Bahaya pertama adalah kesibukan bisa merusak sukacita. Ini adalah ancaman rohani yang sangat jelas. Sebagai orang Kristen, kehidupan kita harus ditandai oleh sukacita (Flp 4:4), berubah sukacita (Gal 5:22), dan dipenuhi dengan kepenuhan sukacita (Yoh 15:11). Kesibukan menyerang semua itu. Salah satu penelitian mengemukakan bahwa penumpang angkutan umum mengalami tingkat tekanan lebih besar daripada pilot pesawat tempur dan polisi anti kerusuhan. Itulah yang kita hadapi. Ketika hisup kita menjadi sangat sibuk, kita semakin rentan terhadap kekhawatiran, sakit hati, menjadi tidak sabar, dan lekas marah.
Ketika saya sedang mengerjakan buku ini, ada perasaan semangat yang semakin bertambah. Bukan karena tulisan saya. tetapi karena waktu senggang yang diberikan untuk menulis. Selama minggu-minggu yang jauh dari tekananmelakukan perjalanan, pertemuan, dan persiapan khotbah yang rutin, saya menemukan diri saya lebih sabar terhadap anak-anak saya, lebih pengertian terhadap istri saya, dan lebih mampu mendengar apa yang ingin Allah katakan. Kita semua jelas pernah mengalami minggu dan bulan dimana segala sesuatu yang bisa salah memang menjadi salah. Dalam musim seperti itu kita harus berjuang keras agar bisa bersukacita di tengah kesibukan. Tetapi hanya sedikit dari kita yang mau berjuang sekarang juga dengan untuk mendapatkan sukacita di minggu depan dengan menangani kebiasaan kesibukan yang tidak perlu sehingga membuat sebagian besar hari menjadi rumit dan tidak bahagia.
Beberapa tahun yang lalu saya mendengar sebuah wawancara dengan Richard Swenson, seorang dokter Kristen, tentang konsep "margin". tidak ada sesuatu yang berbau Kristen dari konsep itu sendiri, tetapi sangat tidak kristen jika mengabaikannya. Swenson beerkata," Margin adalah ruang antara beban dan batasan kita". Merencanakan margin berarti merencanakan untuk sesuatu yang tidak direncanakan. Artinya kita memahami apa yang mungkin bagi kita sebagai ciptaan yang terbatas dan kemudian membuat jadwal yang kurang dari itu.
Satu tahun yang lalu saya melihat bahwa saya tidak merencanakan margin dalam hari-hari saya-malah berlawanan dengan margin. Saya memperhatikan hari-hari saya dan sebelum ada gangguan datang atau kesempatan baru tiba ataukemunduran terjadi, saya sudah tidak tahu lagi bagaimana menyelesaikan segala sesuatu. Saya melihat pertemuan dijadwalkan, khotbah dipersiapkan, surel ditulis, orang yang perlu ditemui, dan saya memperhitungkan jika segala sesuatunya berjalan lebih baik dari yang diharapkan maka itu bisa dikerjakan. Tetapi tentu saja, tidak ada hari-hari yang ideal, maka saya akkhirnya tidak bisa memiliki margin untuk menyerap kejutan-kejutan yang terjadi. Maka saya bersiap, menerima tekanan dan menyibukkan diri. Hanya itu yang bisa saya lakukan saatitu karena saya tidak merencanakan hari-hari yang lebih baik sebelumnya.
Kesibukan seperti dosa: matikan atau itu akan mematikan anda. Kita umumnya jatuh salam pola yang bisa ditebak. Kita mulai kewalahan oleh satu atau dua proyek besar. Kemudian kita dihancurkan oleh kegiatan sehari-hari. Setelah itu kita purus asa karena tidak lagi merasakan kedamaian dan bersumpah untuk melakukan perubahan. Tapi dua minggu kemudian, hidup itu sampai pola yang sama berulang kembali. Hal yang tidak kita sadari adalah ketika kita tidak ada sukacita, kita menarik orang sana sini, dan hiperaktif seperti kucing. Ketika kesibukan mengincar sukacita, ia mengincar sukacita semua orang...
Sumber buku: Crazy Busy karya Kevin DeYoung...
Saranku beli dan baca bukunya. Membaca secara keseluruhan akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam...
Salam harjoshrian..
Saranku beli dan baca bukunya. Membaca secara keseluruhan akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam...
Salam harjoshrian..
No comments:
Post a Comment