Pertanyaan itu begitu mendengu bagiku. Seakan akan mengoyak daj mengorek diriku. Inginku bertanya mengapa begitu. Tapi pertanyaan itu tetap membalikkan pertanyaanku.
Semalam juga. Temanku gak tau kemana. Balas chat ku lama kali. Udah ku prediksi sih dia pulang bareng yang ngejar2 dia itu. Dan tadi dia cerita mengenai itu lagi. Rasa kesalku makin nambah. Kau kok gtu sih dek dalaam hatiku. Tapi kenapa aku marah? Apa hakku disitu? Layakkah aku marah. Memang sih tiap dia jumpa dengan yang ngejar dia itu,chatku pasti gak dibalasnya. Gak tau kenapa. Senyaman itu dia ya samaanya walaau pertama kali dia sangat ketakutan dengan cowok itu. Layyakkah aku marah? Jawabannya tidak.
Yang ku doakan mendoakan yang lain wajaar. Temaanku bosan dan jalan sama yang ngejar dia dan gak balas chatku samaa sekali. Wajar juga aku kan gak taumau bahas aapa dia nya. Tidak layak aku marah kepada kehidupan mereka?
Jadi kenapa seperti itu? Setelah ku selidiki, aku memang cemburu. Dan itu tidak boleh seharusnya. Cemburu dengan yang ku doakan. Cemburu dengan teman yanh meniadakan aku. Itu tidak boleh.
Layakkah kau marah? Adalaah pertanyaan Allah kepada yunus. Ketika Allah tidak jadi menghukum niniwe. Layakkah yunus marah? Tidak layak.
Begitu juga dengan diriku. Sangat tidak layak untuk marah...
Kisah yunus berapa kali menegurku tahun ini.
Layakkah kau marah?
Tidak.
Salam haarjoshrian...
No comments:
Post a Comment