Sudah
jauh perjalanan mereka, Haryono yang berada di bawah sangat takutt sebenarnya.
“Bagaimana kalau aku terpleset dan jatuh ke bawah? Siapa yang akan menolongku?
Mereka semua ada di depan.” Sesekali Haryono menyenter ke belakangnya, sangat
sangat gelap, sama sekali tidak nampak jalanan yang sudah mereka tempuh dan
selesaikan. Tiba-tiba...
“
woi apa yang di depan kalian itu?”, teriak Haryono. Haryono melihat seperti ada
sesosok yang menakutkan dengan kepala dan tanduk. Tidak mungkin ada hewan bisa
mendaki sejauh ini dari bawah pikirnya. Karena merasa dihiraukan, dia pun
berteriak sekali lagi.
“Okto,
awas yang di depanmu itu”,. Ternyata Okto sudah melihatnya tadi. Yang di
belakang juga merasa ketakutan, apaan kah itu?
Ternyata
ada kerbau. Haryono berpikir, kerbau siapa bisa naik setinggi ini, mengingat
jalanan yang mereka tempuh itu sangat sulit. Apakah itu penjga tempat ini pikirnya
lagi. Ketika mereka sudah mendekatinya, Haryono takut kaalau kerbau itu akan
menyerang. Temannya datang lagi, jadi dua ekor. Ketika mereka melewatinya,
kerbau itu ikut naik. Takut pun semakin menjadi sebelum kerbau itu berhenti.
Setelah mereka naik lagi, Haryono mengarahkan senter ke belakang lagi,
kerbaunya sudah mnejadi tiga. Sangat-sangat aneh menurutnya.
Mereka
sudah fokus untuk mencari tempat istirahat dan memasang tenda, tapi tidak juga
ditemukan. Akhirnya ada yang mengusulkan untuk berdoa di tengah kebingungan dan
ketidakberdayaan mereka. Mereka serahkan semuanya kepada Tuhan. Mereka tidak
tau lagi mau berbuat apa. Seandainya tidak hujan, mereka masih bisa melanjutkan
perjalanan ini. Tapi hujan sudah membasahkuyupkan mereka, menggigil, pasti.
Setelah mereka berdoa, praise the Lord, tidak selang berapa lama, mereka
menemukan tempat yang lumayan landai, dan karena jalan tidak nampak lagi, mereka
pun memutuskan memasang tenda di situ.
Perjuangan
belum selesai sampai disitu saja. Memasang tenda juga menjadi tantangan
sendiri, karena mereka membawa tenda yang bentuk prisma. Mereka harus membawa
kayu tadi, dan sekarang mereka harus mendirikan tenda dengan kayu itu. Sangat
susahnya menembus tanah untuk menancapkan pengait tendanya membuat mereka
semakin kewalahan. Ketika memukul dengan batu supaya kayunya masuk, tanganpun
tidak sanggup lagi, tangan menggigil, arah pukulan tidak jarang melenceng dari
sasaran. Alas mereka sudah tergenang air juga. Tidak tau lagi mau berbuat apa.
Memang untuk jaga-jaga seharusnya mereka membawa matras untuk menjadi alas.
Tenda
sudah berdiri, tapi berdiri seadanya saja. Tidak kuat sebenarnya, karena sangat
sulit menancapkan pengait tendanya, berbatu-batu ternyata lokasi mereka.
Sudahlah, mereka mau istirahat, menghangatkan diri dari dinginnya malam ini
karena hujan yang seakan tidak setuju dengan kedatangan mereka. Hagar dan Lidya
pertama masuk untuk berganti pakaian di dalam. Ketika mereka selesai, giliran Haryono,
Okto, dan Daniel masuk dan berganti pakaian. Karena diluar juga hujan dan
dingin. Hagar dan Lidya tetap di dalam. Tenda mereka sebenarnya besar, tapi
karena kurang tepat untuk pemasangannya jadi kurang bagus. Perempuan pastinya
berbalik arah, dan mereka pun segera berganti pakaian. Makanan tidak ada lagi,
hahaha. Mereka sangat tidak beruntung untuk trip ini.
Mereka
ambil sleeping bag, mereka pakai satu-satu. Lumayanlah untuk mengurangi
kedinginannya, walau hanya untuk sementara. Mereka pun memutuskan untuk tidur,
tapi apa daya. Tempat mereka sudah basah duluan tadi, akhirnya mereka pun jadi
terbangun. Dari semua mereka, hanya Daniellah yang paling safety.
Ketika
mereka terbangun, mereka berpikir sudah jam 5 pagi, tapi ternyata masih jam 1.
Ya Tuhan, apa-apaan ini. Perasaan Haryono sudah sangat lama lah tidur sampai
terbangun karena dingiinnya kakinya itu. Ternyata Hagar dan Okto tidak ada
tidur juga karena dinginnya. Yang haryono tau dalam kondisi seperti ini, mereka
harus istirahat, karena masih harus melakukan perjalanan jauh, kaki mereka
tidak boleh kedingingan dan capek. Tapi apa daya, ini lah yang terjadi, mereka
kedingingan. Daniel kedingingan kah?
Mereka
pun jadi bercerita-cerita untuk menghilangkan kedinginan, kembalilah haryono
yang dibahas, nasib yang punya rahasia, selalu menjadi topik. Habis Haryono, Daniel
lah yang ditanya-tanya, karena Daniel juga masih rahasia, hahahah. Bagaimana menghangatkan diri supaya tidak kedinginan menjadi fokus mereka malam itu. Mereka rubah posisi,
tapi tetap saja. Mencoba tidur lagi, tidak bisa. Begitulah sampai jam lima
pagi, sampai mereka memutuskan untuk saat teduh bersama. Lagu yang dinyanyikan
amazing grace/ajaib benar, iyanya tahe? Semua sama-sama merenung, dan Haryono
memiliki ketakutan tersendiri saat itu, jangan sampai dia sakit menggigil.
Waktu
tetap berjalan, mereka malas keluar, karena dingin. Hujan memang sudah tidak
ada lagi. Ketika mereka keluar, mereka sangat-sangat terkejut melihat apa yang mereka
lewati. “Benarkah ini jalanan yang kita lewati semalam? Ibarat jurang yang
sangat dalam, sepertinya kita mengambil jalan yang salah, pintas tapi sangat
curam. Pantas saja kita semalam sering terjatuh, bahkan seperti memanjat
tebing, yang akhirnya semua itu dijawab dengan tampilnya layar pagi hari ini.”
Tenda mereka? Aduhai, tidak layak lah, tapi
itu sudah menolong mereka juga. Dan posisinya/letak tendanya, ternyata dekat tebing, kalau mereka
jalan sedikit saja, kemungkinan mereka akan jatuh. Sungguh-sungguh luar biasa
penyertaan Tuhan, di tengah kesusahan mereka, tetap dijagaiNya. Tidaklah
mungkin mereka ditinggalkan.
No comments:
Post a Comment