Mungkin kita merasa lemah, tidak bisa berbuat apa-apa. Karena
kita merasa bodoh, karena kita merasa kecil, karena kita merasa kita lemah,
semua lah yang membuat kita merasa tidak bisa melakukan apa-apa. Tak sedikit
orang yang seperti ini yang jadi putus asa. Karena sudah putus asa, dia mencari
jalan supaya diakui orang lain yang bahkan merusak pikiran nya sendiri, ada
yang putus asa malah bunuh diri karena merasa jadi beban buat orang lain.
Pernahkah kita berpikir kalau hidup ini sulit tapi indah kalau dimaknai, terasa
sedih tapi senang kalau dijalani. Pernahkah kita berpikir kalau manusia itu
diciptakan tidak untuk memiliki kelebihan yang sama, tapi memiliki kelebihan
yang berbeda beda pula dan oleh sebab itu mereka akan saling melengkapi. Coba
pikirkan, kalau
kita merasa putusasa, berarti kelangsungan hidup seluruhnya akan berpengaruh, karena kita makhluk sosial yang tak bisa mengandalkan diri sendiri saja, tapi harus saling bersosialisasi.
kita merasa putusasa, berarti kelangsungan hidup seluruhnya akan berpengaruh, karena kita makhluk sosial yang tak bisa mengandalkan diri sendiri saja, tapi harus saling bersosialisasi.
Coba kita lihat ke sekeliling kita, banyak hal yang bisa
menyemangati kita, bahkan banyak yang membuat kita bisa bersyukur atas apa yang
kita dapatkan. Seburuk-buruknya kita, pasti ada kelebihan kita juga yang
membuat orang lain juga iri kepada kita. Coba kita lihat semut, dia memang
kecil tapi gak pernah menyerah. Aku buat sedikit cerita nya disini.
Adalah sebuah persahabatan antara semut kecil dengan seekor
kecoa. Mereka sangat akrab, hingga suatu saat ada perselisihan diantara mereka
yang membuat mereka saling mengejek, apalagi si kecoa.
“hei semut, apa yang kau lakukan, udah kecil sok rajin, dasar
makhluk menyedihkan.”
“daripada kau malas-malasan gak kerja, mending kayak aku
kecil tapi rajin” balas semut menghibur diri.
“udah lah, jangan sok tegar gitu, kalau udah kecil, ya tetap
kecil, dasar tak tau malu”
“iya” jawab si semut dengan sedih.
Suatu hari ada kejadian, si kecoa terkena serangan dari
manusia, dia tidak bisa bergerak lagi, dan sisemut melihat.
“kasihan sekali itu kecoa, rasain kamu” dia berbalik.
Ketika dia mau pergi, dia melihat lagi ke belakang, dia
teringat semua kenangan yang pernah mereka lakukan, mereka adalah sahabat,
sahabat harus saling melengkapi. Dia mulai menangis melihat temannya itu
sekarat. Dia berlari dengan kencang menuju si kecoa, lalu dia menyeret nya
dengan sekuat tenaga, walau kecil tapi memiliki kekuatan yang besar. Dia bawa
temannya itu ke persembunyian yang aman. Dia mengobati si kecoa dengan sabar
hingga dia sadar. Ketika si kecoa sadar, dia berkata.
“inikan tempat si semut, kenapa aku ada disini”
“ada apa yang terjadi” lanjutnya dengan bingung.
Lalu si semut melihat, dan tersenyum.
“hai sobat, kamu sudah sadar ya, gimana keadaanmu?” tanya
semut.
“apa yang kau lakukan kepadaku? Sedang apa aku disini? Kenapa
badanku sakit semua? Apa yang terjadi?” balasnya dengan marah, dia pikir si
semut yang sudah jadi musuhnya itu mengerjai dia.
Dengan kalem dan sabar si semut menjelaskan apa yang terjadi.
Si kecoa pun ingat dan sadar. Dia hanya bisa menangis dan berkata dalam hati.
“mengapa kau menyelamatkanku? Padahal aku sudah mengejekmu?
Bagaimana kau mengangkatku yang besar ini dengan badan yang kecil itu?” dia
semakin sedih dan mulai menangis.
Dia pun minta maaf kepada si semut atas apa yang sudah dia
lakukan kepada si semut. Sei semut pun memaafkannya, dan mereka kembali bersahabat.
Dari cerita
itu, coba kita soroti. Semut yang kecil tanpa diduga menyelamatkan si kecoa.
Begitu juga dengan kita. Bisa aja ada yang sangat kuat dan kita lemah, bisa aja
ada orang yang sangat kaya dan kita miskin, tapi kita adalah makhluk sosial. Mungkin
suatu saat mereka yang malah minta bantuan kepada kita. Belajarlah dari si
semut yang selalu berjuang di hidupnya. Jangan pernah merasa putus asa dengan
kelemahan kita, tetap semangat, karena hidup ini terlalu indah kalau
dilewatkan.
Salam HarjoshRian.
No comments:
Post a Comment