Hiduplahseorang anak dengan ibunya. Sebut saja namanya Erik. Erik masih berusia limatahun, dan sangat senang melihat ibunya. Mereka hidup pas-pasan dan terkadang
sangat kekurangan. Ibunya bekerja sebagai buruh, baik itu buruh di ladang, di pasar
tradisional, maupun sebagai buruh cuci. Erik senang-senang saja karena dia
masih bisa makan. Dia senang bermain-main, meskipun harus menunggu ibunya
pulang dari kerja karena dia tidak memiliki teman di tempat tinggalnya.
Suatu
hari sang ibu kurang beruntung ketika Erik udah berusia enam tahun. Sang ibu
sudah jarang mendapatkan pekerjaan, hanya buruh ke pasar tradisional yang
menjadi andalannya sekarang. Ketika sang ibu pergi bekerja, Erik lupa diberi
makan oleh ibunya sehingga dia sangat lapar ketika ibunya pulang. Tepat pukul
lima sore ibunya pulang, Erik sangat senang melihat kantongan plastic berisi
makanan yang dibawa ibunya. Dia langsung meminta dengan manja. Karena ibunya
melihat erik sudah sangat kelaparan, ibunya memberi nasi yang hanya sebungkus
dibelinya itu. Erik melahapnya dengan lahap tanpa mengajak sang ibu untuk ikut
makan. Walaupun lelah dan sangat lapar, ibunya hanya bisa tersenyum karena bisa
melihat anak kesayangannya makan.
Hari
demi hari berlalu, kejadian yang serupa sering berlanjut. Hingga Erik masuk
sekolah tingkat menengah pertama. Ketika dia pulang sekolah dia tidak ada mendapati
makan siang. Dia jadi emosi kepada ibunya, karena kejadian ini sangat sering
terjadi. Pukul lima sore, ibunya pun pulang dari kerja seperti biasa dengan
nasi di kantongan plastic dan lagi-lagi hanya sebungkus. Sang ibu memberikan kepada
anaknya dan berharap nasi itu dibagi dua, tapi erik tidak mengajak ibunya
makan. Dalam hatinya sang ibu pasti sudah makan dari pajak (pasar tradisional),
gak mungkin lah ibuku dari pajak gak makan, ujarnya dalam hatinya. Walaupun itu
sangat salah.
Kejadian
yang samapun terjadi lagi diwaktu dia kelas tiga SMA. Erik sudah sangat lapar
pulang dari sekolah, tapi tidak bisa makan karena tidak mendapat apa-apa di
rumah. Dia pun pergi ke tempat ibunya bekerja sebagai buruh di pajak dengan
bermaksud marah kepada ibunya. Tapi belum sampai Erik ke tempat ibunya, dia
melihat dari jauh seorang ibu mengangkat karung dari plastic dengan muatan
penuh, ibu itu sangat kelelahan mengangkat itu semua, tapi dengan sabar dia
melakukan itu semua. Alangkah terkejutnya dia, ketika melihat ternyata itu
dalah ibunya, yang selama ini sangat menyayanginya. Erik hanya bisa menangis
dalam hatinya, ingin dia membantu sang ibu, tapi dia ingin melihat lagi apa
yang dilakukan ibunya.
Dari
siang hari dia mengikuti sang ibu, dan melihat semua kegiatannya. Tidak ada
kesempatan dia istirahat, dan makan pun belum. Tibalah sore hari, dia membeli
nasi tapi hanya sebungkus. Erik jadi bertanya-tanya, kok Cuma sebungkus? Jadi buatku?
Dia jadi bingung.
Sang
ibupun sampai di rumah, tapi kali ini dia tidak mendapati anak yang dikasihinya
di rumah. Ingin dia memakan nasi yang dibelinya tadi, tapi diurungkannya karena
itu buat anaknya juga. Sebagian upah hasil kerjanya dia simpan, dan sudah
banyak dia kumpulkan. Erik melihat semua itu, dan masih bertanya-tanya.
Ketika
dia memasuki rumah, dia pura-pura tidak tahu apa yang terjadi. Dia bersikap
biasa saja, walaupun dalam hatinya menangis dan ingin memeluk sang ibu. Sang ibu
seperti biasa memberikan nasi yang dibelinya itu. Kali ini Erik menawarkannya
kepada ibunya. Tapi sang ibu menolak sambil berkata kalau dia sudah makan. Erik
pun tak bisa menahan air matanya lagi. Dia mengatakan semua apa yang dilihatnya.
Sang ibu hanya bisa memeluk anaknya itu, dan tetap tegar sambil berkata itu
semua supaya kamu sehat dan bisa sukses anakku. Mereka pun makan bersama dengan
nasi dibagi dua. Semenjak hari itu, dia semakin menyayangi ibunya itu.
Erik
belajar keras untuk bisa lulus SMA dan berusaha keras supaya lulus PTN dengan
beasiswa. Tiba di pengumuman, dia berhasil mendapatkan itu semua. Dia pun
memberitahunya kepada ibunya yang sudah terlihat sangat tua karena bekerja
keras selama ini. Ibunya pun sangat senang akan semua itu.
Tiba
lah hari keberangkatan Erik ke tempat perkuliahannya. Saatnya dia berpamitan
dengan sang ibu. Ibunya memberikan beberapa pasang pakaian dan peralatan lain
dan uang sebagai pegangan hasil kerja kerasnya selama ini. Erik hanya bisa
menangis menerima semua itu. Dan mengatakan kalau dia sangat mengasihi ibunya. Dalam
hati dia berkata aku tidak akan menyia-nyiakan kerja kerasmu selama ini ibu. Aku
akan berjuang membuat engkau bahagia di hari tua mu ini. Ketika dia dalam bus,
dia bingung dan kasihan kepada ibunya karena tidak ada lagi yang menemaninya di
masa-masa sulitnya. Tapi dia berdoa kepada Tuhan”Jagailah ibuku ya Tuhanku,
peganglah tangannya ketika dia jatuh, Hibur hatinya ketika dia bersedih ataupun
merindukanku. Karena ku tahu, hanya Kau yang sanggup melakukan itu, kepadaMu ku
serahkan semua, dalam Nama AnakMu Tuhan Yesus Kristus, hamba berdoa. Amin”.
Erik pun pergi meninggalkan ibunya…
apakah kau menyayangi ibumu. kita yang mungkinlagi menuntut studi di perantauan, apakah sudah pernah membahagiakan ibu kita yang sangat menyayangi kita. Jangan sia-siakan Kesempatan yang ada. Ibu kita sangat menyayangi kita.
Salam HarJoshRian
baca juga yang mirip===>disini
No comments:
Post a Comment