Lagu : CONVERSE (FRIENDSHIP; ERIE), Charles C. Converse, 1868
Pada saat umat Kristen di seluruh dunia berkumpul untuk berdoa, tidak
ada lagu pilihan yang lebih sering terdengar daripada yang dikisahkan
dalam pasal ini. Namun tidak ada nyanyian pujian yang riwayatnya lebih
aneh daripada riwayat lagu tersebut.
Anehnya, lagu yang membawa penghiburan kepada banyak orang itu
diciptakan oleh seorang yang tak terhibur olehnya. Hidupnya malah
diliputi kesedihan. Siapakah dia?
Peristiwa yang Menyedihkan
Joseph M. Scriven dilahirkan di negeri Irlandia pada tahun 1819.
Keluarganya cukup berada, dan ia pun mendapat pendidikan yang baik. Pada
tahun 1842 ia tamat dari universitas. Ia hendak melangsungkan
pernikahannya dengan seorang gadis Irlandia yang cantik. Harapan masa
depan Joseph Scriven rupa-rupanya cerah sekali.
Akan tetapi sehari sebelum hari perkawinan mereka, gadis tunangan
Joseph Scriven mengalami kecelakaan dan mati tenggelam. Pemuda yang
malang itu tentunya merasa patah hati. Di samping itu, ia pun mulai
menghadapi persoalan dengan keluarganya, karena ia ikut golongan agama
Kristen yang tidak disetujui oleh mereka.
Akhirnya pada tahun 1844 pemuda yang sedih itu pindah ke negeri
Canada. Selama beberapa waktu ia menjadi seorang guru--mula-mula di
sekolah, kemudian sebagai pendidik khusus untuk anak-anak dalam sebuah
keluarga yang kaya.
Sekali lagi Joseph Scriven bertunangan, yaitu dengan saudara dari
keluarga kaya tadi. Tetapi sekali lagi maut merenggut sukacita
daripadanya. Setelah masa sakit yang pendek saja, kekasihnya itu
meninggal dunia, tidak lama sebelum tanggal pernikahan mereka.
Menolong Sesamanya
Dalam kesedihan yang tak terhiburkan, Joseph Scriven menyingkir dari
tempat ramai. Ia tinggal seorang diri dalam sebuah pondok di pinggir
danau. Cara hidupnya bersahaja. Uang dan tenaganya ia gunakan demi orang
miskin. Ia mencari anak-anak yatim piatu supaya dapat ditolongnya. Ia
bekerja sebagai tukang kayu sukarela bagi para janda yang kekurangan. Ia
bahkan memberikan pakaiannya sendiri kepada orang-orang yang lebih
memerlukannya.
Pernah ada dua orang yang berpapasan di jalan dengan Joseph Scriven.
Scriven memakai pakaian sederhana dan sedang menjinjing sebuah gergaji.
Salah seorang dari dua sekawan itu memberi salam kepadanya.
Kemudian yang lainnya bertanya: "Kaukenal orang tadi? Siapa namanya?
Di mana tempat tinggalnya? Saya perlu orang untuk memotong kayu bakar."
Orang pertama menjawab: "Itulah Pak Scriven. Tetapi engkau tidak boleh memakai dia. Tentu ia tidak mau memotong kayu untukmu."
"Mengapa tidak mau?" tanya orang kedua dengan heran.
"Sebab engkau dapat mengupah tukang kayu yang bekerja padamu,"
temannya menjelaskan. "Ia hanya mau menggergaji kayu untuk para janda
miskin dan orang sakit. "
Surat Berupa Syair
Sepuluh tahun setelah Joseph Scriven pindah ke Canada, ibunya di
Irlandia sakit keras dan sangat sedih. Pak Scriven tidak sempat
mengarungi samudra dan pulang ke negeri asalnya. Namun ia mendapat akal
untuk menghibur ibunya: Seorang diri di kamarnya, ia menuliskan sebuah
syair tentang Yesus, Kawan yang sejati bagi orang yang lemah. Satu
salinan ia kirimkan kepada ibunya di Irlandia. Satu lagi ia simpan, dan
segera melupakannya.
Beberapa tahun kemudian, Joseph Scriven sendiri jatuh sakit. Seorang
tetangga yang merawat dia menemukan di kamarnya salinan syair tadi. Ia
senang akan isinya, dan bertanya kepada Pak Scriven tentang sumbernya.
Joseph Scriven lalu menceritakan asal usul karangannya tersebut.
Pada waktu yang lain, seorang tetangga lain lagi bertanya kepada
Joseph Scriven, apakah memang dialah yang mengarang syair itu (yang pada
masa itu sudah mulai menjadi terkenal). Jawab Pak Scriven: "Yah...Tuhan
dan saya mengerjakannya bersama-sama. "
Akhir Cerita yang Tidak Tentu
Menjelang akhir hidupnya, Joseph Scriven tidak lagi memiliki rumah
sendiri. Ada kalanya ia menginap dengan satu keluarga, ada kalanya
dengan keluarga yang lain.
Pada tahun 1886, dalam usia 67 tahun, ia sedang tinggal di rumah
seorang kawan. Lalu ia jatuh sakit keras. Kawannya menunggui dia siang
dan malam. Tetapi pada suatu malam kawannya meninggalkan kamar si sakit
sebentar. Sekembalinya, ternyata pasiennya itu tidak ada.
Teman dan tetangga segera dipanggil. Mereka mulai mencari orang yang
hilang itu. Akhirnya mereka menemukan dia dalam sebuah kali yang tidak
jauh dari rumah kawannya: Ia sudah menjadi mayat.
Apakah Joseph Scriven terantuk, disebabkan oleh pikiran dan tubuhnya
yang sudah lemah? Apakah ia keluar untuk menikmati kesejukan malam, lalu
terpeleset ke dalam kali? Ataukah kesedihannya itulah yang mendorong
dia untuk bunuh diri dengan mati tenggelam, sama seperti pengalaman
kekasihnya dahulu dalam kecelakaan di Irlandia 40 tahun sebelumnya?
Tak seorang pun yang tahu pasti. Namun para teman dan tetangga Joseph
Scriven tahu pasti bahwa dialah seorang yang baik hati. Walau
kelakuannya sering aneh, namun ia selalu berusaha menolong rakyat
miskin. Maka mereka mendirikan sebuah tugu peringatan baginya di desa
Canada tempat tinggalnya itu.
Sedikit sekali orang dari tempat lain yang pernah melihat tugu
peringatan Joseph M. Scriven itu. Tetapi berjuta juta orang di seluruh
dunia menyanyikan "Lagu Penghiburan Karangan Orang Sedih" yang
diciptakannya. Siapakah pengarang musiknya?
Ahli Hukum dan Ahli Musik
Charles C. Converse (1832-1918) lahir di Amerika Serikat dan belajar
musik di sana. Ia pun belajar hukum di Jerman, sehingga ia menjadi baik
ahli hukum maupun ahli musik.
Kebanyakan karangan Charles Converse ditulis dengan nama samaran
"Karl Reden." "Karl" itu sama dengan "Charles. " "Reden " dalam bahasa
Jerman, artinya sama dengan "Converse" dalam bahasa Inggris, yaitu:
bercakap-cakap. Dengan memakai nama itu, Charles Converse menulis musik
simfoni, oratorio, dan banyak gubahan yang lain, baik lagu rohani maupun
lagu biasa. Beberapa karangannya pernah dimainkan oleh orkes-orkes
ternama di New York dan kota-kota besar lainnya.
Namun hanya satu karangan Charles Converse yang masih diingat dewasa
ini, yaitu lagu sederhana yang diciptakannya untuk syair hasil karya
Joseph Scriven tadi. Bahkan lagu karangannya itu sangat disenangi
khalayak ramai, sehingga dicocokkan juga dengan syair duniawi, di
samping syair rohani. Dalam bentuknya yang populer itu, lagu karangan
Charles Converse masih sewaktu-waktu terdengar di Indonesia masa kini.
Yang Terakhir Menjadi yang Pertama
Ira D. Sankey adalah seorang penyanyi injili yang terkenal. (Lihatlah
pasal 13 dari JILID 4 dalam seri buku ini.) Pada tahun 1875 ia sedang
menyusun sebuah kitab nyanyian pujian. Tugasnya hampir selesai, oleh
karena ia sudah menyerahkan isinya kepada penerbit.
Lalu Ira Sankey menemukan sebuah buku kecil berisi lagu-lagu untuk
anak-anak Sekolah Minggu. Dalam buku kecil tersebut ia pun menemukan
"Lagu Penghiburan Karangan Orang Sedih."
Segera Ira Sankey pergi kepada penerbit dan minta supaya lagu baru
itu ditambahkan kepada bukunya. Tetapi satu-satunya cara yang mungkin
ialah dengan mencabut salah satu lagu yang sudah dimasukkan, supaya ada
tempat lowong. Kebetulan Ira Sankey menemukan sebuah lagu pilihan
lainnya yang juga dikarang oleh Charles Converse, dan lagu itulah yang
dijadikan korban.
Tepat sekali penilaiar Ira D. Sankey! Nyanyian yang dimasukkannya
pada detik terakhir itu umumnya disukai orang. Maka Ira Sankey sendiri
kemudian mengatakan: "Demikianlah lagu pilihan yang terakhir dimasukkan
ke dalam buku itu, menjadi yang pertama dalam tanggapan orang banyak."
Sekarang nyanyian itu masih tetap termasuk "yang pertama dalam
tanggapan orang banyak," bahkan di seluruh dunia. "Lagu Penghiburan
Karangan Orang Sedih" itu telah membimbing banyak orang di mana-mana
untuk membawakan beban hidup mereka kepada Tuhan Yesus, dalam doa yang
bersungguh-sungguh.
sumber: http://gema.sabda.org/sejarah_lagu_yesus_kawan_sejati
Salam Harjoshrian
No comments:
Post a Comment