Thursday, December 8, 2016

Komentarku untuk Aceh (Gempa di Aceh)

 
Semalam itu aku membuka bbm, aku melihat status temanku (Kristen), "Pray for Aceh". Karena tidak adanya televisi, maklum anak kos gan. Aku segera search di Internet berita terbaru tentang Aceh. Yang dalam pikiranku, kawan-kawanku orang Kristen lg kena masalah lagi kayaknya. Tapi tidak ada satu pun berita yang menarik tentang Aceh ketika aku googling.

Lalu aku membuka facebook, bukan berita dari Aceh yang booming, tapi berita tentang bandung, tepatnya ibadah Natal oleh Pdt. Stephen Tong. Bagaimana mereka dibubar paksa oleh ormas muslim. Miris aku melihat, ingin rasanya mengutuki, tapi untuk apa aku menghakimi mereka? Hal yang paling bagus kan sudah kita lihat, bagaimana panitia dan pdt menanggapi hal tersebut. Berdoa untuk bangsa. Kasih sungguh harga yang mahal gan.

kenapa facebook? gak tau kenapa, berita sangat gampang kita lihat dsini, apalagi kalau friend kita banyak, grup dan halaman yang kita ikuti juga banyak. Informasi itu bertaburan. Ada yang hoax untuk kompor panas, ada berita sedih, dll. Wajar aja aku mendapatkan berita terhangat ketika buka facebook...

ketika aku melihat video amatir jemaat yang mendokumentasikan pembubaran itu, ingin rasanya, ahhhh. Apa salah kami? ijin sudah didapat, kenapa kau jadi yang ribut? Tapi kembali aku harus tunduk, tidak ingin membuat tulisan yang bahkan memecahbelahkan bangsa ku ini...

aku scroll ke bawah lagi, baru lah aku menemukan berita tentang Aceh. Gempa yang lumayan sangat berdampak, walau aku gak merasakannya disini. Tapi kalau dari kerusakan yang ada di foto, lumayan kuatlah itu. sangat kasihan mereka yang disana, sabar-sabar ya...

[sempat aku berpikir dan menghubung-hubungkan], natal dibubarkan gempa terjadi, apa ini? Ingin sekali aku mengatakan kepada mereka yang membubarkan itu, kau lihat lah aceh itu. Kata-kata itu hampir terucap dari mulutku. Jujur saja aku ingin mengatakan itu. Tapi untung tidak aku katakan. Karena tidak ada hubungannya aceh dengan bandung. Mereka mau menegakkan syariat Islam, itu urusan beda.

Kembali aku merenungkan, hingga di malam harinya aku latihan Natal. Bersama pelayan acara, kami setelah latihan sharing kondisi. Ternyata ada temanku dari Aceh dan meminta untuk mendoakan keluarga disana, walau jauh dari lokasi atau titik gempa, tapi tetap saja khawatir kan? Dan kami masukkan ke topik doa kami... Dalam hatiku berpikir, apa yang ku pikirkan tadi siang? Kenapa aku menghubung-hubungkan Bibip sakit, bandung bubar, aceh gempa? Sungguh aku sangat keterlaluan. Tanpa sadar, dalam hati dan pikiranku, aku sudah menghakimi mereka, padahal aku tidak layak untuk menghakimi, aku ada sekarang bukan karena aku. huh.

teriris tersayat ketika topik doa itu keluar. Benar. Kasih. kadang kita sangat gampang menyuarakannya, tapi kadang kita sangat sulit mengaplikasikannya. Gak usah munafik, memang kita tidak melakukan tindakan anarkis seperti saudara kita itu, tapi dalam hati kita terkadang mengutuk mereka, bukan mendoakan mereka. Susah sekali kan mengaplikasikannya, mengaplikasihkan satu kata itu, "KASIH". Tapi itu masih susah, selagi masih susah, mari kita aplikasikan. Sebelum kata mustahil untuk melakukan Kasih itu menghampiri kita (mati).

Hai saudaraku di Aceh, maafkan aku sempat berfikir seperti itu. Tidak ada hak ku untuk menghakimimu. Tapi kau adalah saudaraku sebangsa dan setanah air, aku harus mendoakanmu untuk kau ditabahkan menghadapinya... Aku hanya bisa panjatkan doa buatmu. Dana tidak bisa masih ku berikan, aku masih mahasiswa, bahkan saat ini pun aku gak makan. hahaha... semangat buatmu...

Salam Harjoshrian...

No comments:

LIRIK LAGU TERBARU ROHAKKU - JUN MUNTHE