Thursday, April 27, 2017

Psikologi Klinis

 

Psikologi klinis merupakan salah satu jenis psikologi terapan yang sampai sekarang masih sering dipertanyakan arti, kedudukan, dan perannya jika dibandingkan dengan psikiatri. Psikiatri sering dianggap sebagai ilmu kedokteran yang menangani penyakit, atau istilah yang dianggap lebih tepat saat ini, gangguan kejiwaan. 

Pada awalnya, Psikologi Klinis merupakan bidang kajian dan terapan kecil yang juga menyangkut bagian kecil dari psikologi secara menyeluruh. Asesmen klinis, yang sebelumnya lebih dikenal denga sebutan diagnositika atau khusus untuk masalah-masalah psikologi disebut psikodiagnostika, merupakan upaya untuk memahami gejala-gejala yang menyangkut masalah yang dialami anak-anak. Asenmen klinis ini merupakan aktivitas profesional utama yang dilakukan oleh praktikus Psikologi Klinis, yang saat itu kebanyakan terbatas dalam keterampilannya. Sejumlah minoritas klinikus yang melakukan psikoterapi, melakukannya di bawah supervisi psikiatris. 

Pada tahun 1912, Witmer dalam suatu jurnal Psikologi Klinis, antara lain menyatakan bahwa Psikologi Klinis adalah metode yang digunakan untuk mengubah atau mengembangkan jiwa seseorang berdasarkan hasil observasi dan eksperimen dengan menggunakan teknik penanganan pedagosis. Metodologi observasi dan eksperimen yang digunakan harus mempertimbangkan kebutuhan individu dan menggunakan cara serta pendekatan ilmiah. Perlu diingat bahwa Witmer adalah salah seorang mahasiswa Wilhelm Wundt yang pertama, yang terutama melaksanakan kegiatan pendidikannya melalui laboratorium psikologi yang didirikannya pada tahun 1879. Psikolog klinis harus dapat bertindak sebagai guru yang pedagosis dan edukatif membantu orang untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kapabilitasnya.

Namun, woodworth (1937) berkeberatan dengan defenisi atau pengertian Psikologi Klinis yang disampaikan Witmer ini.  Woodworth beranggapan bahwa pemahaman mengenai pesikologi klinis sebagaimana diungkapkan Witmer 25 tahun sebelumnya itu terlalu berkonotasi, bersifat, atau berbau medis kedokteran. Menurutt Woodworth, jika pengertian Psikologi Klinis itu seperti yang dikemukakan oleh Witmer, sebaliknya tidak disebut Psikologi Klinis, melainkan sebagai psikologi untuk memberi pelayanan yang bersifat personal atau sebagai alternatif.

Disamping itu, Woodworth juga berpendapat bahwa psikologi klinis di masa depan harus berusaha untuk memberikan bantuan kepada individu dalam menyelesaikan masalah seleksi untuk keperluan pendidikan dan pekerjaan, penyesuaian keluarga dan sosial, kondisi-kondisi kerja, dan aspek kehidupan lainnya.

Goldenberg (1983), mempertanyakan sejumlah hal yang jawabannya diharapkan dapat membangun suatu pemerian mengenai Psikologi Klinis. Pertama, apa materi bahasan psikologi klinis? Apa yang menjadi pusat perhatian/minat psikologi klinis saat memeriksa orang dan untuk apa? Alat-alat teknis apakah yang harus mereka miliki untuk melaksanakan prakteknya saat ini? Pikiran-pikiran apakah yang saat ini masih belum terselesaikan dan masih menyisakan pertentangan pendapat, dan bagaimana mereka mempengaruhi teori-teori dan teknik-teknik di masa depan? Akhirnya, informasi apakah yang dibutuhkan mahasiswa agar cukup pengetahuan dan memiliki kemungkinan untuk memilih Psikologi Klinis sebagai karir?

Yang sering menjadi pegangan dan acuan dasar dalam memahami pengertian Psikologi Klinis saat ini adalah depenisi psikologi yang ditetapkan oleh American Psychological Association’s (APA) Seksi Klinis. Pada tahun 1935, American Psychologycal assosiation’s Clinical Section menyepakati sebuah rumusan mengenai Psikologi Klinis sebagai berikut:

Psikologi Klinis adalah suatu wujus psikologi terapan yang bermaksud memahami kapasitas perilaku dan karakteristika individu yang dilaksanakan melalui metode pengukuran, analisis, serta pemberian saran dan rekomendasi, agar individu mampu melakukan penyesuaian diri secara patut.

Ada beberapa ciri atau sifat yang terdapat pada psikologi klinis, yaitu: 
1.    Memiliki orientasi ilmiah-profesional. Yang dimaksud disini adalah adanya ciri berupa penggunaan metode ilmu dan kaidah psikologi, dalam pemberian bantuan terhadap individu yang menderita masalah-masalah psikologis melalui intervensi dan evaluasi psikologis.
2.    Menampilkan kompetensi psikolog, karena psikolog klinis terlatih dalam menggunakan petunjuk dan pengetahuan psikologi dalam kerja profesionalnya.
3.    Menampilkan kompetensi klinikus, karena berusaha mengerti orang lain dalam kompleksitas alamiah dan transformasi adaptif secara terus menerus atau berkelanjutan (Wyatt,1968).
4.    Ilmiah, karena menggunakan metode ilmiah untuk mencapai presisi dan objektivitas dalam cara kerja profesionalnya dengan tetap melakukan validasi untuk setiap individu yang ditanganinya.
5.    Profesional, karena lebih menyumbangkan pelayanan kemanusiaan yang penting bagi individual, kellompok sosial, dan komunitas untuk memecahkan masalah psikososial dan meningkatkan kualitas hidup.

Pendekatan lama mengenai pengertian Psikologi Klinis masih sangat terpengaruh oleh bidang ilmu kedokteran. Setiap kegiatan dalam Psikologi Klinis selalu dikaitkan dengan pasien, yaitu individu dengan kelaina, deviasi, atau abnormal dan terutama subnormal. Namun, dalam pengertian yang lebih baru, hal tersebut sering diabaikan karena yang menjadi pusat perhatian adalah usaha untuk meningkatkan kualitas dari yang ada saat ini ke kualitas yang lebih tinggi. Sebagai misal dapat ditunjuk lahirnya istilah kesehatan mental Masyarakat (Mommunity mental Health) yang kemudian melahirkan Psikologi  Komunitas atau Community Psychology dan Perkembangan Komunitas atau Community Development. (terdapat kabar, bahwa saat ini perkembangan komunitas dan psikologi komunitas telah merupakan bagian sari psikologi sosial). Juga perhatian menjadi lebih luas ke arah bagaimana orang bertingkah laku atau hidup sehat, yang kemudian dikembangkan menjadi Psikologi Kesehatan.

Ada kecenderungan bahwa dewasa ini Psikologi Klinis dianggap terlalu umum sehingga tidak atau kurang dipakai. Sebagai gantinya, muncullah lebih banyak istilah-istilah Psikolohi Kesehatan dsb daripada Psikologi Klinis.

Titik pandang dasar Psikologi Klinis

Bagi seorang Psikologi klinis, perbedaan antara normal dan abnormal hanya memiliki arti yang tidak demikian signifikan. Seorang psikolog klinis lebih berfikir mengenai penyesuaian diri dan penyesuaian diri kembali yang berproses konstan serta bersangkutan dengan proses adaptasi yang berkelanjutan terhadap lingkungannya maupun kecenderungan-kecenderungan yang ada dalam dirinya sendiri.

Tugas yang dihadapi psikolog klinis adalah memahami masalah-masalah yang dihadapi pasien dan cara pasien menyelesaikan atau berusaha untuk menyelesaikan masalah-masalah itu. Kalau penyelesaian masalah tepat, disebut sebagai penyesuaian yang baik. Akan tetapi, kalau tidak tepat, mengindikasikan adanya ketidaksesuaian, maladaptif, atau psikopatologi.

Salam Harjoshrian

Sumber: Pengantar Psikologi Klinis, karya Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, Psi. PT. Refika Aditama, Bandung, Indonesia. 2006.

No comments:

LIRIK LAGU TERBARU ROHAKKU - JUN MUNTHE