Waktu
sudah ditentukan untuk berangkat, mereka berencana berangkat dari rumah Okto di
Siantar, tepatnya MARJANDI. Dari sana mereka akan pergi ke Tigaras menuju
lokasi. Dari beberapa orang diantara mereka, ada yang tidak jujur dengan
permisi keberangkatannya, yaitu Lidya dan Daniel. Tidak enak juga sih dengan
ketidakterbukaan mereka, tapi ya sudahlah, yang penting mereka bisa pergi dan
ikut. Di Siantar rencananya Okto menjemput dari loket bus yang mereka tumpangi.
Tapi di tengah perjalanan, rencana berubah, karena kondisinya juga hujan,
bapakknya Okto menyuruh mereka untuk mandiri, pas juga sih, tapi mereka memang
tidak tahu lokasi ini. Berdasarkan petunjuk, mereka pun pergi ke simpang
marjandi. Okto sudah menuggu mereka disana. Dalam perjalanan, karena sinyal
sudah mau hilang, mereka menyempatkan membuat grup chat di line, dengan nama HIT
ME, supaya lebih mudah saling bertukar info, apalagi satukan kekuatan, foto.
Panjang memang perjalanan ini, tapi terbayarkan karena sudah sampai ke rumah Okto.
Mereka
pun bercerita sedikit dengan keluarga, dan segera beberes, makan, mandi dan
lain-lain. Mereka membicarakan ulang teknis mereka untuk trip besoknya. Karena
tidak masuk akal lagi, alias tidak tepat lagi pembicaraannya sekarang. Mereka
pun berencana istirahat. Tapi sebelum itu, mereka melakukan game, dengan
taruhan harus menjawab pertanyaan yang menang, dan Haryono tahu arah permainan
ini, karena dia punya rahasia menarik yang tidak dibicarakan kepada tim. Yang
lain pun bersekongkol untuk mengalahkan Haryono. Namanya juga games kejujuran,
ya dijawab dengan jujurlah, dan clue yang sangat menguatkan mereka pun
terjawab, dan rahasia haryono pun terbongkar, hadeuhhhh... Mengingat perjalanan
mereka akan panjang dan berat, merekapun segera istirahat. Mereka semua
sama-sama di luar, hahaha.
Semua
terlelap, tapi di tengah malam Haryono terbangun karena sepertinya ada yang
mengganggu-ganggu. Terang saja, si Hagar tidak bisa tidur, jadi dia berusaha
mencari teman supaya tidak sepi. Hagar tidak bisa tidur di tempat baru, padahal
itu nanti kan jadi tempat tinggalnya juga, hahahah.
Pagi
hari muncul, rencana yang sudah direncanakan sebentar lagi akan
diwujudnyatakan. Mereka segera beberes, dan mempersiapkan bekal makanan dan
perlengkapan. Tidak lupa sebelum mereka berangkat, mereka berfoto dengan
orangtua Okto, karena setelah pulang nanti, mereka tidak sempat untuk singgah
lagi ke rumah, mereka pun pamit dengan doa. Perjalanan itu sangat panjang, naik
bus, kapal, bus, becak, begitulah tahapannya. Semangat mereka masih full
sebelum hujan yang meragukan mereka dan waktu yang seperti sudah kelamaan untuk
mendaki. Ketika mereka berada di kaki pusuk buhit, sangat semangat rasanya,
ternyata pendakian ini bisa dilaksanakan dan akan terjadi sebentar lagi.
Memulai
semua itu dengan ketergesa-gesaan tidak ada gunanya, sabar dan pandang ke
depan, supaya tidak jatuh. Mereka pun mulai naik, masih baru mereka berjalan,
pendaki yang turun menakut-nakuti mereka. Bagaimana tidak, mereka mau naik, pendaki
lainsudah turun. Hujan badai diatas, kata salah seorang di atasnya. Tapi ada
satu kelompok yang membuat mereka semangat.
“dari
organisasi mana? Kampus atau luar kampus? Atau sendiri?” tanya orang itu
“bukan
dari kampus atau organisasi bang, kami berangkat sendiri”, sahut salah satu
dari mereka.
“darimana?”
“dari
medan bang”
“samalah
kita berarti dari medan. Semangatlah, di atas milik kalian sekarang. Mantaplah
memang kalian”.
Tidak
menyangka di sela-sela kebingungan mereka akan cuaca dan waktu, ada yang
menyemangati. Sudah dua jam mereka berjalan, arah sudah mereka tanya, kok tidak
terasa mendaki? Kok jauh kali ya? Ketika dalam perjalanan, hujan berkali-kali
megguyur mereka, dan hanya Haryono yang tidak menggunakan mantel, alhasih dia
yang yang basah. Teman-teman nya yang lain marah kepada Haryono, karena
mengabaikan untuk membeli mantel hujan yang hanya harga 15ribu. Haryono yang membawa
perlengkapan pula, kalau yang dibawanya basah, mau dimana nanti tidur? Akhirnya
dia pun bergantian dengan Okto untuk membawa tas carier yang berat itu.
Terang
mulai menghilang, jam sudah menunjukkan segera memasuki dunia malam. Mereka
istirahat sebentar karena jalan yang mereka tuju mulai bercabang, dan tidak ada
jalan yang jelas untuk menuju lokasi, apalagi tidak ada lagi orang yang mau
ditanya. Setelah cukup istirahatnya, mereka pun melanjutkan perjalanan, Okto
yang menjadi pemimpin di depan menentukan jalan yang akan mereka tempuh. Ibarat
memotong jalan, tapi sepertinya tidak, karena itulah tantangannya. Mereka mulai
mendaki ke atas, gelap sudah menyapa mereka, senter segera dikeluarkan. Lelah
iya, takut juga sangat. Haryono menjaga di bagian belakang, Okto di bagian
depan, Hagar Lidya dan Daniel di tengah. Beberapa kali mereka hampir jatuh, dan
sempat ada yang tergelincir. Mereka semakin takut, dan takut. Hujan juga tidak
mau berhenti. Mendaki di tengah kegelapan dengan cuaca yang sebenarnya sangat
tidak mendukung. Hagar mulai sangat takutt dan menangis, karena Haryono yang
paling belakang, dia pun menyemangati Hagar, supaya melanjutkan perjalanan. Hagarpun
menyeka kesedihannya dan melanjutkan perjalanan.
(bersambung) Kelompok HIT ME (4) Pengalaman Luarbiasa 2
(bersambung) Kelompok HIT ME (4) Pengalaman Luarbiasa 2
No comments:
Post a Comment