan bahwa negara harus diperintah oleh rakyat dan berbentuk diktator ploretariat. Pemerintahan oleh rakyat inilah yang memegang seluruh kekuasaan. Pemerintah hanya melaksanakan pemerintahan atas nama kaum proletar.
6.      Aliran Neoklasik
Aliran ini berpendapat bahwa jika terjadi masalah dalam perekonomian, biar perekonomian itu sendiri yang memperbaikinya. Dengan kata lain, kebijakan fiskal yang diperkenalkan oleh Keynes itu tetap mereka nyatakan haram karena mengizinkan campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Sebagai gantinya, mereka mengusulkan dipakainya kebijakan moneter. Dengan kebijakan moneter ini, mereka mengusulkan agar jika timbul masalah ekonomi maka cukuplah diadakan penyesuaian-penyesuaian di bidang moneter saja. Seperti, seperti menyesuaikan jumlah uang yang beredar dan menetapkan suku bunga. Paham neoklasik ini sering disebut sebagai paham moneterisme.







tugas pengantar ilmu ekonomi
Salam Harjoshrian...

No comments:

LIRIK LAGU TERBARU ROHAKKU - JUN MUNTHE