Di depan ahok ada Tuhan yang memimpin, dan di samping Ahok ada Vero yang mendukung...
Kalau kita perhatikan sepak terjang Ahok, seperti tidak ada rasa takutnya ya kan? Tapi pasti ada rasa takutnya, dan rasa takutnya itu pasti sangat besar. Bagaimana dia membuat semua orang yang tidak benar menjadi lawannya. Di negara yang kepemerintahannya sudah mengikuti sistem yang bobrok, dia mau mengatur ke sistem yang benar, dan itu tidak akan mudah. Orang-orang yang sudah menikmati nikmatnya hidup dalam ketidakbenaran itu tidak akan tinggal diam ketika kenyamanannya terusik. Ibarat mengganggu singa yang lagi tidur. Ahok menunjukkan sepak terjangnya di Jakarta, yang pasti bukan dengan omongan, tapi dengan tindakan dan kerja keras seorang pelayan jakarta.
Aku yakin, dan sangat yakin, masalahnya itu sangat besar, tidak ada manusia yang tidak takut, apalagi ketika melawan yang berkuasa di wilayahnya. Dia pasti takut akan keamanan dirinya, takut gimana nasib keluarganya, apakah sekuat dia? Pasti ada ketakutan itu.
Semua itu membuat aku bertanya, kenapa dia seberani itu? Kenapa ide-idenya yang tidak pernah seperti tidak mungkin dilakukan pemimpin sebelumnya, tapi bisa dia lakukan. APBD jakarta sebegitu besar ternyata,tapi kemana semua uang itu selama ini?
Kenapa dia begitu berani? Apakah dia sudah tekadkan dalam hatinya, seperti Paulus, hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan (filipi 1:21)?. Di atas semua masalah dan rasa takutnya itu, kenapa dia tetap berani melangkah? Mungkin dia seperti Nehemia dalam doanya, yang berdoa bukan berdasarkan ketakutan, masalah, atau problemnya. Tapi berdoa berdasarkan kebesaran Allah lebih besar daripada masalahnya. Bukan kan kita sudah dijanjikan bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan yang tidak melampaui kemampuan kita. Ketika kita melakukan semua dengan baik dan memberikan yang terbaik dari apa yang kita punya, apakah Dia akan mengecewakan kita? Tidak, karena tempat kita sudah tersedia di Surga Kekal.
Tuhan yang memberi, Tuhan yang memampukan. Seperti Musa yang mengeluh, kalau dia tidak pandai bicara, tidak bisa ini, tidak bisa itu. Dia memberikan Harun untuk mendampinginya. Tidak akan mungkin lah Tuhan menyuruh kita melakukan sesuatu tanpa penyertaanNya yang ajaib itu...
Di balik keberanian Ahok yang pasti bahwa patokan hidupnya dan pedoman dan teladan hidupnya, bukanlah Pak Stephen Tong, tapi Allah itu sendiri. Semua masalah dia yang punya, dia sudah serahkan itu kepada Tuhan, bukankah dia sudah bilang siap mati asalkan dia melakukan yang benar? Yang benar bukan yang relatif, tapi yang mutlak yaitu Firman Tuhan itu sendiri.
Sepak terjang Ahok tidak kita ragukan lagi. Tapi bagaimana dengan keluarganya. Satu yang ku tahu pasti, dia juga pasti sudah mempersiapkan itu, dan memberitahukan bahaya pekerjaan bapaknya sebagai Gubernur. Tapi aku mau soroti kak Vero, sang istri dari bang Ahok kita ini. Karena ini suasananya malam minggu, gpp lah kita membahas teman hidup ya kan?
Tadi aku baca status teman bagaimana mencari yang terbaik untuk menjadi pasangan kita, dia bilang tidak ada yang terbaik, yang penting kita mau mengajarinya ke jalan yang baik. Mengajari? Hmmm, tujuan menikah kan supaya beranak cucu dan memenuhi bumi ini, dan tujuan besarnya adalah untuk memuliakan Tuhan Allah melalui hubungan pernikahan itu. Sama-sama untuk mencapai visi Allah itu. Bukan satu mencapai visi Allah sambil mengajari pasangannya, dan satu lagi belajar bagaimana mencapai visi Allah itu. Bisa kalian lihat tulisanku tentang percakapan dengan adekku yang luar biasa Tantika. Seiman, seimbang, dan sepadan, itulah teman hidup kita. Bagaimana mendapatkannya? Peka terhadap suara Tuhan. Bagamaina supaya peka? Hidup dalam ketaatan akan Firman Tuhan. Bagaimana mendapatkan yang terbaik? Jadilah yang terbaik...:)
Kita belajar dari Kitab Perjanjian Lama, Kitab Ezra. Bisa sama-sama membacanya. Zaman Ezra adalah masa-masa perbudakan, dan dia berkesempatan pulang ke negeri nya, dan rombongannya adalah trip kedua. Dia adaah seorang imam dan Ahli Kitab. Dia mempelajari dengan tekun, dan memahaminya dengan benar, sehingga Tuhan berkenan kepadanya.
Kalau kita lihat, pasti sangat sulit dengan posisi dalam perbudakan di Babel, tapi meneliti tentang firman Tuhan, bagaimana israel umat pilihan Tuhan. Tapi disini bisa kita lihat, tidak ada yang tidak mungkin, asalkan kita taat. Bisa kita lihat yang sebelumnya Daniel dan ketiga temannya, membuktikan ketaatannya meski harus berhadapan dengan singa dan api. Ketika mereka taat, tangan Tuhan melindungi mereka, begitu juga lah dengan Ezra, hanya karena perlindungan Tuhan, sehingga dia bisa diijinkan membangun kembali Bait Allah di yerusalem itu.
Apa kelebihan Ezra? Dia bukan hanya meneliti, tapi melakukan dan mengajarkannya, dan itu lah tugas yang dia emban kepada Israel. Orang yang taat, dan sangat takut melanggar Firman Tuhan. Itulah Ezra.
Jadi apa hubungannya dengan teman hidup?
Apa ya? Kasih tahu gak ya...
Ada sebuah kisah unik disini. Ezra yang tidak melakukan dosa, tapi mengakui dosa bangsa itu menjadi dosanya juga. Apa itu?
Iya perkawinan campuran. Sesuai dengan Ulangan 7:1-4, bisa dibaca masing-masing, Bagaimana perjanjian Israel dengan Tuhan Allah, supaya tidak mengambil istri untuk anak-anaknya dari bangsa yang akan mereka tumpas itu dan sebaliknya. Di pasal 9 kitab Ezra ini, bisa kita lihat bahwa banyak yang melanggar, dan yang memulainya merupakan petinggi di israel. Sehingga Ezra kesal, dan mohon ampun di hadapan Tuhan. Tuhan Allah panjang sabar dan besar kasih setiaNya, tapi juga Allah yang adil yang terhada semua kesalahan (Keluaran 34:6-7).
Satu solusi yang harus diambil, dan sebenarnya sangat kejam. Istri dan anak-anaknya harus diusir dari Israel, begitulah mereka melakukannya.
Jadi apa hubungannya dengan teman hidup? Darisini bisa kita lihat, teman hidup itu harus seiman dan seimbang. Jangan mengambil teman hidup yang tidak percaya kepada Tuhan, karena pasti akan ada pengaruhnya kepada kita, kita bisa menjauh dari Tuhan.
Alasan klise yang sering kita dengar adalah, aku akan membimbingnya mengenal Tuhan, jadi gpplah dia tidak lahir baru, asalkan dia cinta samaku, pasti bisa ku bimbing.
Iya kah? Benarkah? Kau menikah mau ngapai? Istilahnya kayak ketua ku 2 tahun lalu bilang, gak mungkin kita bisa berjalan bersama-sama ke tujuan Allah itu, kalau kita sudah bisa berlari, tapi teman hidup kita masih belajar jalan. Kita mau memapahnya? Gak nyampe dong...
Kita lihat dari kitab Ezra ini, mungkinkah mereka berkata seperti itu? Di tengah pengambilan keputusan mengusir istri dan anaknya, pasti ada perdebatan besar yang terjadi sebelum keputusan itu diambil. Mungkin aja mereka yang melakukan pernikahan campuran itu berkata,”kami akan membimbingnya mengenal Tuhan, Allah Israel”. Apakah mungkin mereka membela seperti itu, sangat mungkin. Tapi keputusan keji itu diambil, supaya Israel berjalan di jalan lurus. (Ya walaupun kita tau, Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk. Hanya butuh waktu sebentar untuk mereka berpaling dari Tuhan Allah lagi).
Teman hidup itu adalah orang yang mendukung teman hidupnya untuk mencapai visi Allah itu. Tapi bagaimana mau mendukung kalau kita masih belum bisa berjalan dalam Tuhan? Jadi bukan mencari yang terbaik supaya kita menjadi baik. Tapi kita menjadi yang terbaik untuk mendapatkan yang terbaik...
Kembali ke kak Vero, si muka datar, yang tidak terlalu vokal seperti annisa istrinya bang Agus. Dia tau cara mendukung bang Ahok. Bukan dengan berkoar-koar mengatakan suaminya adalah yang terbaik. Bukan dengan melawan netizan yang mengatakan hal buruk tentang suaminya. Bukan juga menjadi dengan mengatakan keminoritasannya sebagai alasan untuk dikasihani. Tapi hal dilakukannya adalah menjadi yang terbaik. Ya, menjadi yang terbaik.
Aku gak ragu kalau dia pernah menentang suaminya untuk jangan terlalu melawan arus, meski dalam hatinya, pasti itu pernah ada. Tapi mereka punya Tuhan yang sama, Tuhan yang mempertemukan mereka, Tuhan yang memimpin hidup mereka. Tuhan yang memberikan panggilan pribadi kepada Ahok, dan dia bukan orang lain, tapi teman hidup yang mendukung teman hidupnya menggenapi panggilan hidup itu dengan melakukan yang terbaik...
Orang sering bilang, dibalik keberhasilan suami, ada istri yang selalu setia mendukung...
Jadi bukan soal mencari yang terbaik, tapi bagaimana kita menjadi orang yang terbaik. Mari sama-sama berjuang untuk menjadi yang terbaik...
Salam harjoshrian...
No comments:
Post a Comment