Wednesday, September 7, 2016

Kelompok HIT ME (2) Perlengkapan Mendaki

Seperti halnya yang telah dibicarakan Okto kepada Haryono, akhirnya keinginan ini pun diutarakan kepada tim. Okto dan Haryono berpikir kalau rencana ini akan ditolak mentah-mentah oleh yang lain, tapi ternyata tidak, mereka merespon dengan positif. Karena medannya bukan sembarangan, makanya perlu pembicaraan yang intens dan serius untuk rencana ini. Kosan Haryono pun menjadi tempat basebamp untuk berkumpul dan membicarakan perencanaan. Waktu sudah ditetapkan, rencana sudah dimatangkan. Perlengkapan dan stamina yang belum. 

Hampir diantara mereka tidak ada yang berpengalaman dalam hal pinjam meminjam perlengkapan mendaki, kamp, dan lain-lain. Sebenarnya tempat peminjaman sudah lama mereka cari dan memang ada dan lengkap. Tapi dasar tidak pernah, mereka tidak membookingnya jauh-jauh hari. Mereka mencari dan berusaha meminjam ke tempat lain. Mereka mencarinya satu hari sebelum harinya, dan pada waktu itu adalah libur dan hari terjepit, semua tempat mereka cari, tidak ada lagi yang tersisa, semua sudah disewakan dan sudah dibooking. Jadi mereka mau pake apa? Haryono yang notabene anak kehutanan, berusaha mencari link kesana kemari melalui media komunikasi, tapi lagi-lagi tempat yang dianjurkan teman-temannya sudah mereka datangi. Sempat timbul pesimisme, jadinya kita berangkat besok woi? Mereka pun mencari keliling-keliling berharap ada tempat yang masih menyewakan. Sampai ke jalan sisingamangaraja mereka cari tidak ada juga. Mereka pun semakin kesal, karena Okto tidak ikut mencari seperti ingin terima beres. Akhirnya ada sedikit titik terang, tapi kepastiannya besok, mereka pun meng iya kan saja. Karena memang tinggal itu lah harapan satu-satunya. Sambil makan bakso mereka membicarakan kembali. Fix lah menunggu kepastian yang satu ini, dan kemungkinannya siang, yang membuat mereka bimbang dan ragu. Okto tidak di medan, lha mereka juga sudah lelah. Belum lagi sepatu mendaki tidak ada. Huh, lengkap lah.

Haryono dan Lidya mengajak Daniel dan Hagar ke pajak sukarame untuk mencari sepatu, karena kata Okto disitu harganya murah, tapi bukanya malam-malam. Terang saja memang sangat murah-murah sepatu disitu. Yang bekas memang, tapi masih sangat bagus. Mereka mencari-dan mencari. Haryono yang sudah agak tau tentang sepatu yang bagus untuk digunakan, tidak menemukan yang pas di hati, hanya Lidya lah yang menemukan miliknya. Bingung lah Haryono dengan nasibnya seperti ini. Mereka pun pulang, dan menyerahkan apa yang terjadi besok, biarlah terjadi besok.

Semuanya pasti mencari cara supaya rencana yang sudah direncanakan jauh-jauh hari itu akan terealisasikan/terjadi. Tenda tidak ada? Sleeping bag? Apalagi? Kompor? Haryono tidak tinggal diam melihat ketidakjelasan tidak adanya alat-alat itu. Dia adalah orang kehutanan, pasti punya teman yang memiliki peralatan itu, tapi sayang, temannya yang punya sudah tamat dari studi nya. Tinggal satu orang lagi harapan, fransiskus sihombing. Haryono tahu dia memiliki tenda dan peralatan lainnya, tapi tadi siang dia mengatakan tidak ada alias tidak cocok untuk mereka gunakan. Tapi ah sudahlah, Haryono pun pergi menjumpai frans ke kamarnya. Haryono mengatakan semua upaya yang sudah dillakukan, dan memang tidak ada lagi. Franspun memberikan tendanya, memang tidak sesuai harapan, tapi bisa lah digunakan, beserta peralatan lainnya. Mereka tetap menyewanya. Haryono segera mengabari, dan perlengkapan perangpun akhirnya lengkap.

No comments:

LIRIK LAGU TERBARU ROHAKKU - JUN MUNTHE