JENIS SUKSESI
Mueller (1974) menyatakan, suksesi ada
dua tipe, yaitu suksesi primer dan suk-sesi sekunder. Perbedaaan dua
tipe suksesi ini terletak pada kondisi habitat awal proses terjadinya
suksesi.
Suksesi primer (Primarysuccession)
Suksesi primer merupakan suatu
tahapan perubahan komunitas biotik ke ko-munitas biotik lain, yang
dimulai dengan kehadiran tumbuhan pioner disuatu tem-pat berbatu yang
belum pernah dijumpai adanya komunitas biotik tersebut
sebe-lumnya, kemudian menjadi ekosistem hutan klimaks (climax forest
ecosystem).
Terjadi bila komunitas asal mengalami
gangguan berat sekali, sehingga mengakibat-kan komunitas asal hilang
secara total, dan di tempat komunitas asal terbentuk ko-munitas lain di
habitat baru tersebut. Pada habitat baru ini tidak ada lagi
organisme yang membentuk komunitas asal tertinggal, gangguan ini dapat
terjadi secara alami seperti letusan gunung api, tanah longsor, endapan
lumpur dimuara sungai, endapan pasir di pantai, maupun akibat aktivitas
manusia seperti pertambangan, dll. Pada habitat tersebut secara perlahan,
searah, dan pasti akan berkembang menuju suatu komunitas yang klimaks
dalam waktu lama, proses ini disebut suksesi primer. Proses suksesi
primer ini membu-tuhkan waktu yang lama sampai ratusan tahun.
Suksesi primer dimulai di atas bongkahan
batu pada pulau yang baru timbul, delta yang baru terbentuk, danau baru
dan sebagainya. Pelapukan batu-batuan pa-da ekosistem yang rusak total
karena pengaruh iklim (hari panas, kering dan waktu hujan, dingin atau
basah), mengandung bahan unsur mineral dan organik yang da-pat ditumbuhi
oleh tetumbuhan pioner (lumut kerak dan algae). Pengaruh iklim terus berlangsung hingga
bahan mineral dan bahan organik semakin tebal sehingga dapat ditumbuhi
oleh tumbuhan herba dan tahunan. Jika jalannya suksesi dipenga-ruhi
atau ditentukan oleh iklim disebut dengan klimaks-klimatis.
Apabila dipengaruhi oleh habitat / tanah disebut klimaks edaphis. Tumbuhan atau organisme yang mam-pu menghuni untuk pertama kalinya substrat yang baru digolongkan sebagai or-ganisme pionir yang mempunyai toleransi besar terhadap berbagai faktor lingkung-an yang ekstrim.
Gangguan ini dapat terjadi secara alami,
misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru
di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula
karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan
minyak bumi. Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuk-nya
suksesi di Gunung Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung
Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (likenes) serta
tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan.
Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permuka-an
lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai.
Zat yang terbentuk karma
aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk
tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang
datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang
tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun
tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi demikian
tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya. Sementara itu, rumput
dan belukar dengan akarnya yang kuat terns meng-adakan
pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga
keadaan tanah menjadi lebih tebal.
Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan
semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama
kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar
sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut
mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni
perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah
ekosistem itu.
Suksesi sekunder
Proses suksesi sekunder relatif sama dengan yang terjadi pada suksesi primer. Perbedaannya terletak pada keadaan kerusakan dan kondisi awal dari habitatnya.
Terjadinya gangguan menyebabkan komunitas alami tersebut rusak baik
secara alami maupun buatan, dimana gangguan tersebut tidak merusak
total komunitas dan tempat hidup organisme sehingga substrat lama
(substrat tanah sudah terben-tuk sebelumnya), masih ada komunitas awal
yang tersisa. Maka pada substrat terse-but terjadi
perkembangan komunitas yang selanjutnya disebut suksesi sekunder.
Contoh seperti tegalan, semak
belukar bekas ladang, padang alang-alang dan kebun karet dan kebun
kelapa sawit yang ditinggalkan, adalah sebagian dari contoh komunitas
sebagai hasil dari contoh komunitas sebagai hasil suksesi. Komunitas ini masih mengalami perubahan
menuju kearah komunitas klimaks, kecuali bila dalam proses tersebut
terjadi lagi gangguan, maka suksesi akan mundur lagi dan mulai kembali
dari titik nol.
Penelitian di dekat Samarinda,
Kalimantan Timur, menunjukkan bahwa pembentukan padang alang-alang
terjadi hanya dalam waktu 4 tahun setelah penebangan hutan primer atau
hu-tan klimaks, memperlihatkan perubahan yang terjadi setelah ditebang
habis dan kemudian dibakar setiap tahun untuk dijadikan ladang padi.
Salam Harjoshrian
No comments:
Post a Comment