Saturday, April 29, 2017

Bagaimana kalau aku menyebut Ahok sebagai sosok Nabi Daniel masa kini?


Seringkali kita membaca suatu artikel, apabila ada pertanda sesuatu dan berhubungan dengan tanda-tanda kiamat di Kitab Suci, maka berita itu akan heboh karena berhubungan dengan masalah kiamat. Aku gak terlalu urus sih, mau kapanpun kiamat, tidak akan merubah segala sesuatu. Hanya satu yang bisa berubah, kita bertobat ke jalan yang benar. Karena kiamat itu tidak akan kita tahu kapan datangnya, bisa sebentar lagi, bisa juga lama lagi, hanya satu yang pasti,"Kiamat pasti terjadi". Jadi kita sebagai manusia, karena tidak tahu kapan hari kiamat itu datang, sewajarnya kita selalu siap-siap mempersiapkan diri, jangan menunggu nanti. Sekali lagi jangan menunggu nanti...

Belakangan ini, kita dihebohkan oleh sosok fenomenal, Donald Trump di Amerika, Ahok di Indonesia...

Aku gak mau membahas Pak Donald, tapi aku ingin gesek-gesek sedikit tentang Ahok..

Dengan bergulirnya PILKADA kemarin, mulai dari pencalonan sampai sekarang kekalahan pun, nama Ahok masih terus didengungkan di negeri ini. Pihak yang menang senang ahok kalah dalam pilkada, tapi sayang seeribu sayang, tidak bisa memenangkan hati rakyatnya yang berintelektual itu.

Ada tiga nama yang sempat ingin dinaikkan dalam pilgub Jakarta itu, Bang Ridwan Kamil, Bang Ahok, dan Mbak Risma... Tiga tokoh ini adalah tokoh yang bekerja keras mengerjakan tugasnya, tanpa pandang bulu, sikat habis bagi yang salah, apresiasi bagi yang benar... Dengan munculnya tiga nama yang fantastis ini, membuat pilkada itu seakan menjadi panggung yang hangat, karena akan menjadi panggung pertandingan bagi putra putri bangsa yang memiliki kinerja terbaik di tempat dia bekerja... Tapi loyalitas mengalahkan itu semua, isu itu segera dipatahkan. Mbak Risma dan bang Ridwan tetap di jalurnya, membangun daerahnya tempat dia bekerja. Tinggallah Ahok mennjadi kandidat terkuat dalam PILKADA JAKARTA itu...

Mengapa kandidat terkuat? Karena kinerjanya berbicara lebih nyata daripada perkataan kandidat yang lain. Ya, mungkin bahasanya terkadang kasar, kasar bagi mereka yang merasa tersinggung, merasa terusik, karena kesalahan mereka diumumkan di muka publik. Api kebencian pun muncul. Itu lah tanda orang yang tidak mau belajar, dikatakan kesalahannya, malah marah, bukannya memperbaiki diri. Bisa kita lihat sekarang ketika ahok kalah, para PNS mulai beraksi. Dan mereka lah orang yang tidak mau memperbaiki diri itu...

Ada tiga paslon dalam Pilkada Jakarta ini, Agus-Silvy, Ahok-Djarot, Anies-Sandi...

Racun yang paling berbisa di negeri ini menjadi senjata terkuat untuk mengalahkan ahok. 

Kalau kita korek seedikit atau banyak tentang Ahok, dia adalah penentang para koruptor. Kalau kita bilang, dia adalah orang penentang arus demi kebenaran. Gak mau plin-plan.

  

Kita sebagai rakyat sangat mengharapkan pemimpin yang bekerja untuk rakyat, karena selama ini pemimpin sering mengecewakan rakyat. Tapi, ketika sosok itu muncul? Kita menginginkan yang lain, kalau dalam istilahku, Rakyat mengharapkan pemimpin yang tidak pernah ada.

Kembali ke Ahok. Karena kinerjanya yang apik dan bagus itu, bahkan internasional juga mengakui kinerjanya sebagai gubernur, membuat lawannya memutar otak. Biasanya alat yang paling mudah digunakan adalah kesalahan atau pidana lawannya, tapi bagaimana dengan ahok yang bekerja dan mengakui dirinya seorang pelayan Jakarta, tuannya adalah rakyat Jakarta. Segala kasus paling riskan seperti korupsi, tidak ada yang mengenai Ahok. Ahok terbukti bersih. Tentunya ini menjadi berita buruk, sama seperti PNS tadi, paslon lain bukannya menunjukkan kinerja yang baik, tapi sibuk mencari kesalahan ahok, untuk melemahkannya di kancah pertandingan pilgub ini.

Tidak ada yang bisa menjatuhkannya, tidak ada kasus yang mengkaitkannya. Hanya ada satu yang bisa mengalahkannya, hanya satu yang bisa menarik perhatian rakyat di negeri ini, "SARA". SARA dan Buni Yani seakan menjadi jawaban para paslon lain...

Ahok Cina, Ahok Kristen, Ahok bukan betawi, dan Ahok digoreng di video dan captionnya Buni Yani...

Seperti judulku di atas, Daniel. Siapa Daniel? 

Daniel adalah seorang yang taat kepada Tuhan, tidak mau menaziskan dirinya dari segala bentuk dosa. Semua yang dikerjakannya selalu berpatokan untuk menyenangkan Tuhan Allah nya. Menjadi orang yang tercerdas dari semua kandidat di negeri itu, Daniel menjadi kepercayaan sang Raja dan memiliki posisi yang strategis pula. Orang-orang yang sama-sama dilatih dengan dia dan sama-sama belajar dengan dia tidak suka dengan dia. Mereka mencari cara bagaimana menjatuhkan Daniel, semua cara dicari, tapi tidak ada satupun kesalahan yang mereka dapatkan. Sampai mereka sadar, ada satu perbedaan di antara mereka, siapa yang mereka sembah, dan siapa yang Daniel sembah. Ya, dengan segera mereka menyusun taktik dan pergerakan menggunakan satu perbedaan itu dengan berharap Daniel bisa disingkirkan. Dan akhirnya Daniel dimasukkan ke Gua Singa untuk menjadi santapan singa-singa yang lapar di dalam sana (Selanjutnya bisa kalian baca dan cari tahu sendiri ya)...

Daniel adalah seorang Israel, yang menjadi orang pembuangan ke Babilonia, tapi menjadi orang yang diberkati di sana. Yang dia sembah berbeda dengan orang Babilonia sembah. Tapi mendedikasikan seluruh kekuatan dan kemampuannya untuk bekerja sesuai kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Ahok adalah orang Cina, bukan Betawi, di Jakarta mmenjadi sosok yang kontroversial. Dia seorang Kristen yang menjadi kawan mayoritas di Jakarta. Tapi selama dia menjabat, dia menjawab keraguan rakyat kepadanya, dengan bekerja sebagai pelayan Jakarta...

Meski Daniel di negeri orang yang menjajah dan menghancurkan negerinya, tapi dia bekerja dengan baik dan tidak memiliki kesalahan. Meski Ahok di negeri bukan Cina, di daerah mayoritas muslim yang bertentangan dengan agamanya, tapi dia bekerja tanpa menutup mata, sebagai pelayan Jakarta...

Apakah kalian setuju dengan pendapatku?

Daniel menang dengan keluar dari dalam Gua Singa tanpa ada goresan sedikitpun. Ahok kalah dengan segala aral melintang yang dihadapinya, dengan segala masalah yang dialamatkan kepadanya. Kalah maksudku hanya dalam pilkada jakarta, bukan yang lain-lain.

Seakan menutup mata, rakyat jakarta membenci ahok yang sudah bekerja sangat nyata bagi daerah mereka. Tapi mereka belum puas, sehingga tergiur dengan isu SARA (kafir bukan lagi hal yang baru kita dengar), program-program siluman (Yang kita lihat sendiri, belum dilantik aja, udah banyak program dan janji yang diklaim tidak pernah ada).

Isu SARA menjadi hal yang sangat menjanjikan di negeri ini untuk menjatuhkan lawan tangguh yang bekerja dengan baik di negeri ini. Mau sampai kapan, kita tidak tahu. 

Jakarta yang menjadi muka negeri ini, seakan menjadi jawaban.

Ada meme yang menggelitik tapi punya makna besar, begini bunyinya," Kenapa Indonesia tidak maju? Karena ada 57% lebih orang bodoh tak menghapi kenyataan, maunya santai. Dan 42% orang pintar yang memikirkan jalan di depan"...
Tapi satu yang ku simpulkan, seperti dalam tulisanku sebelumnya "Goblok, versi Rizieq vs versi Ahok"... Aku menuliskan mayoritas dan minoritas. Mayoritas dan minoritas di negeri ini bukan masalah agama ataupun etnis. Tapi masalah orang benar dan orang tidak benar. Dan yang mayoritas di negeri ini adalah orang tidak benar yang tanpa memikirkan dampak baik buruk akan membungkam si minoritas (kita bisa melihat isu yang menyangkut bang Ridwan baru-baru ini tentang peresmian rumah ibadah, membuktikan lawannya bukan agama, tapi orang-orang yang berbajukan agama)...

Salam harjoshrian...

No comments:

LIRIK LAGU TERBARU ROHAKKU - JUN MUNTHE