Thursday, September 29, 2016

Memuridkan dengan Tujuan by bang Juppa Sihaloho

https://drive.google.com/file/d/0B35b9wSUl67nbzFzVGF5eGNTcEE/view?usp=sharing

"Pemandu acara pertemuan komisi pembinaan baru-baru ini meminta kami, peserta untuk membayangkan dua hal. “Bayangkan apa yang terjadi saat ini pada Anda jika Anda tidak pernah dimuridkan?“ pintanya. “Bayangkan pula apa yang sungguh-sungguh Anda ingin lihat dalam diri orang-orang yang telah dimuridkan?” pintanya kedua kalinya. Kedua hal ini pengantar kami ke dalam diskusi lebih lanjut. Sebelum Anda melanjutkan membaca tulisan ini, saya meminta Anda juga untuk melakukan hal di atas. Sebisa mungkin paparkan bayangan Anda secara rinci dalam secarik kertas."
Bagian di atas adalah pembuka dari tulisan bang Juppa Sihaloho... Dengan judul MEMURIDKAN DENGAN TUJUAN... Karena berbentuk pdf, jadi teman-teman bisa mendownloadnya dari sini...

salam Harjoshrian....

Saturday, September 24, 2016

Teman Hidup Gak Perlu Banyak Percobaan...



Baru-baru ini aku belajar sesuatu yang amat penting dalam mencari teman hidup. Dulu sempatnya aku berfikir, bagaimana aku supaya yakin dia adalah teman hidupku? Apakah aku harus pacaran dulu, baru lah tahu yakin atau gak kalau dia teman hidupku? Kalau kita berfikir sekilas, benar juga. pacaran kan untuk meyakinkan kita melangkah ke pernikahan. Tapi nyatanya, apakah meyakinkan ke jenjang pernikahan atau meyakinkan diri dia teman hidupku atau gak? Apakah dia yang dipersiapkan untukku atau gak?

Sekarang satu hal yang ku pahami. Pacaran itu bukan mencari tahu dia teman hidup kita atau gak, tapi ya meyakinkan diri untuk saling mengenal menuju jenjang pernikahan nantinya. Pacaran itu bukan untuk main-main, tapi untuk saling mengenal satu sama lain. Mungkin diantara kalian yang membaca ini kurang setuju, bagaimana kalau setelah pacaran dia tidak sesuai dengan kita? Bagaimana kalau dia selama ini berbohong? Jadi harus kita akhiri dong, biar tidak menyesal di pernikahan nanti. Aku pun berpikir seperti itu nya dulu, dan aku juga itu wajar saja. tapi ada yang salah dari situ.

Apa itu?
Berdoa.

Berapa banyak orang yang percaya kepada Tuhan mempercayakan teman hidup juga? Ku rasa tidak banyak, mungkin mereka yang dibina lah kebanyakan. Pertanyaannya, apakah mereka yang tidak melibatkan Tuhan dalam mencari pasangan hidup, tidak merasa pasangan hidup itu sangat penting? Pasti mereka setuju itu sangat penting, kalau orang yang dibina bilang, itu pilihan terpenting setelah Juruselamat. Kalau mereka menganggap itu sangat penting, mengapa mereka tidak mendoakannya?

Contoh kecilnya begini, ketika mau ujian kelulusan atau untuk mendapatkan pekerjaan, orang-orang pasti berdoa dengan sungguh-sungguh, "Tuntun aku Tuhan". Karena mereka merasa itu penting bagi mereka, tapi teman hidup? kurang. Jadi wajar mereka menolak apa yang ku bilang tadi...

Jadi kapan kita meyakinkan dia itu teman hidup kita? kapan ya? hehehe

Dalam pembinaan, ada istilah status doa umum, status doa khusus, status doa sama, status pacaran, pranikah, dll. Aku tertarik status doa umum, khusus, sama. Kalau kita memang benar-benar yakin teman hidup itu sangat penting, maka kita libatkan juga dong Tuhan dalam pencariannya. 

Status doa umum, disnilah kita sebagai orang yang percaya menggumulkan, apakah aku nanti menikah? sesuai mandat agung "Beranakcuculah". ada yang tidak menikah karena keagamaan, ada karena penyakit, ada karena tidak bisa untuk menikah. disinilah proses itu. Untuk mengetahui ini semua, yang pasti hubungan pribadi kita dengan Tuhan harus baik, gak mungkin bisa mendengar suara Tuhan kalau HpdT kita tidak baik. Ibarat kita berkelahi, komunikasi kan jadu sulit, gak tau apa yang diinginkan.

Status doa khusus, disinilah kita sudah punya kandidat, dia nya Tuhan? kayaknya pas samaku Tuhan, kayaknya chemistrinya kuat Tuhan. biasanya perasaan suka itu juga ada, dan itu wajar. dan tahap ini sudah sedikit sulit. disini kita mencari tahu tentang dia, tapi tidak boleh ada yang tahu, biar kita fokus mencari tahu, biar natural yang kita dapatkan informasinya. Biasanya ego kita disini tinggi, karena rasa suka kitaa, kadang suara Tuhan kita buat jadi suara kita. Tetap fokus berdoa dalam tahap ini, yakinkan diri, diakan Tuhan? kalau jawabannya iya, lanjut ke tahap selanjutnya.

status doa sama, disini biasanya pernyataan kasih. Kita menyatakan kasih kita, kalau kita sudah mendoakan nya selama ini, bukan tidak mungkin dia juga mendoakanmu dalam doanya. Disinilah sama-sama menguji, dia kah? biasanya disisni sidah melibatkan dua pihak. Dan disini jangan terbuaai, karena ini lah tahap epnting untuk meyakinkan kita, dia kah teman hidup kita. kalau jawabannya iya, berarti pacaran lah selanjutnya.

Itu tiga tahap sebelum pacaran, tidak akan mungkin Tuhan menjawab iya kepada satu orang, dan kepada satu lainnya menjawab tidak. Tuhan itu adil, kalau menjawab tidak, kepada duaduanya tidak, kalau menjawab iya, kepada dua-duanya iya. Tapi dasar manusia, kadang bandalnya kita, makanya keep HpdT itu sangat penting...

Jadi meyakinkan diri kita dia kah sebagai teman hidup kita, bukan ketika berpacaran, tapi ketika kita sebelum pacaran. Karena jawaban doa itu bukan main-main, perlu ketaatan dan ketekunan. TIdak perlu banyak percobaan pacaran, cukup satu pacar dan dia lah nanti di samping kita tidur ketika kita bangun di pagi hari...

Kayak pemimpin kelompok ku bilang alias kakak rohaniku, "Untuk apa aku pacaran kalau putus nya nanti. Mending aku lama pacaran, tapi memang dia teman hidupku. Makanya perlu menggumulkan dengan benar dek. gak main-main, ketika kita menganggap itu serius, benar-benarlah gumulkan dalam doa". dan aku melihat sekarang, memang baru sekali ke dalam tahap itu kakakku ini, tapi bisa lah jadi teladan yang baik buatku untuk serius dalam hal ini.


Nb: biasanya perempuan kalau mendoakan pertama, sudah menyatakannya, bahkan kadang jadi tidak menyatakannya. karena sudah lama, dia meyakinkan dirinya, mungkin memang bukan dia teman hidupku. Coba baca buku "Just do something", saranku. Kita ini sama, baik laki-laki maupun perempuan, sama-sama mencari teman hidup, kalau perempuan duluan mendoakan, jangan ragu menyatakan. Kayak kata teman setim ku dalam kepanitiaan kampreg baru-baru ini, "hawa nya yang mendekati adam, dan memberikan buah itu", dengan kata lain, hawa yang menunjukkan keinginannya untuk berbagi. Mungkkin konteks ny salah berbagi si hawa disana, tapi itu lah dia. Perempuan itu bukan untuk diam dan menunggu. Tapi kadang susah sih perempuan menerima pernyataan ini, seiring dengan waktu kalian juga akan sadar akan hal itu. "Kenapa lah gak ku nyatakan kemarin itu ya?" bisa jadi pertanyaan kalian di kemudian hari...
Aku juga menganjurkan membaca The end of Me. Karena itu sangat sulit kita teapkan, dan aku juga pengen membacanya itu. mematikan ke-AKU-anku.

Salam harjoshrian....

Thursday, September 22, 2016

Bisakah segera Berpindah


Pagi berganti menjadi siang
Siang berubah menjadi petang
Petang berganti jadi malam
Malam tidak mau selalu gelap menjadi pagi
Terus berganti dan berganti

Aku?
Mencintai satu orang
Mencintai satu orang
Mencintai satu orang
Dan tetap satu
Bisakah berganti???
Jadi dua atau tiga

Cinta? Apa itu cinta?
Makanan ringan kah?
Pastinya tidak
Perasaan yang tidak akan bisa dimengerti
Tapi kita tau sedang mencintai

Berbalas?
Tidak harus
Yang penting mencintai
Kita sudah beruntung merasakannya

Bisakah berubah?
Aku juga penasaran
Cinta itu unik
Sakit tapi.bisa membuat tersenyum
Sedih tapi tertawa mengingatnya.

Sampai kapanpun
Aku tidak akan mengerti
Tau tau sudah ada
Sakit bila ditahan
Tapi tidak.bisa diungkapkan
Cinta memanh gitu
Ada manis manisnya gitu.

Bisa kah berubah?
Aku juga bertanya

Layaknya bulan berganti jadi mataharu
Gelapnya malam jadi terangny pagi
Bisa kah cintaku ini berubah?
Aku sangat berharap
Move on itu perjuangan berat


Salam harjoshrian.

Friday, September 16, 2016

Teman Berantam (Lid)

 

"Aku tidak tahu harus menulis bagaimana. Semua yang ku lakukan sudah sangat fatal salah. hanya maaf lah yang bisa ku katakan kepadamu".

aku punya seorang sahabat, aku sangat dekat dengannya. memang sih kalau namanya sahabat pasti dekat, kalau gak dekat itu belum bisa dibilang sahabat. Semua tentangku dan tentangnya kami sudah sama-sama tahu. Aku sayang kali samanya. Aku peduli dan selalu berusaha mengarahkan mengingatkan membantu. Aku mau yang terbaik yang didapatkannya.

Tapi belakangan ini kami jadi sering berantam. Aku pun gak tau kenapa aku jadi suka marah samanya, gak nya inginku seperti itu, tapi yang kulakukan justru separah itu.

aku gak tau apa yang ku permasalahkan. Aku gak tau apa yang ku takutkan. Tapi yang pasti aku khawatir. sampai semalam yang sangat mengerikan ku lakukan. Aku semarah itu padanya. hahaha, gak tau lagi aku mau bilang apa. Aku sudah melakukannnya, dan aku sangat takut.

aku takutnya orang-orang yang didekatku pergi meninggalkan aku. Aku takut orang-orang yang di dekatku marah dan benci kepadaku. Tapi yang ku lakukan justru membuat dia marah. Entah dimana otakku.

"enak kali ngomong samanya, nampak pintarnya" "gak enak ngomong samamu bang, sanalah kau".

sudah lah, semua sudah terjadi. Aku pasrah apa yang akan terjadi. Dimaki pun udah gak layak lagi aku. menjauh kah kau dariku? mungkin iya lah ya. Udah pasrah aku disitu lid. semangatlah kau, yang terbaiklah buatmu. Kalau lelah, berhenti sejenak baru melangkah lagi.

Aku mengasihimu...

salam harjoshrian...

Thursday, September 8, 2016

Cita, Cinta, dan Tuhan


 
"Pertemuan dan perpisahan siapa yang tahu, tidak ada yang tahu kan? Ruang belajar, kepanitiaan, bus, perpustakaan, tempat makan, pusat perbelanjaan bisa menjadi tempat perjumpaan yang seakan-akan tidak terduga, yang sebenarnya tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Kau mau kuliah atau kerja bukan sebuah kebetulan. Sudah suratan kata orang-orang. Tapi apakah aku tidak bisa memiliki cita-cita yang tinggi? Apakah cinta yang romantis dan indah tidak bisa kurasakan? Kurasa Tuhan akan bersikap adil kepada orang-orang yang berserah kepadaNya bukan?", kata Josua.

*******
Kepanaitiaan sudah dibentuk, dan panitia-panitianya sudah ditentukan dengan nama-nama yang sudah dipilih. Josua adalah salah satu dari panitia yang dibentuk tersebut. Tidak tau sih dia mau berbuat apa di kepanitiaan ini, mudah-mudahan tidak jauh-jauh dari biasanya. Matanya agak hijau-hijau gitu melihat teman-teman sekepanitiaanya, ada juga yang cantik cantik, membuat dirinya semakin semangat. Pengalaman yang dia punya, tidak sembarang pengalaman. Tapi pengalaman teman-temannya ternyata lebih luar biasa lagi. Sudah luarbiasa begitu pun, tapi mereka tetap tidak mau mengakuinya yang membuat josua menjadi minder dengan apa yang dia punya.

Sangat banyak yang bisa dia pelajari dari teman-temannya ini. Ternyata kerendahan hati dalam mengerjakan bagiannya ini sangat diperlukan. Memang josua memiliki pengalaman segudang dalam kepanitiaan, tapi melihat yang lain, ternyata dia tidak ada apa-apanya. Pengalamannya itu ibarat sampul saja untuk menutupi dirinya. Josua sudah beberapa kali mengikuti dan mengemban tugas kepanitiaan, bahkan pengurus organisasi juga sudah dilakoninya. Josua adalah mahasiswa tingkat akhir, sehingga dalam kepanitiaan ini dia sudah agak dituakan dengan yang lainnya. Tapi itu lebih memukulnya lagi, aku sudah lebih tua, tapi mereka ini tetap menjadi tempat aku belajar.
Waktu berjalan serasa sangat cepat, sudah hampir dua bulan mereka bersama, ikatan kasih diantara mereka pun terjalin, bahkan ikatan cinta pun terbentuk. Tidak ada yang menyangka perasaan itu akan muncul, bagi josua itu biasa saja, wajar sudah bersama selama dua bulan ini. Josua bertanya, apakah aku ada tertarik dengan mereka ini. Ya, josua memang tertarik dengan mereka, sehingga enggan rasanya mengakhiri kepanitiaan ini. “Apa yang akan aku lakukan setelah kepanitiaan ini?” pikirnya dalam hati. 

Pasangan yang terbentuk itu bukan tertutup lagi, sudah menjadi rahasia umum kalau mereka sudah saling mendoakan, tapi ada juga yang tidak tahu sih, bahkan orang terdekatnya pun bisa tidak tahu. Lucu juga pikir josua. 

Cinta itu datangnya tidak jelas, dan bahkan tidak kita sadari. Itulah kata orang-orang yang pernah merasakannya. Dan itu juga lah yang dirasakan josua saat ini. Tapi apa daya, dia harus menguburkan dalam-dalam perasaan itu, karena sadar perasaannya tidak akan berbalas. Josua menyimpan dengan rapat dalam relung hatinya yang terdalam. “Biarlah rasa ini aku aja yang tahu”.
 
Sahabat karib juga josua temukan disini, namanya lina. Hampir semua cerita sudah mereka ceritakan. Keterbukaan satu sama lain menjadi kunci kedekatan persahabatan mereka. Masalah ini dan itu tidak ragu lagi mereka bicarakan. Tentang yang disukai? Pasti diceritakan juga. Bagaimana Lina sangat terpesona dengan abang-abang yang menggetarkan hatinya sejak tahun lalu. Dan baru-baru ini dia memutuskan untuk mendoakan si abang. Kadang kasihan juga sih, karena dia perempuan, dia harus menunggu dan menunggu dengan waktu yang tidak jelas kapan dan kapan, kapan akan terungkapkan. Seringkali itu menjadi pergumulan tersendiri buatnya. Josua hanya bisa memberi pendapat, kalau didengar syukur, kalau nggak didengar juga tidak apa-apa lah.

Mahasiswa tingkat akhir bukan hanya gelar saja atau sebutan saja, itu menjadi beban tersendiri buat josua. Bagaimana tidak, yang seharusnya sudah tamat, tapi dia masih berkutat dengan kuliah yang membosankan untuk memperbaiki nilainya. Meskipun begitu, josua tetap berusaha untuk semangat mengerjakan studinya, berharap suatu hari nanti ketika dia tamat bisa segera kerja dan membantu yang bisa dia bantu. Apa daya, itu kadang seperti hanya sebuah harapan. Ketika josua ingin berusaha, seringkali halangan juga datang bersamaan. “Sudahlah, nanti juga selesai.” Begitulah kata-kata untuk menghibur dirinya sendiri.

Bulan pun berlalu, entah ada angin apa, dia tertarik dengan seorang gadis. Lucu juga sih, dia tertariknya setelah sudah lama tidak bersama-sama lagi. Meskipun komunikasi lancar, tapi tetap saja. Josua berulangkali mengujinya sampai dia benar-benar yakin tentang perasaannya kepada si gadis. Josua kembali mencari tahu tentang gadis ini. Tidak ada yang sangat spesial, tapi dia bisa mengalihkan perhatiannya. Ulangtahunnya sudah mendekat ketika josua tertarik kepadanya. Menunggu hari itu, josua terus mencaritahu bagaimana dia apa adanya. Tika begitu kami memanggilnya. Tidak cantik tapi menarik dan nyamanlah kalau bersamanya. 

Puisi sudah dipersiapkan, rekaman juga sudah dirancang untuk diberika ketika ulangtahunnya. Josua sangat-sangat ingin tahu apa yang dirasakan Tika jika diperlakukan seperti itu, apakah josua semakin yakin dengan sikap tika nanti atau tidak. Ternyata semua di luar rencana, bagaimana tidak, kabar duka itu membuyarkan semua rencana. Ketika membaca kabar duka itu di grup chat kami, Josua spontan berteriak, “Kok jadi gini ya”, pikirnya dalam hati. Lagi dia berpikir, “Bukankah kami selama ini dekat, komunikasi jalan, tapi kenapa ayahnya sakit tidak diberitahukan kepadaku, bajkan masuk rumah sakit kenapa tidak bercerita?” Agak kesal juga si josua, tapi bukan waktunya, sekarang dia harus memberi semangat kepada tika.

Teman-teman yang dulu satu kepanitiaan merencanakan supaya melayat ke tempat duka. Memang jauh juga sih, di luar kota. Studi juga tidak mungkin bisa tinggalkan. Hanya beberapalah yang bisa pergi, yang pasti josua juga ikut, ada sesuatu yang ingin dipastikannya. “Senyumnya itu, apakah masih ada disana? Apakah dia kuat menghadapi ini? Tika kan dekat dengan papa nya.” Banyak yang mau diketahui josua, sehingga dia memutuskan untuk ikut pergi kesana. Sesampainya di tempat Tika, josua hanya bisa terdiam. Memang nampak raut kesedihan kehilangan di wajah tika. Josua tidak tahu harus berkata apa dalam kondisi seperti ini, teman-temannya yang lain juga seperti itu. Memang senyumnya masih terpancar ketika berbicara dengan kami, masih bisa nanya kondisi kami, ujian, TA, dll. Seharusnya dia yang dihibur, tapi ini, jadi dia yang menghibur.

Sepulang dari sana, josua memantapkan dirinya. Tepat di hari ulangtahunnya, juga menguburkan ayahnya. Tidak tahu sih kami mau berbuat apa, mengucapkan selamat atau gimana. Mereka mendiskusikannya dalam grup bagaimana cara mengucapkan kepada Tika. Josua mengambil inisiatif dan mengatakan,”kita harus menghibur, tapi ini adalah hari yang sangat berat buatnya. Hari ini adalah ulangtahunnya. Kita harus mengucapkan selamat ulangtahun kepadanya. Kalau kita takut mengucapkan kepadanya, dia nanti menjadi semakin sedih dan semakin memikirkan apa yang dialaminya hari ini. Tidak tepat kita mengambil keputusan untuk tidak mengucapkan selamat ulangtahun. Hal yang terbaik yang bisa kita lakukan saat ini memberika selamat, sehingga dia sadar kita tidak segan, dan dia juga semakin kuat untuk ke depannya”. Mereka pun sepakat mengucapkan selamat ulangtahun dengan cara masing-masing. Puisi, video, tetap diberikan josua.

“Carilah dulu kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu” adalah ayat yang belakangan ini sering josua baca dari buku-buku untuk menguatkan keputusannya. Selang beberapa hari, dia memutuskan untuk mendoakan Tika menjadi teman hidupnya. Banyak sekali pertimbangan untuk mengambil keputusan ini, tapi semua sudah dipikirkan josua. Kakak kelompoknya juga sudah ditanya, bagaimana si tika dalam kelompoknya. Keputusan sudah diambil, tinggal menjalaninya. Doa tetap digumulkan, tidak akan mungkin bisa mendengar kalau telinga tertutup.

Berita itu pun akhirnya sampai kepada Lina, ya sebagai sahabat dekat, semua dikorek. Ingin rasanya josua menyembunyikannya dari siapapun, tapi akhirnya dia menceritakannya kepada Lina. Bagaimana lina tidak terkejut, kalau yang mengalihkan perhatian josua adalah teman mereka juga. Semua dikorek dan dikorek. Hal ini juga membuat mereka semakin dekat, karena sudah memiliki masalah yang sedikit sama.  

Mendoakan seorang perempuan adalah cerita baru buat josua. Memang dia sudah pernah pacaran, tapi hal ini berbeda dengan dia yang dulu. Dengan semangat dia menggumulkan. Cari sana sini yang bisa dijadikan sumber, saling berbagi. Sungguh luarbiasa pengalaman ini, tidak ada yang menyangkaa hal ini akan terjadi secepat ini. Lagu kesukaannya sekarang yang berhubungan dengan teman hidup. The marriage prayer dan God gave me you. Luarbiasa memang.

Cinta tidak harus memiliki. Cinta itu memberi bukan menuntut balas. Josua sudah tau itu. Kekhawatiranpun menghinggapinya. Bagaimana kalau selama ini aku hanya merasa, bagaimana kalau bukan dia, bagaimana kalau bagaimana kalau. Segala pertanyaan kembali datang kepadanya. Benar sekali cinta tidak harus memiliki. Sudah berbulan-bulan josua mendoakannya, dia berpikir tika sadar akan hal ini, ternyata tidak. Tika sudah ada yang punya. Joshua jadi bingung sendiri, ternyata begini rasanya patah hati, baru tahu.

Josua memang sudah mempersiapkan diri untuk hal ini, apa lah daya. Semua kalau tidak diungkapkan hanya akan tinggal menjadi kode biasa saja. Dia pun bertanya kepada Tuhan mengapa ini bisa terjadi? Kalau sudah ada, kenapa tidak memberitahuku? Apakah aku yang bandal selama ini Tuhan? Tidak menghiraukan suaraMu lagi? Segala pertanyaan dipertanyakan josua. Dia harus merelakan perasaannya pergi. Senyum yang dia sukai, kembali pergi lagi. Bye lah buat yang satu itu. Josua hanya bisa berdiam diri dan merenung. 

Mahasiswa tingkat akhir lebih menekan dia daripada rasa sakit patah hatinya. Cinta memang kadang tidak berpihak, cita-cita harus dikejar pikir josua. Mungkin dengan tergapainya cita-cita nanti, cinta akan datang, bersama dengan orang yang takut akan Tuhan. Cita cinta bisa kita rencanakan, bisa kita buat kriteria yang kita inginkan. Tapi firman Tuhan “carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu”. Semua harus didasari dengan takut akan Tuhan. Pelajaran berharga buat josua, pikiran terberat kadang terlupakan seakan dihibur yang menarik, tapi tidak akan melepaskan dari tekanan itu, selain kita menyelesaikan rintangan itu. Cita cinta siapa yang tahu? Tuhan tahu. Berserah kepadaNya adalah pilihan yang tepat.

Salam harjoshrian

Wednesday, September 7, 2016

Kelompok HIT ME (5) Pengalaman Luarbiasa 3


Mereka pun berencana untuk sarapan, lagi-lagi sesuatu ditunjukkan untuk mamatahkan semangat mereka. Mengapa tidak? Periuk yang mereka bawa untuk memasak nasi, bocor, kok bisa? Tidak tahu. Yang mereka tahu, Daniel sebagai orang yang membawa periuk ada jatuh. Kemungkinan besar ketika dia jatuh, periuknya kena batu dan jadi bocor. Tapi dari situ pun mereka kembali belajar dan bersyukur. Apa yang akan terjadi kepada teman mereka Daniel kalau tidak ada periuk itu? Mereka tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi, yang pasti akan sangat berbahaya. Dengan peralatan seadanya, pop mie menjadi pilihan terakhir dan pilihan satu-satunya untuk mereka makan. Air tinggal sedikit, harus mereka cukupkan. Malam tidak makan, pagi hanya makan popmie, dan untuk perjalanan selanjutnya mereka tidak tau mau berbuat apa.

Sarapan selesai, mereka pun naik sedikit untuk melihat keadaan. Betapa kami tidak bersyukur, bertanah air kaya dan subur, lautnya luas gunungnya megah. Wah sangat bagus ketika mereka naik ke atas, pemandangan danau toba yang di depan mereka, looking nya sangat bagus. Wahhh. Segera mereka bersiap-siap untuk berfoto. Ketika mereka hendak berfoto, kembali semangat mereka dipatahkan, kabut menutupi danau dan pulaunya. Latar yang sangat bagus tadi tiba-tiba saja menghilang ditelan kabut. Sangat kesal melihat kondisi seperti ini, apa yang bisa mereka dapatkan dengan ini semua, arggghhhhh. Melihat ke bukit selanjutnya, ternyata bendera batak sudah kelihatan, tapi mereka tidak mungkin lagi melanjutkan perjalanan mereka dengan kondisi seperti ini. Untuk menghilangkan kekesalan mereka, mereka berfoto-foto, dan membuat video nyamuk, video puncak pusuk buhit tapi kabut. J Banyak sebutan dalam tahap ini, tiga tangguh (Okto, Daniel, Haryono), pertanian satu (Haryono, Okto), kedokteran punya (Daniel, Lidya), pendaki cantik (Lidya, Hagar), our couple (Hagar, Okto), nyamuk (Lidya, Haryono, Daniel).

Melihat perlengkapan mereka yang sudah tidak memadai lagi untuk melanjutkan pendakian, mereka pun memutuskan untuk pulang. Semua dibereskan, tinggal gula merah dan sedikit air minum yang menjadi harapan perjalanan ini. Curamnya jalan yang mereka lalui sebelumnya, membuat mereka memutuskan untuk memutar mencari jalan yang lebih menungkinkan. Dan mereka tidak menyangka, ini juga menjadi pengalaman yang luarbiasa yang pernah mereka punya. Mengambil jalan ini adalah keputusan yang salah dan benar. Mengapa salah? Mengapa benar?

Salah, karena mengikuti jalanan ini mereka semakin tersesat dan tersesat dan tersesat tidak tahu kemana. Jalan yang mereka ikuti semula terlihat jelas, lambat laun sudak tidak nampak lagi. Dengan yakin Okto yang berada di depan menuntun mereka, dan meyakinkan mereka bahwa ini jalannya. Dan mereka terus berjalan dan berjalan. Sampai di tengah perjalanan, Daniel emosi dan mendudukkan diri, karena merasa perjalanan ini salah dan sangat tersesat. Tapi kembali Okto meyakinkan dari depan, dan Haryono dari belakang juga menyemangati supaya jalan terus. Kekurangan air membuat mereka dehidrasi, tidak adanya makanan semakin membuat mereka habis tenaga. Alhasil Lidya hampir tidak bisa bertahan lagi melanjutkan perjalanan itu, entah sudah berapa kali dia hampir jatuh, karena memang dia sudah sangat lemas dan pusing. Haryono yang berada di belakang tetap menemaninya, melihat yang di depan sudah agak jauh, Haryonopun sesekali berteriak supaya ditunggu. “ayo lid, lewat sini” adalah kata-kata yang keluar. Karena sudah sangat jauh lagi, Haryonopun terkadang mengambil jalan pintas yang aman dengan memperhitungkan kondisi Lidya. Tidak ada yang menyangka mereka tembus ke ladang kopi penduduk setempat, mereka diteriaki, mungkin dipikir maling. Tapi ketika mereka sampai di ladang kopi itu, ada yang aneh, Hagar kok tidak melanjutkan perjalanan? Haryono dan Lidya yang melihat itu merasa heran, bahkan dia mendorong-dorong Lidya yang sudah entah gimana itu. Haryono hampir marah, tapi apalah mau dikata, Hagar phobia kepada ulat bulu, dan area itu, sangat memungkinkan banyak ulat itu, jadi Haryono pun memanggil Okto untuk membantu Hagar. 

Ketika jumpa dengan warga setempat yang berada di ladang itu, semuapun dijelaskan. Dan merekapun bertanya kemana mereka berjalan untuk mendapatkan tumpangan. Arah ditunjukkan, dan katanya berjarak 200 meter. Tapi perasaan, itu sudah sangat jauhlah. Sepanjang perjalanan itu, Lidya harus dipapah untuk melanjutkan perjalanan, karena memang sudah sangat oyong. Mencari jalan pintas membawa entah kemana. Jera.

Jadi kenapa BENAR? Karena dengan mereka melewati jalur ini, mereka bisa menikmati danau toba dan alamnya dari side yang berbeda. Foto-foto mereka banyak di area ini, danau juga nampak dan padang rumput. Menambah kepuasan mereka, videopun tidak ketinggalan mereka buat. Semangat untuk berfoto tetap ada. Itu lah yang bisa membayar kecemasan mereka di tengah ketidakjelasan arah pulang tersebut.

Kendaraanpun mereka lihat, dan segera mereka jumpai pemiliknya dan menawar harganya. Ya ampun mahal kali ya, apakah sejauh itu mereka tersesat? 50ribu perorang. Tapi mereka tidak memperdulikan itu lagi, yang penting dapat dan segera pergi. Mereka membersihkan diri dulu sebelum berangkat. Banyak cerita yang menjadi rahasia dalam perjalanan ini, dan hanya hit me yang tahu. Dalam perjalanan mereka cerita panjang lebar, dan mengabadikannya dalam sebuah video. Mereka lah orang gila yang melakukan perjalanan tanpa bekal yang cukup.

 “Terimakasih Tuhan masih menjaga mereka sehingga bisa menemukan kendaraan ini dan pulang.” Mereka diantar hanya sampai untuk menemukan bus,. Sebelum mereka naik bus, mereka sempatkan mengisi tenaga dengan makan.

Perjalanan mereka lanjutkan dengan menaiki bus, mereka membantainya dengan tidur. Nyender sana sini, yang penting tidur. Ketika sudah sampai di pelabuhan, Haryono hampir jatuh, karena goyangan kapal, dan tenaga yang belum stabil. Begitulah perjalanan mereka sampai mereka pulang dari Parapat. Sempat ada rencana mereka sebelumnya singgah di Siantar lagi, sekalian ada yang nyuruh singgah, tapi sangat tidak memungkinkan lagi. Yang dalam pikiran mereka, bagaimana sampai dan istirahat. J

**********************************************
Sedikit panjangnya cerita ini, mengisahkan bagiamana pertemuan dan kebersamaan itu tidak perlu muluk-muluk. Kalau mau, ayok kita pergi. Bukan dengan hanya rencana dan renacana, dan akhirnya tidak jadi. Semua itu adalah awal dari terbentuknya grup kecil HIT ME. Bukan suatu kebetulan mereka bisa berkumpul dalam kelompok ini. Dalam beberapa kesempatan mereka kembali bertemu. Walau dengan latar belakang yang berbeda, jurusan yang berbeda. Tapi dengan itu semua membuat mereka semakin mengerti, perjalanan itu luar biasa. Hahaha. Intinya perjalanan itu sangat luar biasa untuk dikenang dan diceritakan kembali. Inisiatif dan tindakan dibutuhkan untuk mewujudkan sebuah rencana. Bukan hanya di dalam kepala, tapi dituangkan untuk dilakukan bersama...
Haryono J Siburian, Lidya Pratiwi Ulibasa Sibarani, Daniel Erickson, Okto P Sihombing, Hagar Sitompul. HITME adalah awal, dan akhirnya siapa yang tahu. Perjalanan masih sangat panjang di depan...
Sekarang tim mereka tambah satu orang, si kecil junita. Mudah marah juga anak yang satu ini. Ketua mereka yang sempat bergabung juga, ARI namanya, sudah pergi merantau. Begitulah adanya mereka. See you guys, and find next trip.
okto, hagar, daniel, lidya, haryono

 
junita malau
ari pareme simanullang
Salam Harjoshrian....

Kelompok HIT ME (4) Pengalaman Luarbiasa 2


Sudah jauh perjalanan mereka, Haryono yang berada di bawah sangat takutt sebenarnya. “Bagaimana kalau aku terpleset dan jatuh ke bawah? Siapa yang akan menolongku? Mereka semua ada di depan.” Sesekali Haryono menyenter ke belakangnya, sangat sangat gelap, sama sekali tidak nampak jalanan yang sudah mereka tempuh dan selesaikan. Tiba-tiba...

“ woi apa yang di depan kalian itu?”, teriak Haryono. Haryono melihat seperti ada sesosok yang menakutkan dengan kepala dan tanduk. Tidak mungkin ada hewan bisa mendaki sejauh ini dari bawah pikirnya. Karena merasa dihiraukan, dia pun berteriak sekali lagi.

“Okto, awas yang di depanmu itu”,. Ternyata Okto sudah melihatnya tadi. Yang di belakang juga merasa ketakutan, apaan kah itu?

Ternyata ada kerbau. Haryono berpikir, kerbau siapa bisa naik setinggi ini, mengingat jalanan yang mereka tempuh itu sangat sulit. Apakah itu penjga tempat ini pikirnya lagi. Ketika mereka sudah mendekatinya, Haryono takut kaalau kerbau itu akan menyerang. Temannya datang lagi, jadi dua ekor. Ketika mereka melewatinya, kerbau itu ikut naik. Takut pun semakin menjadi sebelum kerbau itu berhenti. Setelah mereka naik lagi, Haryono mengarahkan senter ke belakang lagi, kerbaunya sudah mnejadi tiga. Sangat-sangat aneh menurutnya. 

Mereka sudah fokus untuk mencari tempat istirahat dan memasang tenda, tapi tidak juga ditemukan. Akhirnya ada yang mengusulkan untuk berdoa di tengah kebingungan dan ketidakberdayaan mereka. Mereka serahkan semuanya kepada Tuhan. Mereka tidak tau lagi mau berbuat apa. Seandainya tidak hujan, mereka masih bisa melanjutkan perjalanan ini. Tapi hujan sudah membasahkuyupkan mereka, menggigil, pasti. Setelah mereka berdoa, praise the Lord, tidak selang berapa lama, mereka menemukan tempat yang lumayan landai, dan karena jalan tidak nampak lagi, mereka pun memutuskan memasang tenda di situ.

Perjuangan belum selesai sampai disitu saja. Memasang tenda juga menjadi tantangan sendiri, karena mereka membawa tenda yang bentuk prisma. Mereka harus membawa kayu tadi, dan sekarang mereka harus mendirikan tenda dengan kayu itu. Sangat susahnya menembus tanah untuk menancapkan pengait tendanya membuat mereka semakin kewalahan. Ketika memukul dengan batu supaya kayunya masuk, tanganpun tidak sanggup lagi, tangan menggigil, arah pukulan tidak jarang melenceng dari sasaran. Alas mereka sudah tergenang air juga. Tidak tau lagi mau berbuat apa. Memang untuk jaga-jaga seharusnya mereka membawa matras untuk menjadi alas. 

Tenda sudah berdiri, tapi berdiri seadanya saja. Tidak kuat sebenarnya, karena sangat sulit menancapkan pengait tendanya, berbatu-batu ternyata lokasi mereka. Sudahlah, mereka mau istirahat, menghangatkan diri dari dinginnya malam ini karena hujan yang seakan tidak setuju dengan kedatangan mereka. Hagar dan Lidya pertama masuk untuk berganti pakaian di dalam. Ketika mereka selesai, giliran Haryono, Okto, dan Daniel masuk dan berganti pakaian. Karena diluar juga hujan dan dingin. Hagar dan Lidya tetap di dalam. Tenda mereka sebenarnya besar, tapi karena kurang tepat untuk pemasangannya jadi kurang bagus. Perempuan pastinya berbalik arah, dan mereka pun segera berganti pakaian. Makanan tidak ada lagi, hahaha. Mereka sangat tidak beruntung untuk trip ini.

Mereka ambil sleeping bag, mereka pakai satu-satu. Lumayanlah untuk mengurangi kedinginannya, walau hanya untuk sementara. Mereka pun memutuskan untuk tidur, tapi apa daya. Tempat mereka sudah basah duluan tadi, akhirnya mereka pun jadi terbangun. Dari semua mereka, hanya Daniellah yang paling safety. 

Ketika mereka terbangun, mereka berpikir sudah jam 5 pagi, tapi ternyata masih jam 1. Ya Tuhan, apa-apaan ini. Perasaan Haryono sudah sangat lama lah tidur sampai terbangun karena dingiinnya kakinya itu. Ternyata Hagar dan Okto tidak ada tidur juga karena dinginnya. Yang haryono tau dalam kondisi seperti ini, mereka harus istirahat, karena masih harus melakukan perjalanan jauh, kaki mereka tidak boleh kedingingan dan capek. Tapi apa daya, ini lah yang terjadi, mereka kedingingan. Daniel kedingingan kah?

Mereka pun jadi bercerita-cerita untuk menghilangkan kedinginan, kembalilah haryono yang dibahas, nasib yang punya rahasia, selalu menjadi topik. Habis Haryono, Daniel lah yang ditanya-tanya, karena Daniel juga masih rahasia, hahahah. Bagaimana menghangatkan diri supaya tidak kedinginan menjadi fokus mereka malam itu. Mereka rubah posisi, tapi tetap saja. Mencoba tidur lagi, tidak bisa. Begitulah sampai jam lima pagi, sampai mereka memutuskan untuk saat teduh bersama. Lagu yang dinyanyikan amazing grace/ajaib benar, iyanya tahe? Semua sama-sama merenung, dan Haryono memiliki ketakutan tersendiri saat itu, jangan sampai dia sakit menggigil. 

Waktu tetap berjalan, mereka malas keluar, karena dingin. Hujan memang sudah tidak ada lagi. Ketika mereka keluar, mereka sangat-sangat terkejut melihat apa yang mereka lewati. “Benarkah ini jalanan yang kita lewati semalam? Ibarat jurang yang sangat dalam, sepertinya kita mengambil jalan yang salah, pintas tapi sangat curam. Pantas saja kita semalam sering terjatuh, bahkan seperti memanjat tebing, yang akhirnya semua itu dijawab dengan tampilnya layar pagi hari ini.”

 Tenda mereka? Aduhai, tidak layak lah, tapi itu sudah menolong mereka juga. Dan posisinya/letak  tendanya, ternyata dekat tebing, kalau mereka jalan sedikit saja, kemungkinan mereka akan jatuh. Sungguh-sungguh luar biasa penyertaan Tuhan, di tengah kesusahan mereka, tetap dijagaiNya. Tidaklah mungkin mereka ditinggalkan.

Kelompok HIT ME (3) Pengalaman Luar Biasa 1

 Waktu sudah ditentukan untuk berangkat, mereka berencana berangkat dari rumah Okto di Siantar, tepatnya MARJANDI. Dari sana mereka akan pergi ke Tigaras menuju lokasi. Dari beberapa orang diantara mereka, ada yang tidak jujur dengan permisi keberangkatannya, yaitu Lidya dan Daniel. Tidak enak juga sih dengan ketidakterbukaan mereka, tapi ya sudahlah, yang penting mereka bisa pergi dan ikut. Di Siantar rencananya Okto menjemput dari loket bus yang mereka tumpangi. Tapi di tengah perjalanan, rencana berubah, karena kondisinya juga hujan, bapakknya Okto menyuruh mereka untuk mandiri, pas juga sih, tapi mereka memang tidak tahu lokasi ini. Berdasarkan petunjuk, mereka pun pergi ke simpang marjandi. Okto sudah menuggu mereka disana. Dalam perjalanan, karena sinyal sudah mau hilang, mereka menyempatkan membuat grup chat di line, dengan nama HIT ME, supaya lebih mudah saling bertukar info, apalagi satukan kekuatan, foto. Panjang memang perjalanan ini, tapi terbayarkan karena sudah sampai ke rumah Okto.

Mereka pun bercerita sedikit dengan keluarga, dan segera beberes, makan, mandi dan lain-lain. Mereka membicarakan ulang teknis mereka untuk trip besoknya. Karena tidak masuk akal lagi, alias tidak tepat lagi pembicaraannya sekarang. Mereka pun berencana istirahat. Tapi sebelum itu, mereka melakukan game, dengan taruhan harus menjawab pertanyaan yang menang, dan Haryono tahu arah permainan ini, karena dia punya rahasia menarik yang tidak dibicarakan kepada tim. Yang lain pun bersekongkol untuk mengalahkan Haryono. Namanya juga games kejujuran, ya dijawab dengan jujurlah, dan clue yang sangat menguatkan mereka pun terjawab, dan rahasia haryono pun terbongkar, hadeuhhhh... Mengingat perjalanan mereka akan panjang dan berat, merekapun segera istirahat. Mereka semua sama-sama di luar, hahaha.

Semua terlelap, tapi di tengah malam Haryono terbangun karena sepertinya ada yang mengganggu-ganggu. Terang saja, si Hagar tidak bisa tidur, jadi dia berusaha mencari teman supaya tidak sepi. Hagar tidak bisa tidur di tempat baru, padahal itu nanti kan jadi tempat tinggalnya juga, hahahah.

Pagi hari muncul, rencana yang sudah direncanakan sebentar lagi akan diwujudnyatakan. Mereka segera beberes, dan mempersiapkan bekal makanan dan perlengkapan. Tidak lupa sebelum mereka berangkat, mereka berfoto dengan orangtua Okto, karena setelah pulang nanti, mereka tidak sempat untuk singgah lagi ke rumah, mereka pun pamit dengan doa. Perjalanan itu sangat panjang, naik bus, kapal, bus, becak, begitulah tahapannya. Semangat mereka masih full sebelum hujan yang meragukan mereka dan waktu yang seperti sudah kelamaan untuk mendaki. Ketika mereka berada di kaki pusuk buhit, sangat semangat rasanya, ternyata pendakian ini bisa dilaksanakan dan akan terjadi sebentar lagi.
Memulai semua itu dengan ketergesa-gesaan tidak ada gunanya, sabar dan pandang ke depan, supaya tidak jatuh. Mereka pun mulai naik, masih baru mereka berjalan, pendaki yang turun menakut-nakuti mereka. Bagaimana tidak, mereka mau naik, pendaki lainsudah turun. Hujan badai diatas, kata salah seorang di atasnya. Tapi ada satu kelompok yang membuat mereka semangat.

“dari organisasi mana? Kampus atau luar kampus? Atau sendiri?” tanya orang itu
“bukan dari kampus atau organisasi bang, kami berangkat sendiri”, sahut salah satu dari mereka.
“darimana?”
“dari medan bang”
“samalah kita berarti dari medan. Semangatlah, di atas milik kalian sekarang. Mantaplah memang kalian”.

Tidak menyangka di sela-sela kebingungan mereka akan cuaca dan waktu, ada yang menyemangati. Sudah dua jam mereka berjalan, arah sudah mereka tanya, kok tidak terasa mendaki? Kok jauh kali ya? Ketika dalam perjalanan, hujan berkali-kali megguyur mereka, dan hanya Haryono yang tidak menggunakan mantel, alhasih dia yang yang basah. Teman-teman nya yang lain marah kepada Haryono, karena mengabaikan untuk membeli mantel hujan yang hanya harga 15ribu. Haryono yang membawa perlengkapan pula, kalau yang dibawanya basah, mau dimana nanti tidur? Akhirnya dia pun bergantian dengan Okto untuk membawa tas carier yang berat itu.

Terang mulai menghilang, jam sudah menunjukkan segera memasuki dunia malam. Mereka istirahat sebentar karena jalan yang mereka tuju mulai bercabang, dan tidak ada jalan yang jelas untuk menuju lokasi, apalagi tidak ada lagi orang yang mau ditanya. Setelah cukup istirahatnya, mereka pun melanjutkan perjalanan, Okto yang menjadi pemimpin di depan menentukan jalan yang akan mereka tempuh. Ibarat memotong jalan, tapi sepertinya tidak, karena itulah tantangannya. Mereka mulai mendaki ke atas, gelap sudah menyapa mereka, senter segera dikeluarkan. Lelah iya, takut juga sangat. Haryono menjaga di bagian belakang, Okto di bagian depan, Hagar Lidya dan Daniel di tengah. Beberapa kali mereka hampir jatuh, dan sempat ada yang tergelincir. Mereka semakin takut, dan takut. Hujan juga tidak mau berhenti. Mendaki di tengah kegelapan dengan cuaca yang sebenarnya sangat tidak mendukung. Hagar mulai sangat takutt dan menangis, karena Haryono yang paling belakang, dia pun menyemangati Hagar, supaya melanjutkan perjalanan. Hagarpun menyeka kesedihannya dan melanjutkan perjalanan. 

(bersambung) Kelompok HIT ME (4) Pengalaman Luarbiasa 2

Kelompok HIT ME (2) Perlengkapan Mendaki

Seperti halnya yang telah dibicarakan Okto kepada Haryono, akhirnya keinginan ini pun diutarakan kepada tim. Okto dan Haryono berpikir kalau rencana ini akan ditolak mentah-mentah oleh yang lain, tapi ternyata tidak, mereka merespon dengan positif. Karena medannya bukan sembarangan, makanya perlu pembicaraan yang intens dan serius untuk rencana ini. Kosan Haryono pun menjadi tempat basebamp untuk berkumpul dan membicarakan perencanaan. Waktu sudah ditetapkan, rencana sudah dimatangkan. Perlengkapan dan stamina yang belum. 

Hampir diantara mereka tidak ada yang berpengalaman dalam hal pinjam meminjam perlengkapan mendaki, kamp, dan lain-lain. Sebenarnya tempat peminjaman sudah lama mereka cari dan memang ada dan lengkap. Tapi dasar tidak pernah, mereka tidak membookingnya jauh-jauh hari. Mereka mencari dan berusaha meminjam ke tempat lain. Mereka mencarinya satu hari sebelum harinya, dan pada waktu itu adalah libur dan hari terjepit, semua tempat mereka cari, tidak ada lagi yang tersisa, semua sudah disewakan dan sudah dibooking. Jadi mereka mau pake apa? Haryono yang notabene anak kehutanan, berusaha mencari link kesana kemari melalui media komunikasi, tapi lagi-lagi tempat yang dianjurkan teman-temannya sudah mereka datangi. Sempat timbul pesimisme, jadinya kita berangkat besok woi? Mereka pun mencari keliling-keliling berharap ada tempat yang masih menyewakan. Sampai ke jalan sisingamangaraja mereka cari tidak ada juga. Mereka pun semakin kesal, karena Okto tidak ikut mencari seperti ingin terima beres. Akhirnya ada sedikit titik terang, tapi kepastiannya besok, mereka pun meng iya kan saja. Karena memang tinggal itu lah harapan satu-satunya. Sambil makan bakso mereka membicarakan kembali. Fix lah menunggu kepastian yang satu ini, dan kemungkinannya siang, yang membuat mereka bimbang dan ragu. Okto tidak di medan, lha mereka juga sudah lelah. Belum lagi sepatu mendaki tidak ada. Huh, lengkap lah.

Haryono dan Lidya mengajak Daniel dan Hagar ke pajak sukarame untuk mencari sepatu, karena kata Okto disitu harganya murah, tapi bukanya malam-malam. Terang saja memang sangat murah-murah sepatu disitu. Yang bekas memang, tapi masih sangat bagus. Mereka mencari-dan mencari. Haryono yang sudah agak tau tentang sepatu yang bagus untuk digunakan, tidak menemukan yang pas di hati, hanya Lidya lah yang menemukan miliknya. Bingung lah Haryono dengan nasibnya seperti ini. Mereka pun pulang, dan menyerahkan apa yang terjadi besok, biarlah terjadi besok.

Semuanya pasti mencari cara supaya rencana yang sudah direncanakan jauh-jauh hari itu akan terealisasikan/terjadi. Tenda tidak ada? Sleeping bag? Apalagi? Kompor? Haryono tidak tinggal diam melihat ketidakjelasan tidak adanya alat-alat itu. Dia adalah orang kehutanan, pasti punya teman yang memiliki peralatan itu, tapi sayang, temannya yang punya sudah tamat dari studi nya. Tinggal satu orang lagi harapan, fransiskus sihombing. Haryono tahu dia memiliki tenda dan peralatan lainnya, tapi tadi siang dia mengatakan tidak ada alias tidak cocok untuk mereka gunakan. Tapi ah sudahlah, Haryono pun pergi menjumpai frans ke kamarnya. Haryono mengatakan semua upaya yang sudah dillakukan, dan memang tidak ada lagi. Franspun memberikan tendanya, memang tidak sesuai harapan, tapi bisa lah digunakan, beserta peralatan lainnya. Mereka tetap menyewanya. Haryono segera mengabari, dan perlengkapan perangpun akhirnya lengkap.

Kelompok HIT ME (1) Berenang

Berawal dari pertemuan berenang bareng, terbentuklah kelompok yang dinamakan HIT ME. Nama tersebut bukan dibuat berdasarkan arti sebenarnya, tapi dihubungkan dengan salah satu yang disukai anggota kelompok tersebut. Mereka adalah Lidya, Hagar, Okto, Daniel, dan Haryono. Tidak pernah terpikirkan dalam benak mereka kalau kelompok ini akan terbentuk. Hanya karena ada inisiatif untuk berkumpul dari para angota sehingga terealisasilah pertemuan-pertemuan selanjutnya.

Suatu hari tanpa ada rencana tanpa ada tanda-tanda, Okto mengajak Haryono untuk berenang. Dan mengajak dua teman lainnya yaitu Hagar dan Lidya. Sempat sih hampir batal karena Lidya tidak bisa, tapi entah bagaimana dia jadi bisa, tapi tidak ikut berenang, hanya menonton untuk berenang. Mereka berencana berenang di kolam renang primbana. Waktu sudah ditentukan, lokasi juga sudah ditentukan, cara ke lokasi juga sudah dipersiapkan.

Teng, pagi hari sudah muncul, sosok Haryono masih belum kelihatan. Benar saja dia ketiduran, semalam dia begadang. Seharusnya kalau mau berenang seperti ini, harus fit dan enerjik, tapi entah apa yang dipikirkan Haryono melakukan itu. Ketika dia terbangun, segera dia melihat handphonenya dan bertanya apakah mereka masih disitu dan apakah mereka sudah berenang. Ternyata mereka sudah disitu, dan ketika Haryono sudah bergerak tanpa mandi terlebih dahulu, Okto kembali menghubungi supaya segera turun dari angkot saja, supaya mereka yang menjumpai Haryono. Haryono pun bingung dan bertanya. Okto menjawab, kalau primbana tutup, jadi akan pergi ke kolam renang selayang saja. Sesuai instruksi, Haryono turun, Okto dan kawan-kawan menjumpainya, dan mereka pun pergi ke kolam renang selayang.

Ya benar saja, Lidya yang sebelumnya berhalangan akhirnya bisa datang dan ikut bersama mereka, karena Hagar juga mau berenang (belajar renang tepatnya). Lidya hanya melihat mereka berenang sampai habis. Setelah Haryono dan Okto menyelesaikan renang mereka di tempat yang dalam, mereka menjumpai Hagar dan Lidya, di tempat yang dangkal. Hagar pun diajari oleh Okto untuk berenang (ini couple mereka). Lidya tetap diatas, Haryono pun mencari kesibukannya sendiri. Tapi ada satu hal yang aneh di tempat itu, ada satu orang yang berenang, tepatnya tidak tau juga berenang, ketawa-ketawa sendiri, ngomong-ngomong sendiri. Karena sudah merasa tidak nyaman dengan tingkahnya, merekapun beranjak pergi dan meninggalkan tempat untuk membersihkan diri. 

Haryono dan Okto selesai, mereka pun segera keluar. Mereka menunggu Hagar dan Lidya keluar. Waduhhh lama juga pikir mereka. Maklum lah para wanita. Tapi ternyata mereka sudah ada di luar. Mereka tersenyum-senyum senang. Kenapa tidak, mereka menemukan uang seratus ribu di lantai kamar mandi. Tidak tahu sih siapa yang kehilangan itu, tapi ibarat rejeki, mereka pun sangat senang, dan langsung menggunakan uang itu makan daging babi panggang karo sembiring yang ada di jalan pembangunan. Mereka cerita-cerita panjang lebar juga disana.

Waktu di sepeda motor, si Okto cerita kawan-kawannya pergi ke pusuk buhit. Dia menceritakan hasratnya yang sangat ingin sekali pergi kesana. Tapi karena jadwal dan sebagainya, dia tidak bisa pergi bersama-sama temannya kesana. Dia pun mengajak Haryono, dan yang lainnya. Tapi kali ini, dia masih mengajak Haryono.

Ketika mereka makan-makan, mereka pun berencana untuk berenang kembali, tapi di primbana, karena di selayang kurang memuaskan menurut mereka. Lidya pun setuju-setuju saja, dan berencana membeli baju renang supaya dia juga bisa ikut berenang, karena tidak seru lah cuma melihat-lihat saja, kan sama-sama bayar juga. Mereka pun menyepakati harinya, dan mereka pun berencana mengajak yang lain, tapi entah kenapa, mereka cuma kepikiran sama Daniel, mengajak Daniel. Pengen sih Haryono mengajak satu lagi, tapi tidak pas juga dimasukkan. Danielpun merespon dengan positif, kebetulan dia juga baru pulang travelling dari Bromo. Maklum dia sudah tamat, lagi menunggu jadwal koas di kedokteran untuk mendapatkan gelar dokter nya, jadi waktu kosongnya banyak. Karena kosong, ya dia oke oke saja untuk ikut, dan Haryono dibonceng si Daniel ke lokasi, maklum saja, Haryono gak punya kendaraan.

Mereka pun jumpa di lokasi, dan ternyata Haryono dan Daniel yang duluan sampai. Ketika semua sudah berkumpul, mereka pun masuk ke lokasi, dan mengganti pakaian yang akan digunakan. Agak-agak gimana juga sih, karena kolamnya ramai, dan kebanyakan orang tua. Haryono masih agak malas masuk, Hagar Okto dan Daniel sudah masuk. Hagar berenang di pinggir-pinggir, tepatnya tidak berenang sih. Lidya pun mencoba masuk, dan langsung ingin mencoba tempat yang dalam. Wajar saja sih, Daniel dan Okto juga di tempat yang dalam, dan Lidya juga tau kok berenang. Tapi apa yang terjadi di luar dari yang diharapkan, Lidya melompat dan tenggelam. Apa-apaan ini. Kebetulan hanya Haryono yang melihat dan menyadarinya, Haryono yang masih belum masuk ke kolam renang langsung lompat, dalam juga ternyata lokasi tempatnya itu. Untung saja Haryono tahu berenang, dan langsung menolong si Lidya yang megap megap dalam air, dan anehnya sampai selesai menolong Lidya, tidak ada yang sadar kalau si Lidya tenggelam pada saat itu. Ketika Haryono bertanya, ternyata dia terkejut, dan lupa bagaimana berenang. Dalam hati Haryono masih bertanya-tanya kenapa bisa lupa ya, seharusnya kan tidak. Ada-ada saja memang dunia ini. Ada satu hal yang tidak boleh dilupakan kalau sudah dalam hal seperti ini, mereka juga kadang kekinian, sesi photo pasti selalu ada. Dan mereka pun berphoto-photo, sampai mereka selesai. Dan akhirnya keluar.

Tuesday, September 6, 2016

Masa Depan seperti Semen yang Basah

Ketika saya mengenang mengenai Ben, saya melihat bagaimana sebuah perubahan itu bukan hanya mungkin untuk terjadi tetapi juga memang seharusnya terjadi. Setiap hari kita harus berubah. Biarpun masa lalu sudah terjadi dan tidak bisa diubah lagi, masa depan itu seperti semen yang basah,masih lunak, lembut dan masih bisa dipengaruhi dengan apaa yang kita lakukan. Tidak ada satu orangpun yang tidak dapat diampuni. Setiap kita memiliki kesempatan-tidak peduli apa yang telah kita lakukan,dimanapun kita dulunya-- untuk mengubah pikiran,hati,dan sikap, serta mengikuti Sang Pengajaar terbijak dan paling penuh kasih yang pernah ada.

Tiap hari, Yesus berkata kepada kita,"Dataanglah,ikutilah Aku." Jika kita berkata iya,maka kita bisa yakin bahwa ada kehidupan yang baik dan indah yang menanti kita. Jika kita merajut hari-hari tetsebut menjadi bulaj demi bulan, tahun demi tahun dan dekade demi dekade, maka kita telah memiliki sebuah kehidupan yang baik dan indah. Kehidupan inilah yang bergaung menjadi berkat kasih untuk didengar tiap oranh sepanjang maasa...

Salam harjoshrian

Sumber: "The Good and Beautiful Life" karya James Bryan Smith, page 32.

Monday, September 5, 2016

Hal kecil ternyata luarbiasa

Hari ini aku seperti biasa ke kampus. Mengerjakan bagianku sebagai mahasiswa tingkat akhir, yaitu penelitian. Yap, hari ini aku sudah memulainya. Agak lama juga sih menunggu proses yang lama tadi, tidak terbayang untuk satu bulan ke depan akan mengerjakan ini juga.

Ketika sudah selesai apa yang ingin ku kerjakan hari ini, aku cabut dari laboratorium kampus ku . karena sudah sangat lama di dalm, perutku lapar, dan aku juga sangat haus. Pembelajaran, untuk hari selnajutnya bawa minum kalau mau kerja. Aku pun pergi untuk membeli es jagung. Sangat panas memang hari ini, tidak menyangka kalau malam harinya akan turun hujan.

Ada hal yang menarik yang ku temukan ketika membeli es jagung tadi, yang membuat aku sedikit tersenyum. Ternyata masih ada orang seperti ini pikirku. Begini ceritanya.

Ketika aku sampai ke tempat es jagung, sudah banyak antrian. Sepetti biasa yang aku lakukan, aku pun mengantri menunggu giliranku tiba di bawah teriknya matahari yang menyengat. Ketika sudah giliranku, sipenjual es nya tidak memberikan giliranku, malahan pembeli yang datang setelah aku. Aku pun sempat kesal ketika menyadari itu. Tapi apa yang ku dapatkan, si kakak itu mengatakan, “kayaknya adek ini duluan tadi pak”. Aku pun sedikit terkejut. Ternyata ada orang seperti kakak ini, ku pikir orang-orang seperti di sore hari kampus usu, tidak mau mengantri, yang ada menambah kemacetan kendaraan.

Ketika kakak itu melakukan hal itu. Pandanganku sedikit berubah. Kadang kita tidak sadar, hal kecil yang kita lakukan merupakan suatu hal yang luarbiasa bagi orang lain. Tetaplah menjadi pribadi kita, pribadi yang unggul. Pribadi yang tetap mengerjakan bagian kita dengan penuh integritas. Bukan sebesar apa yang bisa kau lakukan, tapi apa yang bisa menjadi karaktermu, yang lebih baik tentunya...

Salam harjoshrian

Saturday, September 3, 2016

BISAKAH BIASA SAJA...

 
*ini tulisan usag pernah ku post, tapi dihapus lagi karena kurang enak waktu itu. sekarang aku post ulang lagi lah. kenag-kenangan... ini tanggal 28 agustus kemarin... 

Tidak tahu lagi apa yang mau ku katakan. Semua dijawab dengan bukti dan tindakan. Aku menunggu sembilan bulan.  Dipatahkan hanya dalam satu menitan.

 Inginku melupakan. Tapi tak terlupakan. Kisah yang seakan ada harapan. Ternyata hanya angan-angan. Angan yang tidak akan pernah terealisasikan. 

Bukan inginku untuk begitu kan? Aku hanya berkutat dan mendoakan. Usaha sudah aku lakukan. Perhatian sudah ku berikan. Tapi kalau terabaikan. Semua itujadi seperti rintik hujan. Dirasakan dan pergi menyelam dalam kegelapan 

Pernah aaku memikirkan. Pernah juga aku memperhitungkan. Bagaimana kalau selama ini aku terabaikan? Apa yang aku lakukan?? Belum sempat aku mendapaat jawaban. Kau memberiku harapan. 

Kini semua sudah terungkapkan. Dengan caramu yang sangat mengesankan. Tanpa memberi satu kata sebagai jawaban. Tapi langsung menunjukkan.  

Ya memang aku tidak pantas mendapatkan. Apakah aku sebenarnya juga tidak pantas mendoakan? Semua jadi seperti cinta-cintaan. Cinta yang ibarat mainan. 

Ya kasih itu memberi tanpa mengharapkan balasan. Aku tulus membantu dan memberi pertolongan. Tapi cara kejam itu yang kau lakukan? Seburuk itu kah aku kau pikirkan? Itu yang saat ini menjadi pikiran. 

Sekarang kau sudah mendapatkan. Aku kembali ketinggalan. Ingin aku menertawakan. Tapi apa yang mau ditertawakan? 

Kenangan akan tetap tinggal menjadi kenangan. Semua bisa menjadi pelajaaran. Aku mendoakan dan terabaikan. Bukanlah sebuah permasalahan. Yang menjadi permasalahan adalaah aku menaruh harapan. Harapan. Harapan. 

 Sekarang apa yang akan aku lakukan? Biasa aja adalah keinginan. Tapi bisa kahaku untuk biasa aja teman? Huh jawaban keputusasaan. Tapi aku harus tetap bisa mengalahkan. Keputusasaan bukan jawaban. Itu hanya makin membuat keterpurukan. 

 Terimakasi buat semua harapan kenangan dan perhatian. Semoga kebahagiaan yang kau dapatkan. Kesuksesan juga menunggu di depan. Biarlah aku terlupakan dalam gelapnya kenangan. Dariku yang pernah mendoakan...

 Salam harjoshrian...

Cita, Cinta, dan Tuhan

Berat dan menarik ya judulnya. Aku pun bingunh mau nulis apaan untuk judul yang satu ini. Tapi ketika  aku berencana menulis cerita lagi, yang terpikirkanku judulnya ini.
Yasudah, dibuatin lah seperti ini.
Yang penasaran sama ceritanya, tungguin aja ya. Mudah2n segera diupdate.
Salam harjoshrian

LIRIK LAGU TERBARU ROHAKKU - JUN MUNTHE