Hai sobat blogger. Ini adalah tugas yang pernah kami buat dari satu mata
kuliah di Kehutanan USU. Kebetulan yang bertugas mengumpul dan
mengupload nya adalah aku. Waktu buka-buka laptop,lihat ini lagi, karena
tugas ini waktu aku semester 6. Kalau dismpan-simpan, gak ada gunanya
juga samaku, jadi aku bagikan saja di sini. Manatau ada yang
memerlukannya. Selamat membaca... Salam Harjoshrian...
*****
Tugas Matakuliah Agroindustri Medan,
Maret 2014
PENGOLAHAN BUNGA CENGKEH MENJADI MINYAK DAN
OBAT-OBATAN ALAMI
Dosen Pembimbing
:
Dr. Agus Purwoko, S. Hut, M. Si
Disusn Oleh :
Fatrisa Septi
Anggi Nasution
111201157
HUT 5 D
PROGRAM STUDI
KEHUTANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2014
PENDAHULUAN
Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum (L) Merr &
Perry) di Indonesia lebih kurang 95 % diusahakan oleh rakyat dalam bentuk perkebunan
rakyat yang tersebar di seluruh propinsi. Sisanya sebesar 5% diusahakan oleh perkebunan
swasta dan perkebunan negara. Cengkeh merupakan tanaman rempah yang termasuk
dalam komoditas sektor perkebunan yang mempunyai peranan cukup penting antara
lain sebagai penyumbang pendapatan petani dan sebagai sarana untuk pemerataan
wilayah pembangunan serta turut serta dalam pelestarian sumber daya alam dan
lingkungan. Pada mulanya bagian dari
tanaman cengkeh yaitu bunga cengkeh hanya digunakan sebagai obat terutama untuk
kesehatan gizi. Menurut Chaniago (1980), sejak tahun 22 sebelum Masehi, cengkeh
digunakan sebagai rempah – rempah, diantaranya di Tiongkok digunakan dalam upacara
keagamaan yaitu dimasukan ke dalam peti mayat. Begitu juga bagi perwira yang
ingin menghadap kaisar diharuskan mengunyah cengkeh, sedang di Persia cengkeh
digunakan sebagai lambang cinta. Kemudian berkembang lagi dan sejak tahun 1980
cengkeh digunakan sebagai periang yaitu sebagai pencampur tembakau ditambah
rempah – rempah (Kemala, 1988).
Rokok hasil campuran antara cengkeh dan rempah
lainnya disebut rokok kretek, sedang rokok campuran tembakau dan rempah atau
saus lainnya tanpa cengkeh disebut rokok sigaret atau lebih populer disebut
rokok putih. Sepuluh tahun kemudian dengan berkembangnya pemakaian cengkeh
sebagai bahan campuran rokok, Indonesia menjadi konsumen cengkeh terbesar di dunia.
Sekarang Indonesia merupakan negara produsen dan konsumen cengkeh terbesar di dunia,
terutama untuk memenuhi kebutuhan bahan baku rokok kretek. Bagian utama dari
tanaman cengkeh yang bernilai komersial adalah bunganya yang sebagian besar
digunakan dalam industri rokok dan hanya sedikit dalam industri makanan.
Namun demikian, dengan adanya penemuan – penemuan
baru bagian tanaman lain dari cengkeh yaitu daun dan tangkai bunganya telah
pula dimanfaatkan sebagai sumber minyak cengkeh yang digunakan dalam industri
farmasi, kosmetik dan lain – lain. Pemakain cengkeh dalam industri tersebut di atas
terutama karena cengkeh memiliki aroma yang enak yang berasal dari minyak
atsiri yang terdapat dalam jumlah yang cukup besar, baik dalam bunga (10-20%),
tangkai (5-10%) maupun daun (1-4%). Selain itu minyak cengkeh mempunyai
komponen eugenol dalam jumlah besar (70-80%) yang mempunyai sifat sebagai stimulan,
anestetik lokal, karminatif, antiemetik, antiseptik dan antispasmodik.
Hasil tanaman cengkeh dari tahun ke tahun tidak
sama, pada satu waktu hasilnya cukup tinggi dan lain waktu hasilnya rendah
sekali (sangat berfluktuasi). Oleh karena itu pada tanaman cengkeh dikenal
musin panen besar dan musim panen kecil yang perbedaannya sangat tajam sekali
bisa mencapai sekitar 60%. Hal ini sangat merugikan petani cengkeh karena pendapatannya
menjadi tidak stabil. Selain itu hal ini kadang-kadang menyebabkan adanya kelebihan
suplai cengkeh yang menyebabkan fluktuasi harga yang sangat tajam.
Di lain pihak permintaan akan cengkeh sampai saat
ini relatif stabil atau tetap. Berdasarkan hal di atas harus ada upaya untuk
memanipulasi penawaran dan permintaan, salah satunya adalah dengan menambah
keragaman penggunaan cengkeh dan hasil sampingnya. Dalam tulisan ini diuraikan
penggunaan cengkeh dalam industri rokok, makanan, minuman, obat–obatan serta kemungkinan–diversifikasi
penggunaan cengkeh lain yang belum dikembangkan.
PENGOLAHAN
BUNGA CENGKEH
Produk utama dari tanaman cengkeh adalah bunga
cengkeh yang biasa disajikan dalam bentuk kering. Pengolahan bunga cengkeh umumnya
masih dilakukan secara sederhana, sebagian besar dilakukan di tingkat petani
yang mempunyai areal penanaman yang tidak cukup luas, dan hanya sebagian kecil
saja yang melakukan pengolahan secara semi mekanis di tingkat perkebunan besar
atau KUD (Koperasi Unit Desa). Proses pengolahan bunga cengkeh sampai
mendapatkan bunga cengkeh yang kering melalui beberapa tahap, yaitu : panen,
perontokan (pemisahan gagang dan bunga), pemeraman, pengeringan dan sortasi.
Bunga cengkeh dipanen pada waktu beberapa bunga
dalam satu rangkaian bunga sudah berwarna kemerahmerahan. Sesudah panen
dilakukan pemisahan bunga dengan tangkainya yang biasa dilakukan dengan tangan
(secara manual). Sesudah itu bunga dan tangkai langsung dijemur secara terpisah
di bawah sinar matahari atau dengan alat pengering cengkeh. Sebagian petani
melakukan dulu pemeraman bunga cengkeh sebelum dikeringkan. Warna dan kadar
minyak dari bunga cengkeh kering yang dihasilkan dengan alat pengering cengkeh tidak
jauh berbeda dengan hasil pengeringan dengan matahari kalau dilakukan pada suhu
yang tidak terlalu tinggi (<700C).
Untuk memisahkan bunga dari tangkainya, Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) telah merancang bangun alat perontok bunga cengkeh
kapasitas 76kg bunga cengkeh segar/jam yang digerakkan dengan motor penggerak berkekuatan
1 HP (Hidayat dan Nurdjannah, 1992). Selain itu Balittro telah pula merancang bangun
alat pengering energi surya yang dapat digunakan untuk proses pengeringan bunga
cengkeh (Nurdjannah et al., 1997; Nurdjannah dan Kadarisman, 1988). Pada
umumnya bunga cengkeh kering disajikan dalam bentuk utuh, tetapi ada juga yang disajikan
dalam bentuk bubuk dengan car menggiling bunga kering.
Tingkat kehalusan dari bubuk cengkeh yang dihasilkan
bermacam macam tergantung dari bahan baku, penggunaan dan selera konsumen di
tiap negara. Untuk keperluan ekstraksi dan destilasi diperlukan bubuk dengan
butiran besar (kasar), sedangkan untuk digunakan langsung dalam makanan (“food seasonings”)
diperlukan produk yang lebih halus. Untuk memperoleh bubuk yang halus prosesnya
biasa dilakukan dalam dua tahap. Pertama bunga cengkeh dibuat bubuk kasar
dengan memakai “breaker” atau “cutter mill” dengan kecepatan yang rendah,
kemudian digiling lagi sampai mendapatkan kehalusan yang diinginkan.
USA menghendaki cengkeh bubuk yang lebih halus daripada
United Kingdom. Untuk menghindarkan kehilangan komponen-komponen berharga yang
mudah menguap, proses penggilingan dilakukan pada temperatur rendah (25–350C). Beberapa
cara telah dilakukan untuk meminimalkan panas yang terjadi selama proses, diantaranya
dengan mendinginkan dulu ruang atau tabung penggilingan, menggunakan air pendingin
(water cooling) atau ruangan pendingin. Bunga cengkeh kering mengandung minyak atsiri,
fixed oil (lemak), resin, tannin, protein, cellulosa, pentosan dan mineral.
Karbohidrat terdapat dalam jumlah dua per tiga dari
berat bunga. Komponen lain yang paling banyak adalah minyak atsiri yang
jumlahnya bervariasi tergantung dari banyak faktor diantaranya jenis tanaman,
tempat tumbuh dan cara pengolahan (Purseglove, et al., 1981). Komposisi kimia
bunga cengkeh dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel
1. Komposisi kimia bunga cengkeh
Kandungan fixed oil di dalam bunga cengkeh berkisar
antara 5 - 10 % yang terdiri dari minyak lemak dan resin (Purseglove, et al.,
1981). Minyak lemak tersebut sebagian besar terdiri dari asam lemak tidak jenuh
(94% dari total asam lemak), dan asam lemak tersebut sebagian besar terdiri dari
asam stearat yaitu sekitar 89% dari total asam lemak jenuh. Di samping sebagai
sumber bahan flavour alami, cengkeh juga mengandung unsur unsur nutrisi lain
seperti : protein, vitamin dan mineral seperti terlihat pada Tabel 2. Pada
tabel tersebut terlihat bahwa cengkeh mengandung lemak, karbohidrat, dan “food
energy” yang cukup tinggi.
Tabel
2. Komponen nutrisi dalam 100 g bunga cengkeh
Pemisahan kandungan kimia dari serbuk bunga, tangkai
bunga dan daun cengkeh menunjukan bahwa serbuk bunga dan daun cengkeh
mengandung saponin, tannin, alkaloid, glikosida dan flavonoid, sedangkan
tangkai bunga cengkeh mengandung saponin, tannin, glikosida dan flavonoid
(Ferdinanti, 2001).
MINYAK CENGKEH DAN
OBAT-OBATAN
MINYAK CENGKEH
Produk samping dari tanaman cengkeh adalah minyak
cengkeh. Tergantung dari bahan bakunya ada tiga macam minyak cengkeh, yaitu minyak
bunga cengkeh, minyak tangkai cengkeh, dan minyak daun cengkeh. Rendemen dan
mutu dari minyak yang dihasilkan dipengaruhi oleh asal tanaman, varietas, mutu
bahan, penanganan bahan sebelum penyulingan, metode penyulingan serta
penanganan minyak yang dihasilkan. Bunga cengkeh dan tangkainya biasanya
digiling kasar dulu sebelum penyulingan untuk memecahkan sel-sel minyak dan
memperluas permukaan sehingga minyak dapat lebih mudah ke luar dari dalam sel,
sedangkan daun cengkeh tidak membutuhkan pengecilan ukuran. Bahan tersebut
disuling dengan cara uap dan air, atau cara uap langsung dengan periode waktu
yang berlainan antara 8–24 jam tergantung dari keadaan bahan dan kandungan
minyaknya.
Bunga dan tangkai cengkeh membutuhkan waktu yang
lebih lama karena kadar minyaknya yang jauh lebih tinggi daripada daun cengkeh.
Bunga cengkeh mengandung minyak sekitar 10–20%, tangkai cengkeh 5–10% dan daun
cengkeh 1–4%. Kandungan utama dari minyak cengkeh adalah eugenol, eugenol
asetat dan caryophyllen. Rendemen tertinggi yang pernah didapat dari bunga
cengkeh dengan mutu yang tinggi (+20% kadar minyak) adalah 17% . Di United
Kingdom, minyak dengan aroma yang sangat halus diperoleh dengan cara destilasi
air dan mengandung eugenol 85 – 89% (Purseglove et al., 1981).
Menurut Gildemeister dan Hottman dalam Guenther
(1950), destilasi dari bunga cengkeh utuh menghasilkan minyak dengan kadar eugenol
tinggi dan bobot jenis di atas 1,06, sedangkan bunga cengkeh yang mengalami pengecilan
ukuran (digiling) menghasilkan minyak dengan kadar eugenol lebih rendah dan bobot
jenis di bawah 1,06. Hal ini disebabkan karena terjadinya penguapan minyak selama
proses penggilingan dan selang waktu antara penggilingan dan penyulingan.
Karena itu untuk mencegah penguapan, proses destilasi harus dilakukan segera
setelah proses penggilingan.
Belcher (1965) menyatakan bahwa kandungan eugenol
dari minyak tergantung dari waktu destilasi. Waktu destilasi yang singkat
(cepat) menghasilkan minyak dengan kandungan eugenol yang jauh lebih tinggi
daripada yang biasa dilakukan dengan waktu yang lebih lama. Spesifikasi minyak
cengkeh sebagai sumber rasa dan aroma tidak hanya ditentukan oleh kandungan
eugenol saja, tapi oleh komponen lain seperti eugenol asetat dan caryophyllen.
Namun untuk keperluan isolasi eugenol, dikehendaki minyak
dengan kadar eugenol yang tinggi. Ekstraksi minyak dengan CO2 pada kondisi subkritik
secara komersil, telah dilakukan terhadap bunga cengkeh pada tekanan 50 - 80
bar dan temperatur antara 0 - 100C sebagai alternatif terhadap penyulingan uap.
Minyak yang dihasilkan mempunyai karakteristik yang lebih baik karena tidak ada
residu pelarut dan bau yang tidak diinginkan, disamping itu mempunyai kelarutan
yang lebih baik serta kandungan aromatik yang lebih tinggi dan lengkap (Moyler,
1977).
Penyulingan minyak tangkai cengkeh dengan bobot
bahan antara 50 - 60 kg dengan metoda air dan uap dengan alat terbuat dari stainless
steel, pernah dilakukan dan menghasilkan rendemen 5 - 6 % dengan kadar eugenol
90 - 98%. Makin lama waktu penyulingan, makin rendah kadar eugenol dari minyak
yang dihasilkan (Nurdjannnah et al., 1990)
Menurut Purseglove et al. (1981), penyulingan 680 kg
tangkai cengkeh yang dilakukan di Zanzibar dengan menggunakan cara uap langsung
yang alatnya terbuat dari stainless steel selama 16 jam, menghasilkan minyak
yang jernih hampir seperti air dengan rendemen 5 - 7%. Dalam penyimpanan minyak
dapat berubah menjadi kuning, kadang - kadang menjadi keunguan. Minyak daun
cengkeh biasa diperoleh dari daun cengkeh yang sudah gugur.
Komposisi minyak yang dihasilkan bervariasi
tergantung dari keadaan daun serta cara destilasinya, minyak yang dihasilkan
biasanya mengandung eugenol antara 80 - 88 % dengan kadar eugenol asetat yang
rendah tetapi kadar coryophyllene yang tinggi. Penyulingan daun dengan kadar
air sekitar 7 - 12% yang dilakukan dalam tangki stainless steel volume 100 l
selama delapan jam, menghasilkan minyak dengan rendemen 3,5% dan total eugenol
76,8% (Nurdjannah et al., 1993).
Minyak bunga cengkeh biasa digunakan untuk makanan,
minuman dan parfum, minyak gagang cengkeh digunakan sebagai subsitusi minyak
bunga cengkeh, dan minyak daun cengkeh digunakan sebagai bahan baku untuk
isolasi eugenol dan caryophyllen (Weiss, 1997).
Eugenol disamping digunakan sebagai bahan penambah
aroma juga mempunyai sifat antiseptik, karena itu bisa digunakan dalam sabun,
ditergen, pasta gigi, parfum dan produk farmasi.
OBAT-OBATAN
Selain digunakan dalam industri makanan, minuman dan rokok kretek, cengkeh
sudah sejak lama digunakan dalam pengobatan sehari – hari karena minyak cengkeh
mempunyai efek farmakologi sebagai stimulan, anestetik lokal, karminatif,
antiemetik, antiseptik dan antispasmodik (Perry dan Metzger, 1990).
Sejak zaman Dinasti Han 220 – 206 SM cengkeh di
samping sebagai rempah juga digunakan sebagai pewangi mulut (Crofton, 1936).
Rosengarten (1969) melaporkan bahwa sudah sejak lama pengobatan ayurvedic di
India menggunakan cengkeh dan kapolaga yang dikunyah dengan dibungkus daun
sirih untuk memperbaiki pencernaan. Selain itu dilaporkan pula bahwa di Eropa
sejak abad 14 campuran ekstrak cengkeh dan kapolaga telah digunakan sebagai obat
anti plaque (karang gigi).
Di Portugal bunga cengkeh yang masih hijau diambil cairannya
dan dipakai untuk obat jantung di samping sebagai pewangi. Bahkan beberapa dokter
menyarankan penggunaan cengkeh untuk meningkatkan pencernaan karena percaya
bahwa cengkeh dapat memperkuat kerja perut, hati dan jantung. Rumphius (1941)
menyatakan bahwa pada abad ke 18 di Maluku cengkeh digunakan untuk menyembuhkan
luka. Pengobatan tradisional di Indonesia menggunakan cengkeh untuk sakit perut
dengan cara mengunyah bunga cengkeh tersebut dan untuk sakit mata dengan meneteskan
air perendaman bunga cengkeh.
Di samping itu cengkeh digunakan sebagai pembangkit
nafsu makan, menyembuhkan kolik atau diberikan pada wanita yang baru melahirkan
dalam bentuk ramuan dengan bahan bahan obat lainnya. Penggunaan minyak cengkeh
dalam bentuk balsam sudah banyak digunakan di Indonesia dan karena sifatnya
sebagai analgesik, balsam yang dihasilkan dapat dipakai untuk mengurangi rasa
sakit karena reumatik. Di samping itu minyak cengkeh dapat dipakai sebagai
bahan aktif atau pembuatan obat kumur karena sifatnya sebagai antibakteri
(Nurdjannah et al., 1997; Nurdjannah et al., 2001).
DAFTAR
PUSTAKA
Alauddin, C.,
1977. Cengkeh (Engenia caryophyllus) Banda Aceh. Hal 33.
Asman, A. M.
Tombe dan D. Manohara, 1997. Peluang produk cengkeh sebagai pestisida nabati.
Monograf Tanaman Cengkeh. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Hal 90 –
102.
Chaniago, 1980.
Analisis permintaan cengkeh untuk industri rokok kretek. Tesis SPS – IPB.
Ferdinanti, E,
2001. Uji aktivitas antibakteri obat kumur minyak cengkeh (aromaticum (L) Merr
& Perry ) asal bunga, tangkai bunga, dan daun cengkeh terhadap bakteri.
Skripsi S1 jurusan farmasi. Fakultas Matematika dan dan Pengetahuan Alam.
Institut Sains dan Teknologi Nasional Jakarta.
Guenther, E.
1950. The Essential Oils. Vol 4. D. Van Nostrand company. Inc. New York, p. 396
437.
Kardinan, A.,
1999. Prospek minyak daun (Melalenca bracteata) sebagai pengendali populasi
hama lalat buah (Broctocera dorsalis) di Indonesia. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 18 (1) : 10– 16.
No comments:
Post a Comment