Wednesday, September 7, 2016

Kelompok HIT ME (5) Pengalaman Luarbiasa 3


Mereka pun berencana untuk sarapan, lagi-lagi sesuatu ditunjukkan untuk mamatahkan semangat mereka. Mengapa tidak? Periuk yang mereka bawa untuk memasak nasi, bocor, kok bisa? Tidak tahu. Yang mereka tahu, Daniel sebagai orang yang membawa periuk ada jatuh. Kemungkinan besar ketika dia jatuh, periuknya kena batu dan jadi bocor. Tapi dari situ pun mereka kembali belajar dan bersyukur. Apa yang akan terjadi kepada teman mereka Daniel kalau tidak ada periuk itu? Mereka tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi, yang pasti akan sangat berbahaya. Dengan peralatan seadanya, pop mie menjadi pilihan terakhir dan pilihan satu-satunya untuk mereka makan. Air tinggal sedikit, harus mereka cukupkan. Malam tidak makan, pagi hanya makan popmie, dan untuk perjalanan selanjutnya mereka tidak tau mau berbuat apa.

Sarapan selesai, mereka pun naik sedikit untuk melihat keadaan. Betapa kami tidak bersyukur, bertanah air kaya dan subur, lautnya luas gunungnya megah. Wah sangat bagus ketika mereka naik ke atas, pemandangan danau toba yang di depan mereka, looking nya sangat bagus. Wahhh. Segera mereka bersiap-siap untuk berfoto. Ketika mereka hendak berfoto, kembali semangat mereka dipatahkan, kabut menutupi danau dan pulaunya. Latar yang sangat bagus tadi tiba-tiba saja menghilang ditelan kabut. Sangat kesal melihat kondisi seperti ini, apa yang bisa mereka dapatkan dengan ini semua, arggghhhhh. Melihat ke bukit selanjutnya, ternyata bendera batak sudah kelihatan, tapi mereka tidak mungkin lagi melanjutkan perjalanan mereka dengan kondisi seperti ini. Untuk menghilangkan kekesalan mereka, mereka berfoto-foto, dan membuat video nyamuk, video puncak pusuk buhit tapi kabut. J Banyak sebutan dalam tahap ini, tiga tangguh (Okto, Daniel, Haryono), pertanian satu (Haryono, Okto), kedokteran punya (Daniel, Lidya), pendaki cantik (Lidya, Hagar), our couple (Hagar, Okto), nyamuk (Lidya, Haryono, Daniel).

Melihat perlengkapan mereka yang sudah tidak memadai lagi untuk melanjutkan pendakian, mereka pun memutuskan untuk pulang. Semua dibereskan, tinggal gula merah dan sedikit air minum yang menjadi harapan perjalanan ini. Curamnya jalan yang mereka lalui sebelumnya, membuat mereka memutuskan untuk memutar mencari jalan yang lebih menungkinkan. Dan mereka tidak menyangka, ini juga menjadi pengalaman yang luarbiasa yang pernah mereka punya. Mengambil jalan ini adalah keputusan yang salah dan benar. Mengapa salah? Mengapa benar?

Salah, karena mengikuti jalanan ini mereka semakin tersesat dan tersesat dan tersesat tidak tahu kemana. Jalan yang mereka ikuti semula terlihat jelas, lambat laun sudak tidak nampak lagi. Dengan yakin Okto yang berada di depan menuntun mereka, dan meyakinkan mereka bahwa ini jalannya. Dan mereka terus berjalan dan berjalan. Sampai di tengah perjalanan, Daniel emosi dan mendudukkan diri, karena merasa perjalanan ini salah dan sangat tersesat. Tapi kembali Okto meyakinkan dari depan, dan Haryono dari belakang juga menyemangati supaya jalan terus. Kekurangan air membuat mereka dehidrasi, tidak adanya makanan semakin membuat mereka habis tenaga. Alhasil Lidya hampir tidak bisa bertahan lagi melanjutkan perjalanan itu, entah sudah berapa kali dia hampir jatuh, karena memang dia sudah sangat lemas dan pusing. Haryono yang berada di belakang tetap menemaninya, melihat yang di depan sudah agak jauh, Haryonopun sesekali berteriak supaya ditunggu. “ayo lid, lewat sini” adalah kata-kata yang keluar. Karena sudah sangat jauh lagi, Haryonopun terkadang mengambil jalan pintas yang aman dengan memperhitungkan kondisi Lidya. Tidak ada yang menyangka mereka tembus ke ladang kopi penduduk setempat, mereka diteriaki, mungkin dipikir maling. Tapi ketika mereka sampai di ladang kopi itu, ada yang aneh, Hagar kok tidak melanjutkan perjalanan? Haryono dan Lidya yang melihat itu merasa heran, bahkan dia mendorong-dorong Lidya yang sudah entah gimana itu. Haryono hampir marah, tapi apalah mau dikata, Hagar phobia kepada ulat bulu, dan area itu, sangat memungkinkan banyak ulat itu, jadi Haryono pun memanggil Okto untuk membantu Hagar. 

Ketika jumpa dengan warga setempat yang berada di ladang itu, semuapun dijelaskan. Dan merekapun bertanya kemana mereka berjalan untuk mendapatkan tumpangan. Arah ditunjukkan, dan katanya berjarak 200 meter. Tapi perasaan, itu sudah sangat jauhlah. Sepanjang perjalanan itu, Lidya harus dipapah untuk melanjutkan perjalanan, karena memang sudah sangat oyong. Mencari jalan pintas membawa entah kemana. Jera.

Jadi kenapa BENAR? Karena dengan mereka melewati jalur ini, mereka bisa menikmati danau toba dan alamnya dari side yang berbeda. Foto-foto mereka banyak di area ini, danau juga nampak dan padang rumput. Menambah kepuasan mereka, videopun tidak ketinggalan mereka buat. Semangat untuk berfoto tetap ada. Itu lah yang bisa membayar kecemasan mereka di tengah ketidakjelasan arah pulang tersebut.

Kendaraanpun mereka lihat, dan segera mereka jumpai pemiliknya dan menawar harganya. Ya ampun mahal kali ya, apakah sejauh itu mereka tersesat? 50ribu perorang. Tapi mereka tidak memperdulikan itu lagi, yang penting dapat dan segera pergi. Mereka membersihkan diri dulu sebelum berangkat. Banyak cerita yang menjadi rahasia dalam perjalanan ini, dan hanya hit me yang tahu. Dalam perjalanan mereka cerita panjang lebar, dan mengabadikannya dalam sebuah video. Mereka lah orang gila yang melakukan perjalanan tanpa bekal yang cukup.

 “Terimakasih Tuhan masih menjaga mereka sehingga bisa menemukan kendaraan ini dan pulang.” Mereka diantar hanya sampai untuk menemukan bus,. Sebelum mereka naik bus, mereka sempatkan mengisi tenaga dengan makan.

Perjalanan mereka lanjutkan dengan menaiki bus, mereka membantainya dengan tidur. Nyender sana sini, yang penting tidur. Ketika sudah sampai di pelabuhan, Haryono hampir jatuh, karena goyangan kapal, dan tenaga yang belum stabil. Begitulah perjalanan mereka sampai mereka pulang dari Parapat. Sempat ada rencana mereka sebelumnya singgah di Siantar lagi, sekalian ada yang nyuruh singgah, tapi sangat tidak memungkinkan lagi. Yang dalam pikiran mereka, bagaimana sampai dan istirahat. J

**********************************************
Sedikit panjangnya cerita ini, mengisahkan bagiamana pertemuan dan kebersamaan itu tidak perlu muluk-muluk. Kalau mau, ayok kita pergi. Bukan dengan hanya rencana dan renacana, dan akhirnya tidak jadi. Semua itu adalah awal dari terbentuknya grup kecil HIT ME. Bukan suatu kebetulan mereka bisa berkumpul dalam kelompok ini. Dalam beberapa kesempatan mereka kembali bertemu. Walau dengan latar belakang yang berbeda, jurusan yang berbeda. Tapi dengan itu semua membuat mereka semakin mengerti, perjalanan itu luar biasa. Hahaha. Intinya perjalanan itu sangat luar biasa untuk dikenang dan diceritakan kembali. Inisiatif dan tindakan dibutuhkan untuk mewujudkan sebuah rencana. Bukan hanya di dalam kepala, tapi dituangkan untuk dilakukan bersama...
Haryono J Siburian, Lidya Pratiwi Ulibasa Sibarani, Daniel Erickson, Okto P Sihombing, Hagar Sitompul. HITME adalah awal, dan akhirnya siapa yang tahu. Perjalanan masih sangat panjang di depan...
Sekarang tim mereka tambah satu orang, si kecil junita. Mudah marah juga anak yang satu ini. Ketua mereka yang sempat bergabung juga, ARI namanya, sudah pergi merantau. Begitulah adanya mereka. See you guys, and find next trip.
okto, hagar, daniel, lidya, haryono

 
junita malau
ari pareme simanullang
Salam Harjoshrian....

No comments:

LIRIK LAGU TERBARU ROHAKKU - JUN MUNTHE