Siapa diantara kalian yang
sekarang punya pacar atau sedang pacaran. Eh, lebih tepatnya yang sedang
pendekatan, istilah kerennya PDKT... Pasti ada kan? Apa hal yang kalian
perbincangkan? Cinta? Pertemuan? Kenapa bisa suka? Sejak kapan suka? Pasti kalian
membahas itu kan? Aku beri contoh...
Ketika seorang pria
mendekati wanita dan dia mengatakan suka kepada perempuan, si perempuan pasti
bertanya kenapa kau bisa suka kepadaku? Sejak kapan kau suka padaku? Apa yang
kau ingat tentang diriku?
Lelaki yang sudah biasa
tidak akan kesulitan menghadapi hal ini, karena dia sudah punya tameng kuat
untuk ini. Dia akan mencari persamaan diantara mereka berdua. Dia akan sangat
mudah mengarang sejak kapan dia mulai suka. Peretemuan seperti apa yang pertama
kali pasti dia juga sudah mempersiapkan hal itu. Apa tujuannya, yang penting
dia bisa menarik perhatian si perempuan itu di awal, tidak perlu dipikirkan
benar atau tidaknya. Yang penting perhatian perempuan itu terpancing, dan dia
masuk perangkap itu... mengatakan kejujurannya nanti gampang, kalau sudah jatuh
cinta nanti si cewe, gak mau lepas, gak bisa mikir lagi yang benar yang harus
dilakukan, si lelaki akan jujur tentang kebohongannya di awal. Si cewe marah? Iya
pasti marah, tapi toleransi lebih besar disini. Dia tidak peduli lagi hubungan
yang diawali dengan kebohongan itu, yang dia pikirkan cintanya yang
menggebu-gebu kepada si lelaki. Dan dia pun kalah dalam pertarungan itu...
banyak perempuan yang terkena dalam tahap ini. “nasihat yang ajaib,”jangan
pernah menasihati orang yang jatuh cinta, karena semua itu ibarat omong kosong
didengarnya”.
Bagaimana dengan lelaki yang
belum pernah sama sekali, tapi dia sudah dangat bergumul untuk ini, dia tidak
pernah mempersiapkan seperti yang berpengalaman. Dia hanya menebak-nebak apa
yang akan ditanya si perempuan, dan mempersiapkan yang menurut dia perlu. Tapi ketika
berhadapan dengan si perempuan, hal itu buyar, dia tidak tau apa yang sudah
dipersiapkannya. Persiapan itu ibarat angin lalu, tidak bisa ditangkapnya lagi.
Biasanya dia akan gelagapan, atau bahasanya tidak teratur, atau dia sangat
gugup. Percayalah kalian, dia sudah sangat berlatih keras untuk saat ini, tapi
latihan itu sering gagal. Si perempuan tertarik? Mungkin iya, mungkin tidak. Tapi
kalau ditanya pertanyaan yang sama, dia akan agak lama menjawab, bukan karena
mau mengarang cerita, tapi karena gugupnya. Dia tau sejak kapan itu, kenapa
bisa, pertemuan gimana. Tapi dia sangat kesulitan mengatakan itu. Dan si
perempuan biasanya agak kecewa dengan sikap ini, merasa dibodohi. Awalnya. Tapi
cobalah bicara selama setengah jam korek dan korek, dia akan terbiasa, mungkin
tidak gugup lagi. Perempuan mungkin kurang tertarik, tapi bagi yang jatuh
cinta, itu adalah proses, tidak boleh menyerah. Perempuan itu pun akan
memperhatikannya, jatuh cinta padanya. Dia akan berpikir sendiri. Kenapa tidak
dengan dia? Dia baik, jujur, kadang konyol, tapi dia jujur buatku. Apa yang dia
katakan memang fakta. Jatuh cinta? Iya jatuh cinta. Toleransi? Oh nanti dulu,
apa yang mau ditoleransi? Kebodohannya yang gugup yang merusak suasana di awal?
Kurasa itu tidak perlu ditoleransi, itu memang dia, gugup hal biasa. Kebohongan?
Cerita lain, sekali berbohong, pasti punya anak cucu kebohongan lainnya. Dan biasanya
semua yang diawali dengan kebohongan pasti akan hancur, pasti....
Kita kembali ke topik. Mencari
alasan, semua punya alasan untuk sesuatu hal. Tapi apakah alasannya itu benar
atau tidak? Itu cerita lain.
Biasanya orang yang sedang
jatuh cinta suka mencari persamaan. Aku kayak gini, eh dia juga ternyata. Tapi bagaimana
kalau tidak suka? Akan berusaha mencari perbedaan dan kesalahan.
Sering dengar pernyataan
semua lelaki sama saja? Iyap, itu biasanya dari perempuan yang dikhianati
pacarnya atau kekasihnya. Apakah benar begitu? Kenapa kau memilih lelaki itu? Karena
dia kaya, pintar, tampan, jago olahraga, bisa musik. Apakah karena itu, kalau
seperti itu, wajar aja kau akan ditinggalkan, karena dasarmu Cuma dari luarny
saja. Bagaimana dengan yang di dalamnya? Mungkin kau kenal sebagian, tapi
bagaimana yang lainnya? Ketika kau ditinggalkan, wajar, banyak pilihannya di
luar sana yang lebih darimu. Apakah tidak ada orang disampingmu? Mugnkin yang
selalu memperhatikanmu, mendengar kesedihanmu. Seperti klise dalam sinetron iya
kan? Tapi aku yakin pasti ada orang yang punya posisi ssseperti ini.
Ketika kau suka dengan
seseorang, kau akan semakin banyak mentolerir keburukan dan kesalahannya,
makanya kau perlu seseorang yang bisa menilai. Tapi biasanya kau pun akan
menolak tanggapan itu, karena tidak sesuai dengan yang kau inginkan. Yang kau
inginkan temanmu itu mengatakan kalau apa yang kau lakukan benar, tapi ketika
kawanmu tegas mengatakan bahwa itu salah, kau tidak terima dan marah kepada
kawanmu. Hal itu wajar. Sudah ku bilang di awal, tidak ada gunanya menasihati
orang yang jatuh cinta, keputusan ada ditangannya...
Ketika kita suka kepada
seseorang, kita akan mencari sebanyak mungkin alasan untuk mencintai dia, dan
sesedikit mungkin untuk membenci dia. Ketika rasa itu sudah mulai pudar, kita
akan mencari kesalahan kesalahannya dan membandingkannya dengan yang lain, yang
lebih baik di luar sana. Banyak orang seperti itu, merasa semua bisa dia
dapatkan. Ketika dihambat batu terjal sedikit, dia jatuh dan berpaling. Tapi banyak
juga yang berhasil mendaki terjalnya masalah itu, dan berjalan bersama...
Toleransi dan kebenaran. Mungkin
seperti baik keduanya. Tapi tidak ada yang lebih baik dari kebenaran. Mungkin rasanya
sakit, menyinggung diri kita. Tapi yakinlah, itu yang terbaik buat kita tau
kebenaran dan bisa melangkah lebih baik ke depannya...
Semua bisa dicari alasannya?
Ya bisa dicari. Berilah alasan yang benar...
Salam Harjoshrian....