Salah
Arah
Anak kehutanan biasanya pernah
belajar tentang navigasi darat. Supaya ketika masuk hutan nantinya, dan tidak
ada yang membantu untuk bisa dibuat menjadi arah, sehingga dia tetap tidak
tersesat. Dan orang yang tersesat dalam kota karena tidak tahu lagi arah ke
tempat tujuannya, pasti akan bertanya kepada orang sekitar yang bisa
menunjukkan dia arah, atau dia bisa bertanya kepada om google.
Banyak sekali hal yang bisa
membuat kita salah arah. Apakah kalian pernah menyadari hal itu? Ketika kalian
mulai hilang arah, kalian akan berusaha mencari jalan keluar, dan kalau kalian
tidak bisa melakukannya sendiri, kalian akan mulai bertanya, dan berusaha
sangat keras supaya keluar dari zona tanpa arah itu.
Begitu jugalah dalam kehidupan
ini. Siapa dari antara kalian, yang dulunya baik, penurut, rajin beribadah,
tapi sekarang entah gimana. Sangat berantakan, ingin membuang sifat masa lalu
karena kelihatannya jadul. Dan ketika kalian sudah sampai ke titik puncak, dan
anda mulai merasa. Sudah berapa lama aku tersesat di jalan ini? Apa yang telah
ku lakukan? Kenapa aku bisa seperti ini? Sehingga anda mulai mencari jalan
keluar dari masalah anda, supaya bisa kembali ke masa dulu. Ke arah yang
menurut anda benar. Anda pun berusaha dengan sebaik mungkin agar bisa ke tempat
terbaik itu. Tapi..... apa yang terjadi? Ketika seminggu anda berhasil seperti
kembali lagi, walaupun sebenarnya tidak, anda pun kembali ke titik puncak itu.
Anda kembali lagi bertanya
akan hal yang sama kembali, anda ingin kembali ke tempat yang lebih baik itu.
Sekarang anda tidak dengan kekuatan anda sendiri, tapi anda bertanya kepada
orang lain. Anda pun bertemu dengan seseorang yang di luarnya sangat baik, tapi
dalamnya tidak ada yang tahu. Dia hanya tahu berbicara, tapi tidak pernah
sesuai dengan tindakannya. Banyak sekali yang dikatakannya, sehingga sangat
menginspirasi anda untuk berubah. Anda mulai merasa lebih baik, tapi seminggu
kemudian, anda melihat orang yang anda tanyai tadi sangat tidak sesuai dengan
apa yang dikatakannya. Andapun mulai mengutukinya, dan tanpa terasa anda
kembali ketitik puncak itu.
Saat ini, anda tidak mau
melakukan hal itu lagi, karena ternyata semua orang sama saja menurut anda.
Tanpa disengaja, anda melewati sebuah gereja, dan mendengar lagu pujian
dinyanyikan. Seperti ada yang menarik anda untuk memasuki bait suci itu. Tapi
anda berusaha menolak, dan anda berhasil lari dari tempat itu. Sesampainya di
rumah anda, anda pun melihat sebuah Alkitab terletak di atas meja dengan debu
yang sudah menebal. Ada yang menggerakkan anda untuk membacanya. Anda pun
membacanya, dan merasakan seperti nyaman, damai dan tenteram. Anda menjadi
punya hobby yang baru, baca alkitab, nyanyi lagu rohani, apapun itu yang berbau
rohani, anda tidak mau ketinggalan sama sekali.
Tapi titik puncak itu datang
kembali, anda kembali melakukan yang tidak sesuai dengan diri anda yang
sekarang,tapi apa yang anda ingin tinggalkan anda lakukan lagi. Anda pun
memutuskan untuk konsultasi kepada seorang pendeta tentang masalah anda. Anda
juga menceritakan apa yang sudah anda lakukan belakangan, bagaimana anda sangat
taat, atau kelihatannya sangat taat.
Si pendeta pun mulai
berbicara. Apa bedanya dirimu yang terakhir dengan orang yang kamu tanyai dulu,
yang anda lihat ketika dia jatuh? Begitulah anda. Segala sesuatu yang tidak
dibangun dengan pondasi yang sangat kokoh, pasti akan roboh. Ya kan? Begitulah
kau sekarang. Anda ingin membangun sebuah rumah, tapi langsung dengan
tiang-tiangnya dan atapnya, tanpa membuat pondasi yang benar dulu. Menurutmu
apa yang akan terjadi? Yap rumah itu, tidak kokoh, akan roboh dengan cepat.
Begitulah anda sekarang, anda membangun rumah, tanpa pondasi yang benar.
Anda pun mulai bertanya,apa
sih yang dikatakan pendeta ini. Aku tidak mengerti apa yang dia katakan.
Bukankah aku sudah punya pondasi yang benar? Bukankah aku sudah rajin membaca
alkitab, dengar lagu-lagu rohani?
Pendeta itu pun berkata,ya kau
benar, kau telah melakukan itu semua. Tapi semua itu bukan pondasi yang benar.
Hanya satu yang menjadi pondasi, dan tidak ada yang menggantikannya. Semua yang
anda bilang tadi itu, hanya papan-papan diatas pondasi nya itu. Si pendeta pun
tersenyum, sebenarnya apa yang kamu lakukan ini sudah baik, tapi belum benar.
Pondasinya hanya satu, tapi anda belum memilkinya, yaitu Yesus Kristus itu
sendiri. Ketika anda ingin berubah,tapi tidak menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat pribadimu terlebih dahulu, anda dipastikan kembali ke titik puncak
yang ingin anda tinggalkan itu. Tapi ketika anda bersama Yesus, tidak ada yang
tidak mungkin. Dia akan selalu menuntun anda ke jalan yang lebih baik. Karena
hanya Dia lah yang menjadi pondasi yang benar. Maukah anda menerima itu? Kalau
mau, lakukanlah secara pribadi, undang Dia masuk dan menuntut setiap langkah
hidup anda......
Yap, benar sekali. Banyak
sekali yang ingin menjadi lebih baik,semua orang ingin menjadi lebih baik, tapi
apakan mereka sudah memiliki pondasi yang benar itu? Ketika mereka tidak
memiliki pondasi itu, semuanya akan sama saja. Ambillah keputusanmu dengan
tepat, jangan sampai salah arah.
Salam HarJoshRian
No comments:
Post a Comment