Belakangan ini aku sering nongkrong di kedai kopi, sambil menonton. Dan biasanya ketika ada pertandingan sepakbola yang akan disiarkan, apalagi ketika tim kesayangan yang akan bertanding...
Tapi inii beda dengan yang biasanya. Bukan klub besar yang kami tonton yang cukup menarik perhatian sehingga meramaikan kedai kopi malam itu. Tapi tim papan bawah yang baru promosi dan atau yang jarang menang. Tapi entah kenapa aku seru menontonnya. Ternyata karena bertanding dengan klub besar sehingga kualitas mereka tidak nampak. Ternyata mereka bertaji juga...
Sayup-sayup ku dengar perbincangan 2 orang bapak di belakangku, dan lama-lama aku fokuskan mendengar percakapan mereka...
Di kedai kopi ini tidak ada istilah kaya miskin ya, itu lah indahnya kedai kopi..
Ternyata topik mereka tentang anak-anaknya, yang membuat aku semakin tertarik untuk mendengarnya, dan pastinya tanpa sepengetahuan mereka...
Mereka menceritakan bagaimana susahnya mereka menghidupi sekolah anak-anaknya. Tapi mereka bercerita tidak dengan wajah yang sedih, tau kenapa?
Karena semua kesusahan itu sudah berlalu, fase susahnya sudah selesai. Mereka bercerita dengan bangga bagaimana anak-anaknya sukses, memang ada yang masih sekolah, tapi anaknya yang paling besar yang membiayai. Aku hanya bisa diam dan merenung, bagaimana denganku?
Aku jadi teringat liburan lebaran kemarin. Ketika aku pulang, padahal bapak berharap jangan langsung pulang dulu, karena lagi gak ada uangnya. Bapak gak pernah gak punya uang, tapi belakangan ini ekonomi ortu lagi sulit. Tapi aku bilang langsung pulang aja. Alihalih mau ngerjain skripsi, tapi sampai sekarang gak ada perkembangan apapun.
Tepat keberangkatanku jam setengan 5 pagi, masih sangat dingin di sidikalang sana. Ternyata malam itu ada kebakaran di sekitar ladang kami, dan mengenai sebagian pokok jeruk kami...
Selang beberapa hari disini, aku berjumpa dengan temanku dari kampung yang lagi ada pesta disini, kami jumpa di sembiring.
Cerita dan cerita, rupanya bapakku sering juga cerita tentang kami. Bedanya bukan di kedai kopi, tapi di kedai tuak.
Aku tertegun, kerena temanku ini, yang sebenarnya harus aku panggil tulang, tapi karena satu SD ku dulu, jadi manggil nama, bercerita tentang bapak yang menceritakan tentang diriku. Bapak bingung gimana aku, karena gak siap-siap studyku disini...
uhh.
sedih rasanya, tapi tak ada yang bisa ku perbuat. Aku tahu bapakku orang yang perhatian sama kami walau tidak mau menunjukkannya. Plegma juga kayaknya. Tapi aku sudah menjadi beban pikiran di hari tua nya begini. Yang seharusnya sudah bisa membantu adik-adikku, tapi malah aku yang dibantu adikku...
Kesuksesan kita adalah kebanggaan tersendiri bagi ortu kita. Bukan karena kaya atau gimananya. Tapi dengan tersenyum bercerita kalau kita berhasil, menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka. Dan ketika kita belum mencapai itu, bersabarlah. Aku juga belum dan belum pernah. Aku ingin membuat wahah itu berbinar bercerita tentang aku dan saudara-saudariku. Semoga terwujud...
Cerita sederhana di kedai kopi, kadang menjadi kebahagiaan dan kebanggaan buat mereka...
Salam Harjoshrian...
No comments:
Post a Comment