Mereka
pun berencana untuk sarapan, lagi-lagi sesuatu ditunjukkan untuk mamatahkan
semangat mereka. Mengapa tidak? Periuk yang mereka bawa untuk memasak nasi,
bocor, kok bisa? Tidak tahu. Yang mereka tahu, Daniel sebagai orang yang
membawa periuk ada jatuh. Kemungkinan besar ketika dia jatuh, periuknya kena
batu dan jadi bocor. Tapi dari situ pun mereka kembali belajar dan bersyukur.
Apa yang akan terjadi kepada teman mereka Daniel kalau tidak ada periuk itu? Mereka
tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi, yang pasti akan sangat
berbahaya. Dengan peralatan seadanya, pop mie menjadi pilihan terakhir dan
pilihan satu-satunya untuk mereka makan. Air tinggal sedikit, harus mereka cukupkan.
Malam tidak makan, pagi hanya makan popmie, dan untuk perjalanan selanjutnya mereka
tidak tau mau berbuat apa.
Sarapan
selesai, mereka pun naik sedikit untuk melihat keadaan. Betapa kami tidak bersyukur, bertanah air kaya dan subur, lautnya luas
gunungnya megah. Wah sangat bagus ketika mereka naik ke atas, pemandangan
danau toba yang di depan mereka, looking nya sangat bagus. Wahhh. Segera mereka
bersiap-siap untuk berfoto. Ketika mereka hendak berfoto, kembali semangat mereka
dipatahkan, kabut menutupi danau dan pulaunya. Latar yang sangat bagus tadi
tiba-tiba saja menghilang ditelan kabut. Sangat kesal melihat kondisi seperti
ini, apa yang bisa mereka dapatkan dengan ini semua, arggghhhhh. Melihat ke
bukit selanjutnya, ternyata bendera batak sudah kelihatan, tapi mereka tidak
mungkin lagi melanjutkan perjalanan mereka dengan kondisi seperti ini. Untuk
menghilangkan kekesalan mereka, mereka berfoto-foto, dan membuat video nyamuk,
video puncak pusuk buhit tapi kabut. J
Banyak sebutan dalam tahap ini, tiga tangguh (Okto, Daniel, Haryono), pertanian
satu (Haryono, Okto), kedokteran punya (Daniel, Lidya), pendaki cantik (Lidya, Hagar),
our couple (Hagar, Okto), nyamuk (Lidya, Haryono, Daniel).
Melihat
perlengkapan mereka yang sudah tidak memadai lagi untuk melanjutkan pendakian,
mereka pun memutuskan untuk pulang. Semua dibereskan, tinggal gula merah dan
sedikit air minum yang menjadi harapan perjalanan ini. Curamnya jalan yang mereka
lalui sebelumnya, membuat mereka memutuskan untuk memutar mencari jalan yang
lebih menungkinkan. Dan mereka tidak menyangka, ini juga menjadi pengalaman
yang luarbiasa yang pernah mereka punya. Mengambil jalan ini adalah keputusan
yang salah dan benar. Mengapa salah? Mengapa benar?
Salah, karena mengikuti jalanan ini mereka semakin
tersesat dan tersesat dan tersesat tidak tahu kemana. Jalan yang mereka ikuti
semula terlihat jelas, lambat laun sudak tidak nampak lagi. Dengan yakin Okto
yang berada di depan menuntun mereka, dan meyakinkan mereka bahwa ini jalannya.
Dan mereka terus berjalan dan berjalan. Sampai di tengah perjalanan, Daniel
emosi dan mendudukkan diri, karena merasa perjalanan ini salah dan sangat
tersesat. Tapi kembali Okto meyakinkan dari depan, dan Haryono dari belakang
juga menyemangati supaya jalan terus. Kekurangan air membuat mereka dehidrasi,
tidak adanya makanan semakin membuat mereka habis tenaga. Alhasil Lidya hampir
tidak bisa bertahan lagi melanjutkan perjalanan itu, entah sudah berapa kali
dia hampir jatuh, karena memang dia sudah sangat lemas dan pusing. Haryono yang
berada di belakang tetap menemaninya, melihat yang di depan sudah agak jauh, Haryonopun
sesekali berteriak supaya ditunggu. “ayo lid, lewat sini” adalah kata-kata yang
keluar. Karena sudah sangat jauh lagi, Haryonopun terkadang mengambil jalan
pintas yang aman dengan memperhitungkan kondisi Lidya. Tidak ada yang menyangka
mereka tembus ke ladang kopi penduduk setempat, mereka diteriaki, mungkin
dipikir maling. Tapi ketika mereka sampai di ladang kopi itu, ada yang aneh, Hagar
kok tidak melanjutkan perjalanan? Haryono dan Lidya yang melihat itu merasa
heran, bahkan dia mendorong-dorong Lidya yang sudah entah gimana itu. Haryono
hampir marah, tapi apalah mau dikata, Hagar phobia kepada ulat bulu, dan area
itu, sangat memungkinkan banyak ulat itu, jadi Haryono pun memanggil Okto untuk
membantu Hagar.
Ketika
jumpa dengan warga setempat yang berada di ladang itu, semuapun dijelaskan. Dan
merekapun bertanya kemana mereka berjalan untuk mendapatkan tumpangan. Arah
ditunjukkan, dan katanya berjarak 200 meter. Tapi perasaan, itu sudah sangat
jauhlah. Sepanjang perjalanan itu, Lidya harus dipapah untuk melanjutkan
perjalanan, karena memang sudah sangat oyong. Mencari jalan pintas membawa
entah kemana. Jera.
Jadi
kenapa BENAR? Karena dengan mereka melewati jalur ini, mereka bisa menikmati
danau toba dan alamnya dari side yang berbeda. Foto-foto mereka banyak di area
ini, danau juga nampak dan padang rumput. Menambah kepuasan mereka, videopun
tidak ketinggalan mereka buat. Semangat untuk berfoto tetap ada. Itu lah yang
bisa membayar kecemasan mereka di tengah ketidakjelasan arah pulang tersebut.
Kendaraanpun
mereka lihat, dan segera mereka jumpai pemiliknya dan menawar harganya. Ya
ampun mahal kali ya, apakah sejauh itu mereka tersesat? 50ribu perorang. Tapi mereka
tidak memperdulikan itu lagi, yang penting dapat dan segera pergi. Mereka
membersihkan diri dulu sebelum berangkat. Banyak cerita yang menjadi rahasia
dalam perjalanan ini, dan hanya hit me yang tahu. Dalam perjalanan mereka
cerita panjang lebar, dan mengabadikannya dalam sebuah video. Mereka lah orang
gila yang melakukan perjalanan tanpa bekal yang cukup.
“Terimakasih Tuhan masih menjaga mereka
sehingga bisa menemukan kendaraan ini dan pulang.” Mereka diantar hanya sampai
untuk menemukan bus,. Sebelum mereka naik bus, mereka sempatkan mengisi tenaga
dengan makan.
Perjalanan
mereka lanjutkan dengan menaiki bus, mereka membantainya dengan tidur. Nyender
sana sini, yang penting tidur. Ketika sudah sampai di pelabuhan, Haryono hampir
jatuh, karena goyangan kapal, dan tenaga yang belum stabil. Begitulah
perjalanan mereka sampai mereka pulang dari Parapat. Sempat ada rencana mereka
sebelumnya singgah di Siantar lagi, sekalian ada yang nyuruh singgah, tapi
sangat tidak memungkinkan lagi. Yang dalam pikiran mereka, bagaimana sampai dan
istirahat. J
**********************************************
Sedikit
panjangnya cerita ini, mengisahkan bagiamana pertemuan dan kebersamaan itu
tidak perlu muluk-muluk. Kalau mau, ayok kita pergi. Bukan dengan hanya rencana
dan renacana, dan akhirnya tidak jadi. Semua itu adalah awal dari terbentuknya
grup kecil HIT ME. Bukan suatu kebetulan mereka bisa berkumpul dalam kelompok
ini. Dalam beberapa kesempatan mereka kembali bertemu. Walau dengan latar
belakang yang berbeda, jurusan yang berbeda. Tapi dengan itu semua membuat mereka
semakin mengerti, perjalanan itu luar biasa. Hahaha. Intinya perjalanan itu
sangat luar biasa untuk dikenang dan diceritakan kembali. Inisiatif dan
tindakan dibutuhkan untuk mewujudkan sebuah rencana. Bukan hanya di dalam
kepala, tapi dituangkan untuk dilakukan bersama...
Haryono J Siburian,
Lidya Pratiwi Ulibasa Sibarani, Daniel Erickson, Okto P Sihombing, Hagar Sitompul. HITME adalah awal, dan akhirnya siapa yang tahu.
Perjalanan masih sangat panjang di depan...
Sekarang
tim mereka tambah satu orang, si kecil junita. Mudah marah juga anak yang satu
ini. Ketua mereka yang sempat bergabung juga, ARI namanya, sudah pergi
merantau. Begitulah adanya mereka. See you guys, and find next trip.
okto, hagar, daniel, lidya, haryono |
junita malau |
ari pareme simanullang |
Salam
Harjoshrian....
No comments:
Post a Comment