Kritik-kritik menyerang Kekristenan tidaklah masuk akal. MEreka menyebut iman bertentangan dengan pemikiran. anda mungkin pernah mendengar penilaian-penilaian seperti ini:" Iman adalah lompatan ke dalamkegelapan"; "imanmembutuhkan seseorang yang menguji pikirannya terlebih dahulu" ; "Iman ditinggalkan bukankah ini berarti zaman ilmiah dan pencerahan intelektual." Bahkan yang memprihatinkan, beberapa orang Kristen memisahkan iman dari pemikiran. Pandangan ini tidak akurat secara Alkitabiah, serta tidakkonsisten dengan kekristenan yang historis dan ortodoks. Bapa-bapa Gereja mula-mula. orang-orang skolatis Medieval dan para reformator protestan, percaya bahwa iman sesuai dengan pandangan alkitabiah mengenai pemikiran. Ketika kita mempertimbangkan iman yang masuk akal, marilah kita mengingat bahwa kecerdasan manusia yang terbatas itu tidak dapat sepernuhnya memahami kebenaran ilahi yang terbatas. Tetapi kenyataan bahwa sesuatu tidak dapat mengerti seluruhnya oleh pikiran bukan berarti bahwa sesuatu itu tidak masuk akal. Pertimbangkanlah empat pernyataan berikut hubungan antra iman dan pemikiran...
Pertama, kapasitas berpikir kita merupakan bagian dari gambar Allah di dalam diri kita. Rasionalitas manusia menggambarkan rasionalitas Pencipta kita. Penggunaan pikiran atau akal budi kita merupakan tindakan yang memuliakan Allah. Bahkan meskipun hanya sedikit, menyatakan pula sifat-sifatNya. Perintah terbesar yang tercatat dalam Shema Yahudi (Ulangan 6:4-5) dan diaplikasikan oleh Yesus (Matius 22:37), memerintahkan kita untuk mengasihi Allah dengan seluruh keberadaan kita, termasuk dengan pikiran kita. Kita mengasihi Allah dengan mencari kebenaran, berpikir baik, dan menolak perbuatan salah.
kedua, iman bukannlah tidak masuk akal. Tidak satupun yang irasional dari kepercayaan yang siwartakan kepada kita bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang mati bagi kit sekalian, Orang-orang non Kristen dapat saja menyebut ini sebuah kebodohan (1 Korintus 1:18), tapi mereka tidak dapat menguraikan tuduhan itu (1 Korintus 1:25). Para Reformator Protestan menjelaskan secara rasional tiga natur iman yang menyelamatkan: (1) pengetahuan- Fakta-fakta Injil, (2) ketaatan kepada kebenaran Injil, (3) tindakan kehendak mempercayai Kristus saja yang membenarkan. Kita diselamatkan oleh iman, tetapi akal bidi dan pikiran memainkan suatu peranan di dalamiman itu. KKita mendengar, memproses, dan meresponi Injil dengan menggungakan pikiran kita. Iman dan akal budi saling bersangkut-pautan dan tidak dapat dipisahkan.
ketiga, iman Kristen berbeda dengan iman-iman lainnya, yang tidak cukup masuk akal. Saksi Yehovah, Mormon, dan agama-agama dunia lainnya memiliki imannya sendiri tetapi tidak satu pun yang sinkron ketika sungguh-sungguh diteliti denganseksama. Bagaimanapun, Kekristenan yang berdiri di atas fakta-fakta yang keras dan dapat dihakimi secara rasional, mampu bertahan meskipun harus menghadapi penyelidikan yang paling intensif. Allah yang diberitakan Alkitab itu ada; dan seseorang yang percaya kepadaNya telah menerima pembenaran dan hidup yang kekal. Iman bukanlah sebuah lompatan ke dalam kegelapan, melainkan didukung dengan bukti-bukti yang disaksikan Alkitab.
Keempat, beberpa pengajaran Kristen bersifat misteri, di luar pengertian kita yang terbatas. Doktrin-doktrin seperti Trinitas (Kesatuan esensi Allah yang memiliki tiga Diri-pribadi) dan inkarnasi (dua natur, satu Ilahi, satu insani, di dalam satu pribadi Yesus Kristus) merupakan misteri yang teramat agung. Tetapi, meskipun tidak dapat dimengerti sepenuhnya, seluruh pengajaran itu bukanlah sesuatu yang kontradiktif. Seluruh pengajaran itu tidak melanggar hukum-hukum logika. Dalam analisis akhir, Ketrinitasan dan Inkarnasi tidak dapat dimengerti oleh akal budi dengan sepenuhnya. Tetapi, itu tidak membuat Iman Kristen menjadi tidak rasional.
Sebagai rangkuman, iman dan akal budi tidak saling berkompetisi seolah-olah tidak sejalan. Sepanjang sejarah gereja telah dianut suatu penilaian yang tinggi mengenai penggunaan pikiran dalam hidup orang-orang percaya. Orang-orang Kristen harus menggunakan pikirannya dengan tekun untuk memuliakan Allah dengan cara memberi dan mengenal kebenaran, memikirkannya dengan jeals dan tepat, serta menolak suatu ketidakbenaran. Iman Kristen adalah iman yang masuk akal, dan kita wajib menghargai penggunaan akal budi, sebuah pemberian terbesar dari Allah untuk kita...
Sumber: Buku 5 menit Apologetika..hal 25
Salam Harjoshrian...
No comments:
Post a Comment